Wajah Pendidikan Indonesia

Rabu, April 30, 2025

Islam Perlu Berwisata: Menapaki Jejak Alam dan Iman











Dalam kehidupan modern yang penuh kesibukan, berwisata sering dianggap sebagai kebutuhan sekunder, bahkan kemewahan. Namun, tahukah kita bahwa dalam Islam, berwisata tidak hanya diperbolehkan, tetapi juga dapat menjadi sarana untuk memperkuat keimanan?

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

"Katakanlah: 'Berjalanlah di muka bumi, lalu perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang musyrik.'" (QS. Ar-Rum: 42)

Ayat ini bukan sekadar ajakan untuk berjalan-jalan, tetapi sebuah dorongan untuk merenung, belajar dari sejarah, dan menyaksikan keagungan ciptaan Allah.

1. Wisata Sebagai Refleksi Keimanan

Berwisata, terutama ke alam, memperluas wawasan dan menghidupkan rasa takjub kepada Sang Pencipta. Melihat gunung, laut, dan hutan membuat kita sadar betapa kecilnya manusia di hadapan kebesaran-Nya. Ini adalah bentuk tadabbur, perenungan terhadap ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda kekuasaan Allah di alam semesta).

2. Meneladani Rasulullah

Rasulullah SAW sendiri melakukan perjalanan, baik untuk berdagang sebelum kenabian maupun saat hijrah dan berdakwah. Dalam perjalanan-perjalanan itu, beliau merenung, berdialog, dan memperluas pemahaman tentang umat manusia. Ini menunjukkan bahwa mobilitas dan eksplorasi memiliki nilai yang penting dalam Islam.

3. Menjaga Niat dan Adab

Meski berwisata diperbolehkan, niat dan adab tetap harus dijaga. Jangan sampai wisata menjadi ajang foya-foya atau maksiat. Liburan yang baik adalah yang membawa manfaat: menambah ilmu, merekatkan ukhuwah, serta menyegarkan jiwa agar lebih semangat beribadah.

4. Wisata Religi: Menguatkan Ruhani

Mengunjungi tempat-tempat bersejarah Islam, seperti masjid tua, situs peninggalan dakwah, atau ziarah ke makam ulama, bisa memperkuat spiritualitas. Ini adalah bentuk wisata religi yang bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga ruhani.

Islam tidak mengharamkan kesenangan, termasuk berwisata. Selama dalam batas syariat, wisata bisa menjadi jalan untuk menguatkan iman, memperluas wawasan, dan mempererat silaturahmi. Jadi, tak perlu ragu: Islam perlu berwisata!


Ketika Anak Tidak mau Berpikir

 

Ketika Murid Tidak Mau Berpikir: Ketergantungan pada HP dan Kecerdasan Buatan

“Ketika murid tak mau berpikir, semua diserah pada HP dan AI yang mahir.”

Di era digital seperti sekarang, teknologi seakan menjadi sahabat paling setia bagi pelajar. Handphone (HP) ada di genggaman sepanjang waktu, dan kecerdasan buatan (AI) hadir memberi jawaban dalam hitungan detik. Tapi di balik kemudahan itu, muncul satu pertanyaan besar: apakah siswa masih mau berpikir?

Kemudahan yang Menumpulkan Nalar

Tak bisa dipungkiri, AI seperti ChatGPT, Google Bard, atau mesin pencari lainnya sangat membantu dalam belajar. Tugas-tugas bisa selesai lebih cepat, informasi bisa diakses kapan saja. Namun, ketika semua hal langsung dicari tanpa dipahami, proses berpikir kritis jadi terhenti.

Banyak murid yang lebih memilih menyalin jawaban dari internet tanpa membacanya, apalagi memahaminya. Ini bukan hanya tentang kemalasan, tapi juga tentang budaya instan yang makin mengakar: ingin cepat, ingin mudah, tanpa usaha.

HP: Teman atau Tuan?

HP kini lebih dari sekadar alat komunikasi. Ia menjadi guru, teman, hiburan, bahkan ‘penyelamat’ dari tugas-tugas yang sulit. Tapi ketika murid tidak bisa melepaskan diri dari layar, waktunya habis untuk scroll media sosial, bukan untuk membaca buku atau merenung.

HP bisa membantu belajar, tapi jika tidak dikendalikan, justru HP-lah yang mengendalikan.

AI Bukan Pengganti Otak

AI dirancang untuk membantu manusia, bukan menggantikannya. Murid tetap perlu memahami konsep, mengasah logika, dan belajar berpikir mandiri. Ketika semua diserahkan pada mesin, maka kemampuan berpikir perlahan akan tumpul. Murid yang hanya menyalin akan tertinggal jauh dari mereka yang benar-benar mengerti.

Solusi: Kembali pada Proses

Belajar adalah proses, bukan hasil instan. Guru, orang tua, dan murid harus sama-sama menyadari pentingnya proses berpikir. Gunakan HP dan AI sebagai alat bantu, bukan sebagai satu-satunya jalan. Jangan matikan rasa ingin tahu hanya karena ada teknologi yang “bisa segalanya.”

Teknologi itu netral. Baik-buruknya tergantung siapa yang menggunakannya, dan untuk apa.

Penutup

Generasi cerdas bukanlah mereka yang tahu segalanya, tapi mereka yang mau berpikir, bertanya, dan mencari tahu. Mari jadikan teknologi sebagai jembatan, bukan jalan pintas. Karena pada akhirnya, yang membedakan manusia dan mesin adalah akal—dan akal perlu diasah, bukan digantikan.


Baca selengkapnya »

Label: ,

Selasa, April 29, 2025

Pantun Literasi Tiada Henti



Baca buku tiap hari,  

Bikin hidup makin berwarna.  

Dari Magetan ke Jatim berlari,  

Sampai Jakarta tetap menyala.


Literasi cahaya abadi,  

Penerang bangsa sepanjang masa.  

Dari Magetan merangkai bakti,  

Hingga Jakarta menebar cahaya.


Berawal dari tanah Magetan,  

Hujan buku membasahi harapan.  

Lembar demi lembar jadi pelita,  

Menuntun asa, membuka cakrawala.


Jawa Timur ikut bergelora,  

Dari kota hingga pelosok desa.  

Buku jadi teman setia,  

Di sudut ruang hingga halte kota.


Tak lama, Jakarta pun tersentuh,  

Panen buku, panen ilmu yang penuh.  

Gerak kecil jadi gema bangsa,  

Literasi hidup, tiada henti asa.


Beli buku di pasar minggu,
Tak lupa beli
 pena.

Sampai jumpa di lain waktu,
Teruslah membaca di mana-mana

Sujud: Ciri Pengikut Nabi Muhammad SAW dan Jalan Menuju Surga

 

Tinjauan Al-Qur’an dan Hadits

Sujud bukan sekadar gerakan fisik dalam salat, tetapi simbol dari ketundukan total seorang hamba kepada Tuhannya. Dalam Islam, sujud menjadi salah satu ibadah paling agung yang mencerminkan kerendahan hati, cinta, dan ketaatan seorang Muslim kepada Allah SWT. Lebih dari itu, sujud adalah ciri khas utama pengikut Nabi Muhammad SAW dan menjadi tanda yang membedakan mereka, bahkan di akhirat.

1. Sujud dalam Al-Qur’an

Allah SWT berfirman:

"Tanda-tanda mereka tampak pada wajah mereka dari bekas sujud."
(QS. Al-Fath: 29)

Ayat ini menunjukkan bahwa para pengikut Nabi Muhammad SAW, yakni umat Islam, memiliki ciri khas berupa sujud yang tampak dari bekasnya. Para ulama menjelaskan bahwa "bekas sujud" ini bisa bermakna fisik (seperti noda gelap di dahi karena sering bersujud) maupun makna batin (cahaya keimanan dan ketundukan yang memancar dari wajah seseorang).

2. Keutamaan Sujud dalam Hadits

Rasulullah SAW bersabda:

"Tidaklah seorang hamba bersujud kepada Allah satu kali sujud, melainkan Allah akan mengangkatnya satu derajat dan menghapuskan darinya satu kesalahan."
(HR. Muslim)

Hadits ini menegaskan bahwa setiap sujud yang dilakukan seorang Muslim akan mendatangkan kebaikan: derajatnya di sisi Allah diangkat, dan dosanya diampuni.

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda:

"Perbanyaklah sujud kepada Allah, karena tidaklah kamu bersujud sekali saja melainkan Allah akan mengangkatmu satu derajat dan menghapus satu dosa."
(HR. Muslim)

Sujud menjadi sarana pendekatan diri kepada Allah yang paling tinggi. Bahkan, Nabi SAW menyebutkan bahwa kondisi paling dekat seorang hamba dengan Tuhannya adalah saat ia sedang sujud (HR. Muslim). Oleh karena itu, beliau menganjurkan untuk memperbanyak doa ketika sujud.

3. Sujud sebagai Identitas Pengikut Nabi Muhammad SAW

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menyebutkan bahwa umatnya akan dikenali pada hari kiamat melalui bekas wudhu dan sujud mereka:

"Sesungguhnya umatku akan datang pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya wajah, tangan, dan kaki mereka karena bekas wudhu. Maka siapa yang mampu memperpanjang cahayanya, lakukanlah."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Bagian tubuh yang digunakan untuk bersujud akan tetap utuh bercahaya meski seluruh tubuh lainnya hangus terbakar, sebagai bentuk kemuliaan dan pengakuan dari Allah terhadap mereka yang bersujud.

4. Kesimpulan

Sujud bukan hanya bagian dari tata cara ibadah, tetapi juga merupakan identitas spiritual umat Islam. Ia adalah ciri khas pengikut Nabi Muhammad SAW yang membedakan mereka dari umat lainnya. Dalam sujud terdapat makna penghambaan sejati dan bentuk cinta yang dalam kepada Sang Pencipta. Lebih dari itu, sujud menjadi jalan menuju surga dan penghapus dosa, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an dan hadits.

Maka, marilah kita memperbanyak sujud, baik dalam salat wajib maupun salat sunnah, sebagai bentuk pengabdian dan upaya kita untuk termasuk dalam golongan yang dicintai Allah dan Rasul-Nya.


"*:


Senin, April 28, 2025

Menteri Baru Guru Kembali Seperti Dulu


Dalam perjalanan sejarah pendidikan di Indonesia, kita mengenal istilah MGMP atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran. Sebuah forum penting tempat para guru berkumpul, berdiskusi, berbagi pengalaman, dan memperdalam pemahaman terhadap bidang keilmuannya masing-masing. MGMP menjadi salah satu kekuatan utama yang memperkaya wawasan guru dan pada akhirnya meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.

Namun, seiring perkembangan zaman, kesibukan administratif, tuntutan kurikulum, dan berbagai beban pekerjaan membuat tradisi berharga ini mulai meredup. Kini, saat dunia bergerak cepat dengan inovasi teknologi dan perubahan sosial, sudah saatnya kita menghidupkan kembali semangat itu: satu hari dalam seminggu, para guru perlu didedikasikan untuk belajar.

Guru Adalah Pembelajar Seumur Hidup

Seorang guru tidak hanya mengajar, tetapi juga harus terus belajar. Dalam Islam pun ditegaskan:

"Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat."

Begitu juga dalam dunia pendidikan modern, guru dituntut menjadi pribadi yang adaptif, kreatif, dan inovatif. Tanpa semangat belajar yang berkelanjutan, guru akan tertinggal dari perkembangan zaman yang serba dinamis.

Maka, mengembalikan tradisi belajar sehari dalam seminggu bukan hanya kebutuhan, tetapi keharusan. Sehari itu bisa digunakan untuk:

  • Mengkaji teori dan praktik terbaru dalam pendidikan

  • Belajar teknologi pendidikan

  • Mendalami materi ajar

  • Berlatih strategi pembelajaran inovatif

Dari MGMP ke Gerakan Menulis Buku

Jika dahulu MGMP berfokus pada musyawarah dan berbagi ide, kini perlu ada penguatan gerakan literasi di kalangan guru. Salah satunya adalah mendorong setiap guru untuk menulis buku.

Mengapa harus menulis buku?

  • Meningkatkan literasi guru, sehingga berpikir lebih sistematis dan kritis

  • Mendokumentasikan pengalaman dan ilmu, menjadi warisan untuk generasi mendatang

  • Memberikan kontribusi pada dunia pendidikan, bukan hanya di kelas sendiri tetapi ke ruang yang lebih luas

  • Meningkatkan jenjang karir karena karya tulis kini menjadi bagian dari penilaian profesionalitas guru

Bayangkan, jika setiap guru di sekolah menulis minimal satu buku dalam setahun, betapa kayanya khazanah pendidikan kita!

Mengapa Ini Penting?

Saat ini dunia membutuhkan pendidik yang tidak hanya mengajar, tetapi juga menjadi agen perubahan. Guru harus menjadi contoh nyata pembelajar sepanjang hayat.

Revitalisasi MGMP dan gerakan menulis buku bukan sekadar proyek formalitas. Ini adalah bentuk investasi besar untuk:

  • Meningkatkan mutu pendidikan nasional

  • Menumbuhkan budaya literasi di sekolah

  • Membentuk karakter guru yang reflektif dan progresif

Mari kita kembali seperti dulu, menghidupkan kembali semangat musyawarah guru, menambah ilmu secara berkala, dan melangkah lebih jauh: setiap guru menjadi penulis. Dengan belajar sehari dalam seminggu dan membangun tradisi menulis, kita tidak hanya memperbaiki diri sendiri, tetapi juga menyiapkan generasi masa depan yang lebih cerdas, kritis, dan bermartabat.

"Guru yang terus belajar adalah guru yang akan terus dikenang dalam perubahan zaman."


Label: ,

Minggu, April 27, 2025

Perlunya Wisata dalam Islam



Wisata bukan sekadar aktivitas rekreasi. Dalam Islam, perjalanan dan berkelana justru memiliki makna yang dalam, bahkan diperintahkan dalam Al-Qur'an dan diteladankan oleh Rasulullah SAW. Wisata dalam Islam mengandung unsur ibrah (pelajaran), tafakkur (perenungan), dan syukur atas ciptaan Allah.

Anjuran Berkelana dalam Al-Qur'an

Allah SWT berulang kali memerintahkan manusia untuk berjalan di muka bumi. Salah satu ayat yang menguatkan pentingnya berwisata adalah:

"Katakanlah: Berjalanlah di bumi, lalu perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu."
(QS. Ar-Rum: 42)

Ayat ini mendorong kita untuk mengambil pelajaran dari sejarah umat-umat terdahulu, memperhatikan kehancuran mereka akibat kezaliman, sekaligus merenungkan tanda-tanda kekuasaan Allah. Melalui perjalanan, kita memperluas wawasan, memperdalam keimanan, dan menguatkan rasa syukur.

Dalam ayat lain, Allah berfirman:

"Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami, atau telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar?"
(QS. Al-Hajj: 46)

Di sini, perjalanan menjadi sarana untuk menghidupkan hati, mengasah akal, dan mendengarkan hikmah kehidupan.

Tuntunan Wisata dalam Hadis

Nabi Muhammad SAW pun menganjurkan umatnya untuk melakukan perjalanan, selama dalam batas-batas syariat. Beliau bersabda:

"Barang siapa keluar untuk mencari ilmu, maka ia berada di jalan Allah sampai ia kembali."
(HR. Tirmidzi)

Meskipun hadis ini tentang mencari ilmu, perjalanan fisik untuk mengambil ilmu, hikmah, dan pengalaman adalah bentuk wisata yang penuh pahala.

Selain itu, Rasulullah SAW juga bersabda:

"Berjalanlah kalian untuk berziarah ke kuburan, karena ia mengingatkan kalian kepada akhirat."
(HR. Muslim)

Ziarah, salah satu bentuk perjalanan, bertujuan membangkitkan kesadaran spiritual, mengingatkan akan kematian, dan menumbuhkan ketakwaan.

Hikmah dan Manfaat Wisata dalam Islam

Berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis, wisata dalam Islam memiliki banyak hikmah:

  • Mengambil pelajaran dari sejarah dan peradaban.

  • Merenungkan kebesaran ciptaan Allah di alam semesta.

  • Meningkatkan rasa syukur atas nikmat-nikmat Allah.

  • Mempererat silaturahmi dengan kaum Muslimin di berbagai tempat.

  • Meningkatkan ilmu dan pengalaman yang bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat.











Wisata dalam pandangan Islam bukan hanya mencari kesenangan duniawi, tetapi sarana untuk memperkaya jiwa, memperdalam iman, dan memperkuat keislaman kita. Maka dari itu, saat kita berencana melakukan perjalanan, niatkanlah karena Allah, carilah pelajaran, dan tetaplah berada dalam adab Islam.

Semoga setiap langkah perjalanan kita menjadi amal shaleh yang diberkahi.


Label:

Kamis, April 24, 2025

Negara Yang Melarang Anak Pegang HP

 Beberapa negara telah menerapkan kebijakan yang membatasi atau melarang penggunaan ponsel oleh anak-anak, terutama di lingkungan sekolah. Diantaranya:

Prancis

Sejak 2018, Prancis melarang penggunaan ponsel oleh siswa berusia 3 hingga 15 tahun di sekolah. Kebijakan ini bertujuan mengurangi gangguan selama pembelajaran dan melindungi anak-anak dari paparan layar yang berlebihan. Rencana terbaru mencakup pembatasan akses media sosial bagi anak di bawah usia 15 tahun dan larangan penggunaan handphone bagi anak di bawah usia 11 tahun citeturn0search4.

Belanda

Mulai Januari 2024, Belanda melarang penggunaan perangkat elektronik, termasuk handphone, di semua sekolah dasar dan menengah. Pemerintah Belanda menyatakan bahwa penggunaan ponsel saat berada di kelas dapat menurunkan konsentrasi siswa dan mempengaruhi prestasi akademik mereka citeturn0search4.

Italia

Italia adalah negara pertama di Eropa yang melarang penggunaan handphone di sekolah sejak 2007. Kebijakan ini diterapkan kembali pada tahun 2022 untuk semua kelompok usia siswa karena kesadaran tentang efek buruk penggunaan teknologi yang tidak terkontrol meningkat citeturn0search4.

Yunani

Larangan penggunaan handphone di sekolah di Yunani dimulai pada September 2024. Meskipun siswa diizinkan membawa handphone mereka ke sekolah, mereka harus menyimpannya di tas selama jam pelajaran. Tujuan kebijakan ini adalah untuk mengurangi gangguan yang terjadi selama proses belajar citeturn0search4.

China

China merekomendasikan pembatasan waktu penggunaan smartphone oleh anak-anak di bawah usia 18 tahun. Disarankan agar anak-anak di bawah usia delapan tahun hanya boleh menggunakan handphone selama empat puluh menit setiap hari, dan anak-anak dari usia delapan hingga enam belas tahun hanya boleh menggunakan handphone selama satu jam setiap hari. Tujuan dari rekomendasi ini adalah untuk mencegah kecanduan teknologi dan efeknya yang merugikan terhadap kesehatan mental citeturn0search4.

Jepang

Di Jepang, beberapa kota seperti Kariya dan Kasuga telah memberlakukan peraturan yang melarang anak-anak di bawah umur menggunakan ponsel setelah pukul 21.00 atau 22.00 waktu setempat. Langkah ini diambil untuk menghindari kekerasan dan ejekan psikis yang terjadi di Internet serta mencegah anak-anak menghabiskan waktu berjam-jam berkirim pesan atau berselancar di jejaring sosial yang dapat membawa efek negatif citeturn0search6turn0search9.

Kebijakan-kebijakan ini mencerminkan upaya berbagai negara untuk melindungi anak-anak dari efek buruk penggunaan teknologi berlebihan dan untuk meningkatkan interaksi sosial serta pembelajaran di sekolah.

Label:

Rabu, April 23, 2025

Para Juri Lomba karya Tulis Cerpen Kreatif Kerukunan Umat Beragama









 

Label:

Peran Pelajar sebagai Pelopor Harmoni di Sekolah"

 "Pentingnya Kerukunan Umat Beragama dan Peran Pelajar sebagai Pelopor Harmoni di Sekolah" 

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keberagaman. Tidak hanya suku dan budaya, tetapi juga agama. Namun, keberagaman ini bisa menjadi tantangan apabila tidak diiringi dengan semangat toleransi dan kerukunan. Di sinilah pentingnya peran generasi muda, khususnya para pelajar, dalam menjaga dan menumbuhkan nilai-nilai kerukunan umat beragama.

Pentingnya Kerukunan Umat Beragama

Kerukunan umat beragama bukan sekadar hidup berdampingan, tetapi saling menghargai perbedaan keyakinan dan bekerja sama dalam membangun kehidupan yang damai. Tanpa kerukunan, potensi konflik akan lebih besar, dan ini tentu akan menghambat kemajuan bangsa.

Di lingkungan sekolah, keberagaman agama sering kali hadir secara nyata. Ada siswa yang berbeda keyakinan, namun belajar di kelas yang sama, bermain bersama di halaman yang sama. Inilah peluang emas untuk mengajarkan nilai toleransi secara langsung.

Pelajar Sebagai Pelopor Harmoni

Pelajar sebaiknya tidak hanya menjadi penikmat kerukunan, tetapi juga menjadi pelopor pelajar harmoni. Artinya, pelajar mampu menciptakan suasana damai di lingkungan sekolah, menghindari perilaku diskriminatif, dan mendorong teman-teman lain untuk saling menghargai.

Peran pelajar dalam hal ini bisa diwujudkan dalam banyak bentuk, seperti:

  • Menjadi teman yang tidak membeda-bedakan agama.

  • Menjadi jembatan jika terjadi kesalahpahaman antarteman berbeda keyakinan.

  • Menyuarakan pesan perdamaian dalam kegiatan ekstrakurikuler, seperti majalah dinding, teater, atau debat.

Menguatkan Nilai Kerukunan Melalui Cerpen

Salah satu cara kreatif dan efektif dalam menginternalisasi nilai kerukunan umat beragama adalah melalui penulisan cerita pendek (cerpen). Cerpen dapat menjadi media yang menyentuh hati, menggugah empati, dan memperluas pemahaman pembaca tentang pentingnya toleransi.

Misalnya, seorang pelajar bisa menulis cerpen tentang dua sahabat berbeda agama yang saling membantu saat menghadapi kesulitan. Atau kisah inspiratif tentang bagaimana perayaan hari besar agama menjadi momen saling mengenal dan menghargai antarumat.

Melalui cerpen, pelajar tidak hanya mengekspresikan gagasan dan imajinasi, tetapi juga menanamkan nilai-nilai luhur dalam bentuk yang menyenangkan dan mudah diterima.


Menanamkan kerukunan umat beragama harus dimulai sejak dini. Sekolah menjadi tempat yang ideal, dan pelajar memiliki peran penting sebagai pelopor harmoni. Dengan terus mendorong kreativitas, seperti menulis cerpen bertema toleransi, kita sedang menyiapkan generasi masa depan yang lebih damai dan saling menghargai.


Label:

Selasa, April 22, 2025

Negara Negara Yang Sudah Meninggalkan Komputer Kembali Menulis Tangan




Ayo Menulis Buku 
Kerukunan Umat Beragama 
Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Timur 

 Beberapa negara memang sedang menggalakkan kembali budaya menulis tangan, terutama di sekolah, namun bukan berarti mereka sepenuhnya meninggalkan komputer. Yang terjadi lebih pada penyeimbangan antara teknologi digital dan keterampilan dasar seperti menulis tangan. Beberapa contohnya:
  1. Finlandia
    Sejak 2016, Finlandia mengganti pelajaran menulis sambung (cursive) dengan pelajaran mengetik, tetapi kemudian ada kekhawatiran tentang menurunnya keterampilan motorik halus anak-anak. Akibatnya, sebagian sekolah mulai kembali mengajarkan menulis tangan untuk keseimbangan.

  2. Jepang
    Meski sangat maju teknologinya, Jepang tetap menekankan pentingnya menulis dengan tangan, terutama karena huruf kanji sulit dipahami tanpa latihan menulis. Banyak sekolah dan budaya kerja masih mewajibkan tulisan tangan dalam beberapa konteks formal.

  3. Prancis
    Pemerintah Prancis pada tahun 2023 mengumumkan bahwa semua anak sekolah dasar harus belajar menulis tangan, sebagai bagian dari upaya memperkuat keterampilan dasar. Mereka melihat nilai penting dari menulis tangan untuk perkembangan kognitif dan pembelajaran bahasa.

  4. Amerika Serikat (beberapa negara bagian)
    Setelah sempat dihapus dalam kurikulum Common Core, beberapa negara bagian seperti Texas dan California mengembalikan pelajaran menulis tangan ke kurikulum karena alasan perkembangan otak, kreativitas, dan daya ingat anak-anak.

  5. Jerman dan Belanda
    Beberapa sekolah mulai membatasi penggunaan laptop atau tablet di kelas untuk mendorong kons entrasi dan kemandirian belajar melalui menulis tangan.

Jadi, bukan meninggalkan komputer sepenuhnya, tapi lebih pada menyadari pentingnya menulis tangan sebagai bagian dari pendidikan yang seimbang.


Label:

Sudah Saatnya Dunia Komputer Balik ke Kertas Lagi



Lomba Menulis Cerpen 
Di Kabupaten Madiun 

Di era digital ini, hampir semua aspek kehidupan kita bergantung pada layar—mulai dari pekerjaan, pendidikan, hingga hiburan. Namun, sebuah fenomena menarik mulai muncul di beberapa negara Barat: kembalinya penggunaan kertas sebagai media utama, baik untuk mencatat, membaca, maupun berpikir.

Mengapa bisa begitu? Bukankah teknologi seharusnya menggantikan peran kertas?

Ternyata tidak sesederhana itu.

Kertas dan Konsentrasi

Beberapa studi menyebutkan bahwa membaca dan menulis di atas kertas memberi dampak positif terhadap konsentrasi dan pemahaman. Saat kita menggunakan kertas, kita terbebas dari gangguan notifikasi, iklan, atau tab yang berderet-deret di browser. Pikiran jadi lebih fokus, otak bekerja lebih dalam.

Negara-negara seperti Norwegia, Finlandia, dan beberapa wilayah di AS kini mulai menyarankan kembali penggunaan buku cetak di sekolah dasar. Mereka menyadari bahwa terlalu banyak paparan layar sejak usia dini justru merusak kemampuan belajar anak-anak.

Menulis untuk Mengingat

Menulis dengan tangan juga terbukti membantu daya ingat. Banyak orang kreatif dan profesional kini kembali membawa buku catatan fisik dalam rapat atau brainstorming. Rasanya lebih personal, lebih nyata, dan lebih mengalir.

Digital Tidak Sepenuhnya Buruk

Bukan berarti komputer harus dibuang jauh-jauh. Dunia digital tetap punya tempatnya sendiri. Namun, saat semuanya sudah berlebihan—mata lelah menatap layar, otak jenuh oleh kebisingan digital—mungkin ini saat yang tepat untuk kembali ke dasar. Kembali ke lembaran kosong yang hening: kertas.

Saatnya Kita Ikut Bergerak

Jika negara-negara maju saja mulai “tobat digital,” mengapa kita tidak mencoba langkah yang sama?

Cobalah menulis to-do list harian di buku, baca buku fisik di waktu luang, atau tulis ide-ide besar di atas kertas. Siapa tahu, justru dari situlah muncul perubahan besar dalam hidupmu.

Kalau kamu setuju, ayo mulai dari sekarang. Tutup laptopmu sebentar, ambil pulpen dan kertas, dan mulai menulis.


Label: