Social Icons

http://www.youtube.com/user/MrEdysiswanto?

Rabu, November 26, 2008

INTERNET MAKAN HATI

Sudah waktunya bebenah untuk kembali ke benteng nurani dalam menghadapi dunia maya tanpa batas. Dengan dunia internet kita tidak bisa menghentikan segala macam permasalahan baik dari yang positif sampai berakibat negatif. Untuk menghadapi banjirnya problematika internet perlu gemblengan budaya kita diaktifkan lagi. Budaya yang kental dengan santun serta rasa penghargaaan yang tinggi terhadap orang lain terutama orang tua sangat dibutuhkan jaman sekarang ini.
Jaman sekarang sudah hampir punah mencari pedoman atau idola serta panutan untuk dijadikan patokan. Baik dari pemerintah, tokoh nasional maupun masyarakat, mahasiswa, dan masyarakat biasa, sudah luntur diterjang ketidak percayaan akibat krisis yang berkepanjangan.
Kami yang begelut dengan dunia pendidikan sangat prihatin dengan kondisi demikian. Dengan berbagai usaha untuk mencegah turunnya dekadensi moral yang diikuti hilangnya rasa cinta tanah air semakin berat pundak guru untuk meluruskannya. Salah satu cara yang paling efektif untuk membentengi diri dari segala ancaman dan tantangan dari luar adalah memperkuat dan memperkokoh imtaq (Iman dan Taqwa) serta ilmu yang luas bagi anak didik.
Ancaman anak bangsa tidak hanya datang dari mudahnya menyimak situs pornografi, namun juga datang dari minuman keras dan merokok yang berakhir pada kecanduan narkoba. Dua ancaman inilah yang paling berbahaya bagi anak didik dalam proses mencari kemapanan hidup di masa mendatang.
Bagaimana cara membasminya, mari kita tanyakan melalui rumput yang bergoyang menuju yang di atas sana yaitu Allah SWT. Amiin

Selasa, November 25, 2008

WORKSHOP INOVASI PEMBELAJARAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN PROFESI GURU DI SMP 1 NGARIBOYO

Semarak para guru dan kepala sekolah dalam mengikuti acara peningkatan profesi guru yang dikemas oleh 10 sekolah SSN (Sekolah Stabdar Nasional)di SMPN 1 Ngariboyo magetan, sangat menarik untuk ditiru. Apalagi dilanjutkan dengan kegiatan penelitian tindakan kelas. Dengan tindak lanjut penelitian tindakan kelas diharapkan terminal yang dipenuhi penumpang golongan IVa, akan segera berangkat menuju IVb.
Dengan mendatangkan konsultan Nasional SSN dan RSBI (Rintisan Sekolah Berstandar Internasional)Bapak Kirharyana dari UNESA, beliau dapat menggerakkan motivasi para guru dan kepala sekolah untuk memacu sekolahnya menjadi sekolah yang bermutu. Kata beliau sekolah mau baik ada pepatah jerbasuki mawa bea, kata orang ekonomi ono rego ono rupo dan bahasa metematikanya adalah murah sama dengan bodo. Mudah-mudahan kegiatan itu bisa berlangasung tiap tahun apalagi dengan tambahan dana dari pemerintah setempat.
Selama ini Pemerintah Kabupaten Magetan belum peduli dengan dunia pendidikan dalam memberikan pembiayaan operasional sekolah. Perlu diketahui bahwa SMPN se Kabupaten Magetan telah diproyeksikan dirinya menjadi SSN. Tahun ini ada 20 sekolah yang dirintis dari sekolah potensian menjadi SSN dengan 10 Sekolah dibiayai dari pusat dan 10 sekolah lainnya dari pemerintah propinsi. Sedangkan 2 sekolah dipromosikan menjadi RSBI yaitu SMP 1 Magetan dan Kawadanan.
Sedangkan ketiga sekolah lainnya mendapatkan widyakrama dalam persiapan menjadi SSN (SMP 2 Bendo, SMP 2 Lembeyan dan SMP 2 Poncol. Dengan demikian pemerintah kabupaten megetan harus memberikan dana sharing untuk kelanjutan sekolah mandiri.
pemerintah Kabupaten Magetan berkewajiban untuk meneruskan pembiayaan mulai tahun ke dua setelah dana untuk SSN bekurang. setelah tahu ke empat pemerintah kota dan Kabupaten harus menyediakan dana 100 juta per tahun per sekolah. mudah-mudahan dengan terpenuhinya dana dari pemerintah kabupaten, maka impian kabupaten kita untuk menjadikan kota pendidikan dan pariwisata akan terwujud dan menjadi kenyataan.

GURU PERLU MENDAPATKAN PERLINDUNGAN

Banyak kejadian yang menimpa guru yang berujung pada penahanan dalam penjara. guru bermaksud untuk memberikan pembelajaran namun gurulah yang justru mendapatkan pelajaran yang berharga dengan meraskan bagaimana tidak enaknya di dalam penjara.
akhir-akhir ini banyak pemgaduan yang dialamatkan kepada guru, gara-gara bertindak agak kasar kepada muridnya, seperti kejadian di SMP 2 Parang Magetan dengan kasus guru memukul anak didiknya langsung paginya masuk koran radar madiun.
bagi orang tua juga harus menyadari bagaimana susahnya guru dalam mendewasakan anak bangsa. Demi masa mendatang dengan penuh impian guru profesional tidak mengenal waktu dan lelah dalam memanusiakan manusia.
kalau semua pihak tidak mengenal kebesaran jiwa dan kesabaran hati dalam membina anak akan terjadilah saling menuntut dan saling menjatuhnkan, bukannya saling mengaku salah untuk mencari kebenaran.

Jumat, November 14, 2008

MENGGAIRAHKAN SISWA GEMAR MEMBACA



Kita patut prihatin dengan perkembangan anak jaman sekarang yang suka berbuat melanggar aturan sebagai akibat dari kran demokrasi yang dibuka lebar-lebar, sehingga berdampak pada maraknya tawuran antar sekolah yang berbuntut panjang dan tak kunjung selesai .
Dari kondisi di atas mengisyaratkan betapa gagalnya kita mendidik anak didik. Penulis tidak akan menyalahkan dan melempar kambing hitam kepada siapapun, tetapi kita sebagai pendidik (formal) berperan penting di dalamnya. Kecenderungan siswa yang hanya berbuat baik kalau ditunggui mandor atau guru, merupakan permulaan kehancuran generasi sekarang.
Apa yang menjadi penyebab semua ini? dan bagaimana cara mengatasinya? mari kita ikut nimbrung disini.
Terjadinya semua perbuatan yang negatif,dikarenakan adanya kesempatan. Untuk mengurangi kesempatan, penulis mencoba waktu luang tersebut digunakan untuk membaca. Penulis menginginkan sekali generasi kita mempunyai kegemaran untuk membaca. Sehingga setiap pindah sekolah selalu menggerakkan dan memotivasi untuk gemar membaca, seperti di SMP 2 Parang, SMP 2 Bendo dan SMP 1 Takeran.
Penulis mengaharapkan semua siswa di pagi hari sebelum masuk kelas diwajibkan membaca dan mewajibkan membawa buku pada waktu istirahat syukur kalau di buka dan dibaca. Senada dengan isi ceramah “Tombo Ati “ di Masjid Baitul Hakim Madiun yang intinya ”Orang Indonesia dilanda krisis yang berkepanjangan sekarang ini karena Orang Islam jarang sekali memegang Al Quran. Coba tiap hari dipegang saja nanti krisisnya akan reda, apalagi mau membuka akan sembuh dan lebih mujarab lagi kalau mau membaca akan sembuh penyakit kisisnya.
Sebagaimana dimaklumi guru sangat berperan penting dalam menentukan kwalitas pelajaran dan pengajaran di sekolah. memang pada awalnya sulit sekali untuk membiasakan Gemar Membaca di Sekolah , namun kalau kita berniat baik pasti ada jalannya. Guru yang kreatif selalu berusaha mengimplementasikan multi strategi dalam pembelajarannya, agar menarik sehingga mendapatkan hasil yang memuaskan. pembelajaran yang menarik selalu melibatkan siswa secara aktif baik secara fisik maupun emosional.
Cara memotivasi siswa untuk gemar membaca
Pertama. Sekolah merupakan tempat yang ke dua atau ke tiga setelah keluarga untuk bermain. Yang namanya tempat bermain seharusnya mencari tempat yang nyaman dan menyenangkan. Kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk mengkondisikan sekolah “Bagaikan ikan di dalam air bukannya seperti burung di dalam sangkar” Jadi motivasi yang pertama adalah menciptakan lingkungan sekolah yang menyenangkan sehingga anak betah dan kerasa di sekolah. Pengadaan tempat duduk, taman, air mancur ,pohon yang rindang dan sebagainya merupakan modal utama, sehingga bisa menjadikan ”Sekolahku ya Rumahku,Rumahku ya Sorgaku”
Ke dua, memotivasi anak di kelas-kelas dengan memperjelas tujuan gemar membaca dan berbagi pengalaman serta harapan. Katanya orang Indonesia paling malas sekali untuk membaca, kalau ada orang upyuk (ngobrol) di pesawat terbang katanya itu pasti orang Indonesia. Berbeda sekali kalau anda melihat turis naik kereta, bus dan pesawat terbang kebanyakan mereka membaca tanpa menghiraukan lingkungannya. Mengapa budaya membaca ini bisa diambil oleh negara barat (Eropa)? Pada hal di dalam Agama Islam sudah jelas bahwa Ayat yang pertama kali turun di Gua Hira’yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. berbunyi” Iqro’” yang berarti bacalah sampai tiga (3) kali sehingga mestinya budaya membaca ini seharusnya milik orang Islam. Memang tujuan dari gemar membaca ini belum bisa kita rasakan secara langsung, namun pada saatnya nanti kita akan mernikmati hasilnya. Pada saat ini kecenderungan orang membaca koran semakin meningkat, dengan ditandai semakin banyaknya jumlah koran yang terjual. ada kejadian yang aneh seperti abang becak yang satu ini. Pertama yang dia lakukan setiap hari adalah mencari uang untuk beli koran, setelah puas membaca baru cari uang setoran dan tarikan untuk keidupan keluarga dirumah.
Pada awalnya di sekolah-sekolah hampir myoritas anak kurang senang pada membaca. Setelah ada sosialisasi dan gerakan membaca walaupun memerlukan waktu yang agak lama, namun lambat laun anak juga menyenangi hoby membaca. Hampir satu cawu bahkan satu tahun baru berhasil. Dengan setiap hari diwajibkan membaca akhirnya bisa dan terbiasa untuk membaca.
Kita tengok di negara tetangga Singapura dan Thailand di tempat-tempat umum mayoritas anak disana asyik membaca sambil menunggu sesuatu. Di Singapura khususnya pada waktu jam kerja tidak ada siswa yang berada di jalan-jalan, Plaza dll, tidak seperti di negara kita sering melihat anak didik kita nongkrong di tempat-tempat umum pada waktu jam pelajaran.
kepedulian dari semua guru untuk menggerakkan anak didiknya untuk gemar membaca adalah tanggung jawab semuanya. Kalau sekolah sudah terkondisikan dengan lingkungan gemar membaca maka anak yang baru masukpun akan mengikuti dan beradaptasi dengan kakak-kakak kelasnya, walaupun sesekali masih harus dimotivasi secara klasikal. Untuk melestarikan budaya ini tindakan tegas dan kontrol harus diterapkan untuk menghindari dan menjaga berkurangnya motivasi membaca anak.
Ke tiga. Perpustakaan yang memadai sangat mendukung adanya program ini. Dari perpustakaan ini bisa menyediakan bacaan yang ringan dan menarik untuk dibaca sesuai dengan umur anak SMP. Dengan kejelian pustakawan untuk memilih buku yang sedang ngetren pada saatnya akan sangat menarik bagi anak untuk dibaca. Seperti Buku Kisah Sincan, Buku kisah-kisah pesilat, tentang agama dan yang akhir-akhir ini ngetren buku Laskar Pelangi yang menghebohkan dunia pembaca. Selain buku yang menarik ruang perpustakaan harus ada ruang baca yang cukup luas dan nyaman. Yang tak kalah pentingnya juga pustakawan yang ramah dan sopan akan sangat membantu siswa untuk senang mengunjungi perpustakaannya. Setiap anak yang datang disapa dengan bahasa yang cukup komunikatif seperti “ apa yang bisa saya bantu “ dsb akan menggairahkan anak datang di perpustakaan. Kita patut meniru apa yang dilakukan oleh YKAI (Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia) sejak tahun 1992 dengan metode menjemput bolanya, menyediakan 5 mobil perpustakaan keliling untuk anak jalanan yang sangat membutuhkan informasi dan pengetahuan, sehingga mereka tidak akan ketinggalan dengan anak yang lain.
Ke empat. Lingkungan yang mendukung, seperti tulisan-tulisan atau motto yang mendorong motivasi anak untuk betah di lingkungannya. Kata-kata mutiara yang bertebaran baik di dalam ruang kelas maupun di luar menambah semaraknya suasana sekolah. Seperti motto : My hobby is reading, Exsperience is the best teacher, Every beginning seems very hard to pass through, Loyalty is very tauching etc. yang bertebaran dimana-mana akan menambah keindahan juga dapat memancing anak untuk mengetahuinya makna yang sebenarnya. Tanda-tanda lalu lintas yang ada di dinding nampaknya sangat sepele namun mempunyai aplied / useful art (seni terapatau guna) yang sangat penting bagi anak. Dengan tiap hari mereka melihat berarti mereka juga membaca dan mengetahui makna yang terkandung di dalamnya. Sense of belonging dan knowing siswa perlu ditingkatkan dengan crosscheck sesaat untuk menjaga keseriusan dan kepedulian siswa..
Ke Lima. Pemberian reward (hadiah) sangat dinanti anak walaupun hanya dengan ucapan belaka. Secara psikologis sangat membantu siswa untuk meningkatkan confident (percaya diri) dalam melakukan kegiatan yang lebih inovatif dan pruduktif, apalagi pemeberian itu berupa buku (alat tulis). Pihak perpustakaan dengan proaktif memberi hadiah kepada anak dan guru yang paling banyak mengunjungi maupun meminjam di perpustakaan baik setiap cawu atau setiap tahun,dapat meningkatkan mereka untuk lebih bergairah lagi berkunjung ke perpustakaan.
Ke Enam. Hadiah yang diberikan perlu juga diimbangi dengan pemberian punishment (hukuman). Untuk melangsungkan kegemaran membaca di sekolah harus diterapkan hukuman bagi mereka yang melanggar. Implementasi Hukuman dari yang ringan sampai beratpun bila perlu harus diterapkan. Kalau ada pelanggaran kemudian kita beri kelonggaran kepada mereka, hal ini akan menjadi indikasi kehancuran program yang telah matang kita rencanakan dan akan terjadi pelanggaran berikutnya yang semakin beruntun dan berkembang.
Ke Tujuh. Mengajak teman guru untuk gemar membaca dengan berlanggaran koran di sekolah, karena kalau langganan di rumah belum mampu. Berita yang disuguhkan oleh media cetak maupun elektro sekarang mulai menggairahkan para pembaca dan pemirsa untuk asyik dinikmati. Dengan era sekarang ini terjadilah persaingan ketat untuk berlomba-lomba berbeda pendapat, sehingga kadang-kadang sampai membosankan. Elit politik yang saling melempar kambing hitam merupakan berita yang dapat meningkatkan motivasi membaca masyarakat, berbeda sekali pada jaman orde baru yang selalu menampilkan menu monoton dan menina bobokkan orang, sehingga mengakibatkan orang Indonesia malas membaca.
Untuk mengajak siswa gemar membaca, harus dimulai terlebih dahulu dari guru. Akan menjadi sia-sia kalau kita menyuruh gemar membaca dirinya sendiri belum melaksanakan.
Ke Delapan. Kerja sama yang baik dengan berbagai stakeholder. Mengajak membaca di sekolah kadang-kadang sangat sulit namun kalau kita mulai dari lingkungan rumah terlebih dahulu alangkah mudah dan cspatnya program ini. Minimnya bacaan di rumah bahkan tidak ada sama sekali merupakan kelemahan anak yang dibawa ke sekolah sehingga disekolahpun malas untuk membaca. Usahakan dirumah membelikan buku cerita bergambar, majalah alat tulis dsb. merupakan awal dari terciptakan situasi yang mendukung untuk hobby gemar membaca. Ajaklah mereka bermain sambil belajar bukannya belajar sambil bermain. Kita budayakan dalam memberi hadiah ulang tahun kepada anak berupa buku yang menarik sesuai dengan kebutuhannya. Kalau perlu perpustakaan tidak hanya didapatkan di sekolah namun dirumah dan dimasyarakatpun tersedia dengan mudah.
Ke Sembilan. Sebuah ”Indonesian dream” kalau negara kita memberi keringanan (subsidi) untuk menurunkan harga kertas, sehingga koran, majalah dan buku-buku bisa dengan mudah terjangkau oleh masyarakat golongan menengah ke bawah. Sesuatu yang sangat dilematis bagaimana pemerintah bisa berhasil mencanangkan Gemar Membaca kalau buku, koran dan majalah masih belum bisa didapat dengan mudah bahkan kalau bisa gratis. Berbeda sekali dengan negara yang maju begitu mudahnya mendapatkan buku bacaan atau brosur dengan gratis ditempat-tempat umum. Sebuah harapan kapan kita semua sebagai guru bisa berlangganan koran dan buletin yang menarik untuk dibaca demi anak bangsa dimasa mendatang. Di era globalisasi yang syarat dengan perubahan ini, guru sangat membutuhkan informasi yang banyak serta baru untuk anak didiknya. Inilah pentingnya guru perlu banyak ilmu serta mestinya harus haus akan berita yang baru, sehingga dalam mentransfer ilmunya bisa menarik dan cepat untuk mengikuti perkembangan dan perubahan jaman.
Semua ini merupakan usaha untuk meningkatkan agar siswa gemar membaca, namun ada faktor internal dari siswa sendiri yang juga merupakan penentu sebuah tujuan. Kita berusaha namun Tuhan yang menentukan.

GURU SEBAGAI PELAYAN MENCEGAH STRESS DI MASA MENDATANG

I. Latar Belakang.
Dunia saat ini terasa sangat sempit, dengan datangnya kemajuan teknologi yang begitu pesat. Demikian juga perkembangan manusia yang begitu berjubel dalam mempertahankan hidupnya, sehingga banyak pula yang tidak bisa menikmati hidup dengan layak dan panjang umur. Kurang siapnya para pegawai negeri untuk pensiun kebanyakan mereka tidak bisa menikmati sisa hidup di keluaraga maupun di masyarakat. Sebagai kelanjutan dari tulisan kami dengan judul “Guru bukannya sebagai Majikan, tetapi sebagai Pelayan siswa” penulis ingin mengutarakan dampak dari guru sebagai pelayan yang bisa membuat hidup enak dan umur panjang. Walaupun hak prerogatif umur ada di tanganNya, namun salah satu dari membina dan merawat umur panjang adalah menyadari kenyataan yang ada.
Fenomena kurang menyadari realita akan perputaran roda hidup, banyak menimbulkan penyakit yang berakibat pada pendeknya usia manusia. Generasi tua yang mayoritas masih terkena penyakit kolonial (mental penjajah) akan menimbulkan masalah setelah mereka lepas dari ekerjaan ( Pensiun).
II. Mental Priyayi.
Budaya peninggalan penjajah yang masih dirasakan oleh generasi sekarang adalah: pemasungan ide atau kreativitas generasi penerus, kebiasaan main perintah, dan laporan asal bapak senang sangat melekat dihati para generasi tua. Kalau hal ini tidak bisa dikendalikan akan berakibat berbahaya bagi dirinya maupun lingkungannya.
Kalau kita cermati mereka yang berstatus sebagai pegawai negeri apalagi hidup di pedesaan, merupakan penghargaan yang sangat tinggi baginya sehingga akan sulit melepas predikat tersebut, walaupun mereka sudah tidak bekerja lagi (pensiun). Mereka inilah yang mayoritas akan mengalami tekanan batin, sehingga bisa berakibat fatal pada kesehatan dirinya. Kebanyakan mereka akan terkena stress berat yang berakibat timbulnya berbagai penyakit dan sakit-sakitan. Perubahan suasana kantor yang setiap hari mereka geluti, tiba-tiba mereka tidak ada pekerjaan akan menimbulkan masalah tersendiri, sehingga perlu sekali adanya masa persiapan pensiun untuk mempersiapkan para pegawai negeri beradaptasi dengan lingkungannya. Sebetulnya lingkungan ini tidak baru, kalau kita menyadari bahwa perubahan ini memang harus terjadi dan berlangsung pada diri kita.
Jika menyadari pada suatu saat nanti bahwa kita akan tidak bekerja lagi seperti amtenar kota yang tiap pagi berangkat dengan seragam dan bersepatu bagus kemungkinan akan tidak terkena stress, sehingga bisa menyesuaikan diri dengan keluarga dan lingkungannya. Kondisi ini kemungkinan akan semakin bisa menikmati sisa hidup dengan keluarga juga tetangga dan beguna bagi masyarakat sekitarnya.
III. Abdi Negara.
Kata abdi bisa banyak mengandung makna. Menurut kamus W.JS. Poerwadarminta berarti : hamba, orang bawahan, budak tebusan, jadi kita sebagai abdi negara bukanya pegawai yang minta dilayani dan dikasih upeti supaya mengerti. Namanya saja budak ya kita harus menyadari bahwa, pekerjaan kita demi kelangsungan dan kepuasan seluas-luasnya untuk hajad hidup orang banyak. Kalau kita menyadari hal itu, kita akan menikmati sisa hidup di masyarakat dengan bebas serta tidak merasa diperintah oleh pekerjaan bahkan akan menimbulkan kreasi seni dalam hidup tersendiri.
Kita menyadari bahwa, hidup ada di tangan Tuhan/Sang Pencipta, tatapi kalau kita sendiri menyia-nyiakannya akan terasa hambar, pengap, sesak dan sempit arti hidup ini. Bisa jadi umur kita tidak bisa menimang cucu yang akan hadir untuk menggantikan dan meneruskan perjuangan kita. Belum siapnya para pegawai negeri untuk pensiun karena tidak adanya pekerjaan sebagai pengganti kesibukan setiap hari di rumah maupun di lingkungannya. Sehari dua hari tidak terasa, namun kalau hari berganti minggu dan berganti jadi bulan serta tahun, akan terasa sekali kesepian itu muncul.
Jadi kalau kita dapat menterjemahkan arti sebagai abdi negara, hidup kita akan terasa aman serta nyaman dan akan menjadi tumpuan dan harapan orang banyak, baik masih menjadi PN (pegawai negeri) maupun pensiun. Kedatangannya selalu ditunggu dan kepergiannya tidak dimau.
IV. Kesimpulan.
Bangsa Indonesia masih dirasa sangat jauh dari kesadaran untuk bisa menempatkan diri sesuai dengan proforsi masing-masing bidang. Apalagi kalau kita kembalikan pada sisi agama bahwa bekerja itu merupakan ibadah, orang akan kembali kepada kesadaran bahwa semua ini akan terjadi dan kemungkinan akan menimpa pada kita semua.
Kesadaran mempersiapkan diri kita untuk kembali ke masyarakat akan meningkatkan arti hidup semakin lebih hidup, sehingga membuat kehidupan ini semakin bermakna dan panjang deretan jasa yang ditinggalkannya.
Kesehatan adalah harta yang paling kita hargai dan cintai. Kalau kita bisa menyadari dimana menempatkan sebagai pegawai negeri, anggota masyarakat, pejabat, kepala keluarga, ibu rumah tangga dan berbagai profesi yang lain, akan menimbulkan keindahan, keseimbangan dan ketentraman serta kesehatan.

PERLUNYA GURU MENGINTIP PELAYANAN PRAMUNIAGA

I. LATAR BELAKANG
Merebaknya berbagai mall, supermarket, depertemen store dll. membuat kehidupan nampak modern. Kalau kita pergi ke sanan juga ke rumah makan (KFC) dll. kita menemui kehidupan yang sangat berharga bagi dunia kita. Sebagian kehidupan itu bisa kita ambil untuk senjata mengahadapi murid, sehingga membuat anak didik betah di ajar seorang guru. Karena yang dihadapi sama-sama insan/manusia antara guru dan pramuniaga mempunyai kesamaan dalam pelayanan. Penulis akan memberikan sedikit kondisi/wacana yang bisa kita ambil dari bentuk pelayanan pramuniaga.
II. PELAJARAN DI MALL/SUPERMARKET
Kalau kita perhatikan dangan seksama banyak kegiatan atau pelajaran yang kita peroleh dari kehidupan di mall/supermarket, yang mungkin bisa kita terapkan di depan kelas. Kalau guru berhadapan dengan murid sedangkan pramuniaga berhadapan dengan pelanggan. Pelajaran yang bisa kita terapkan antara lain:
A. Penampilan.
Orang yang hidup di perkotaan akan sudah tidak asing lagi, kalau melihat praminiaga, pramusaji, pegawai bank dan selles yang berkeliaran dengan penampilan rapi dan berpakaian serasi, sikap yang ramah dan bersahabat, ekspresi wajah yang selalu mengumbar senyum dikulum. Seumpama perilaku guru seperti itu dengan baju berdasi masuk ke dalam kelas, nampaknya akan membawa perubahan besar pada suasana kelas maupun diri si anak. Dampaknya mereka akan selalu tertarik terhadap kita, sehingga pelajaran yang kita sampaikan akan terkesan dan mudah diterima, bukankah guru bak artis yang sedang akcting didepan para penggemarnya.
B. Berbicara.
Tutur kata yang halus dan selalu menawarkan jasa membuat komunikasi bisa hidup dan menimbulkan percakapan yang hangat. Sapaan mereka yang selalu dimulai dengan kalimat apa yang dapat bisa saya bantu, mari kita tunjukkan dsb pelanggan merasa dihargai dan kepuasan ada pada konsumen. Kondisi ini minimbulkan image anak merasa tidak diperintah tetapi kita ajak, sehingga kita ikut terlibat di dalamnya. Coba cermati kata-kata ini. “anak-anak besok masuk jam 7 jangan sampai telat” dengan “ mari anak-anak kita berangkat pagi supaya tidak telat” (Jawa Pos, Jumat Tgl. 23 Mei 2003). Keterlibatan kita sangat dinanti anak untuk ikut berkecimpung di dalamnya.
C. Kesehatan.
Penampilan yang enerjik yang selalu mereka bawakan membuat kelihatan mereka seperti olah ragawan yang tidak mengenal lelah, sehingga pelangganpun tidak bosan berbicara dengan para pramuniaga. Kalau kita begitu masuk kelas sudah nampak lesu dan kurang tenaga, dengan seringnya kita menguap di depan kelas, anak - anak akan kurang tertarik terhadap penampilan kita, sehingga perhatian anakpun akan berkurang dan pelajaranpun akan hambar.
D. Menghargai Pelanggan.
Penghargaan terhadap pelanggan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang harus dilakukan untuk membuat para pelanggan kembali lagi membeli produk yang mereka jual. Sedangkan guru harus juga memberikan penghargaan berupa apa saja, baik berupa ucapan maupun nilai. Penghargaan tidak harus berupa uang tetapi ucapan/pujian : bagus, baik, terima kasih, perlu ditingkatkan, waqlaupun siswa menjawab salah atau melakukan kekeliruan, diharap para guru memberikan tanggapan yang bisa menumbuhkan kepercayaan anak untuk bisa mengerjakan kembali sampai benar. Kalau sudah kita berikan penghargaan, anak akan mengulangi atau menciptakan prestasi lagi di hari lain, dengan harapan mendapat medalai lagi.
E. Selalu Berpikir Positif
Seorang pramuniaga selalu menganggap pembeli adalah raja, yang harus kita layani dengan baik, dengan harapan diakhir pertemuan mereka akan tertarik untuk membelinya. Demikian juga seorang guru jangan sekali-kali meremehkan kemampuan seseorang anak. Mari kita berpikir bahwa semua anak mempunyai kemampuan untuk bisa maju dan berkembang mencari jati diri demi masa depan. Jangan sekali kita melayani siswa dengan pikiran, bahwa siswa Si A tidak bisa menjawab dan kita lempar ke Si B yang pasti bisa. Dalam pikiran kita, walaupun Si C kemungkinan belum bisa menjawab, namun perlu kita coba untuk diberi pertanyaan sehingga mereka merasa diperhatikan.
III. KESIMPULAN
Wahai guru mari kita perlu sekali – kali merenung bagaimana perubahan yang substansial yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan yang dulunya dikuasai negara (BUMN) sekarang berubah menjadi PT, sebut saja PT Pos, Bank dan sejumlah perusahaan yang diswastanisasi, membuat gaya yang menarik untuk ditiru yaitu bentuk “pelayanan yang mengutamakan kepuasan kepada pelanggan”.
Kita masih teringat bagaimana garangnya seorang perawat terhadap pasien dan acuhnya kalau kita mau memasang jaringan telkom. Mereka berprinsip menjemput bola bukan menanti bola datang baru ditendang. Pelayanan itu cocok kalau yang dihadapi berupa barang bukannya orang yang perlu berkembang dan kasih sayang.
Rontoknya si umar bakrie dijaman sekarang oleh gemerlapnya kemajuan tehnologi yang begitu cepat, sehingga membuat si umar bakrie tertatih-tatih mencoba untuk mencari jati diri berupa pengakuan untuk membuat anak didik senang, aman, tenteram, mudah menerima pelajaran, bertemu guru sangat diridukan, sering bertanya kalau ada persoalan, betah di sekolah, jauh dimata dekat dihati dan terbentuklah seorang “guru tidak kemana – mana, tetapi ada di mana – mana”.
Alangkah indahnya seorang guru selalu menjadi idola murid, walaupun jauh dimata,tetapi tetap dekat dihati.

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DARI TEORI KONSTRUKSIVISTIK

PENDAHULUAN.
Penulis sudah berumur 44 tahun yang saat ini sedang belajar menambah ilmu untuk kemajuan diri khususnya dan kemajuan pendidikan pada umumnya. Dari sekian tahun sampai sekarang sistim pengajarannya masih relatif sama walaupun ada perubahan masih seputar pada media pembelajaran. Suasana dalam proses pembelajaran masih seperti yang dulu, yaitu guru masih menjadi centre of interest, anak masih terkondisikan sebagai tong yang harus diisi penuh sesuai dengan program yang ada.
Banyak guru yang enggan menambah ilmu, pasrah seakan sudah nasibnya begini, mati tak enak hiduppun enggan menikmatinya. Dengan menggunakan pendekatan konstruksivistik nampaknya hasil pembelajaran akan menjadi menarik serta anak menyadari akan tanggung jawabnya masing-masing belajar tanpa disuruh dan disiplin tanpa diawasi.

IMPLEMENTASI TEORI KONSTRUKSIVISTIK.
1. Guru.
Guru harus menyenangkan bagaikan artis yang selalu dinanti kehadirannya, sedangkan kepergiannya sangat disayangkan.

Guru harus bisa melayani anak didik dengan baik sehingga anak betul-betul menikmati proses belajar.

Guru bersama anak membangun suasana yang harmonis, anak seakan bermain namun substansinya belajar. Belajar tumbuh dari dalam anak bukan karena paksaan. Mereka menikmati apa yang mereka pelajari, sehingga dia tidak terasa kalau waktu sudah berjalan lama.
.
Guru harus bisa mempossikan dirinya sebagai pelayan untuk bersama belajar mencapai apa yang dinginkan.

2. Siswa
Kebebasan murid untuk mengemukakan pendapat sangat terbuka. Pebelajar sangat menikmati proses belajar, karena motivasi dari dalam diri anak.
Siswa diajak membangun keyakinan akan kemampuan diri.
Siswa diaja membangun kesepakatan, kebijakan, prosedur dna aturan bersama.
3. Sekolah
Sekolah harus bisa membuat anak senang, ”Sekolah bagaikan Ikan di dalam Air bukannya seperti Burang di dalam Sangkar”, sehingga anak masuk sekolah bagaikan rumahnya sendiri.
Jadikan ”Sekolahku ya Rumahku dan juga Sorgaku”.
4. Metode
Bagaimana seorang guru bisa menghepnotis siswanya, sehingga setiap kedatangannya sangat dinanti muridnya.
Bawalah dunia siswa ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia siswa, semakin jauh guru memasuki siswa semakin jauh pengaruh yang dapat anda berikab kepada mereka.

Mengupas pendidikan bagaikan perkembangan teknologi yang tidak mau berhenti di tengah perjalanan. Kemajuan dunia akan berdampak pada perubahan kurikulum. Kurikulum akan selalu berubah sesuai dengan tututan jaman, bahkan kalau bisa lebih maju dari perkembangan ilmu dan teknologi.
Sekarang sudah bukan jamannya untuk belajar seperti jaman feodal. Jaman yang selalu menjadikan guru serba tahu dan menjadikan monster yang ditakuti siswa. Siswa dijadikan obyek yang setiap saat bisa dibentuk sesuai dengan keinginan guru.
Suasana pembelajaran yang telah dicanangkan dengan istilah PAKEM (pembelajaran yang aktif kreatif efektif dan menyenangkan) merupakan sebagian perujudan dari teori konstruksivistik. Situasi bebas, santai, menakjubkan, menyenangkan dan menggairahkan membuat anak betah untuk diajak belajar bersama.

Kesimpulan
Pembelajaran yang selalu minta petunjuk yang berarti selalu dikomando dari atas ke bawah, sudah mestinya harus ditinggalkan.
Pembelajaran sekarang harus memulai dari sektor yang paling bawah yaitu SISWA. Semua yang ada di anak merupakan modal untuk memulai pembelajaran. Kebebasan dan keindahan akan menimbulkan kesenangan yang sangat bergairah untuk menuntut ilmu.
Dari kesadaran dan kemampuannya, anak bisa belajar dengan cara yang terbaiknya sehingga dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan bakatnya.
Setelah anak tahu akan dirinya, anak akan belajar tanpa disuruh dan bekerja keras tanpa diawasi.
Kesenangan dan kebebasan merupakan faktor utama dalam kesuksesan belajar.

Senin, November 10, 2008

PILPRES BARACK OBAMA PELAJARAN DEMOKRASI BAGI KITA


Terpilihnya Barack Obama menjadi presiden negara super power, merupakan pelajaran yang paling berharga bagi kita Bangsa Indonesia. Kita betul-betul dikejutan dengan kaum minoritas yang berkulit hitam bisa kemenangan yang bisa dibilang telak.
Perjalanan demokrasi di Amerika memang sangat panjang sejarahnya minimal sudah berlangsung 2000 tahun untuk menjadikan negara tersebut bisa berpikir logis dan mudah. Pertalian kesukuan, kekeluargaan dan rasial serta agama bisa menjadi pudar dan bahkan hilang ketika dia memilih seorang pemimpin.
Ketika itu masih terngiang ditelinga kita bagaimana orang kulit hitam hidup di negara kulit putih. Naik bispun bisa disuruh pergi ketika orang kulit putih menginginkan tempat duduknya. Orang kulit kalau mau sukses dalam hidupnya hanya ada dua pilihan, yaitu di dunia olah raga dan tarik suara.
Namun akhir-akhir ini perubahan dan peluang bagi minoritas kulit hitam semakin lebar dengan dipercanya Barack Husein Obama menjadi orang nomor satu di Negara Ai Daya. Banyak orang yang respek dengan Amerika. Dulu Orang Amerika takut atau malu menyebut jati dirinya ketika kalah perang dengan Vietnam, namun sekarang banyak kagum dan mencium orang kulit putih karena dianggap orang Amerika.
Bagimana dengan kita? Masih jauh dari angan-angan. Bagaimana bisa membangun demokrasi yang aman dan tentram, kalau setelah pemilihan kepala desa saja sampai tidak mau tegur sapa, bahkan famili sekalipun menjadi musuh. Diundang untuk kenduri atau selamatan tidak mau, sampai keluar pepatah jawa seperti “dadio banyu moh nyawuk, dadio godong moh nyuwek” (jadi air dak mau ambil dan jadi daunpun dak mau nyobek) atau putus hubungan. Banyak kejadian di masyarakat pedesaan yang pada akhirnya menjadi kurang sehat dalam berkeluarga maupun bermasyarakat.
Orang kita masih mengedepankan harga diri, sehingga tidak mau menerima menerima kenyataan, kalau harga dirinya terancam. Hidup itu mudah, hidup itu enak, hidup itu ujian, hidup itu tantangan, hidup itu berubah, hidup itu bergerak, kalau hidup itu kita rasakan dan kita nyatakan. Mengapa kita buat sulit hidup kita ini. Kalau kita berani bersaing harus berani menanggung resiko. Resiko tidak selamanya enak. Ada yang mengenakkan hati dan badan juga ada yang menyakitkan hati dan juga berpengaruh terhadap kesehatan badan serta jiwa. Yang bisa bersaing dan sukses jangan sombong dan yang belum sukses jangan patah hati dan semangat. Ingat satu musuh sudah terkesan terlalu banyak, namun sejuta teman masih terasa sedikit.
Untuk bisa menjadikan Obama-Obama Indonesia kita perlu memperhatikan sektor pendidikan. Tidak hanya memperhatikan saja, namun harus ada action dan biaya mengucur demi mamanusiakan manusia Indonesia. Not Only talk but action atau NATO (No Action Talk Only)