Jumat, Juli 31, 2009
Rabu, Juli 29, 2009
PAS SMPN 1 Takeran dan SMPN 2 Kawedanan
Mudah-mudahan SMP 1 Takeran dan 2 Kawedanan segera mengaplikasikan PAS secepat mungkin. BpK. Anto Pramono dan Bpk. Supriyono sebagai komandan TIKnya akan melangkah lebih maju.
Senin, Juli 27, 2009
Ponorogo Guru Berprestasi Jatim
Lima orang guru di Kabupaten Ponorogo berhasil memboyong juara sebagai guru berprestasi. Mereka lolos setelah melalui sejumlah tahap seleksi di tingkat Jawa Timur.
Bahkan seorang pengawas sekolah berhak ikut serta dalam perayaan HUT ke-64 RI di Istana Negara bersama presiden Susilo Bambang Yudhoyono setelah menjadi juara pertama tingkat Jatim.
Mereka adalah Kristian Nurseto, sebagai juara pertama tingkat pengawas sekolah menengah. Disusul kepala sekolah SMKN (STM) 1 Jenangan, Nurdianto menyabet juara kedua sebagai kepala sekolah teladan. (Jawa Pos 29 juli 2009)
Selamat kepada guru-guru ponorogo yang meraih prestasi di tingkat jatim.
IKIP PGSD UJIAN SEMESTER
Apa dan bagaimana sejatine guru itu????
Guru adalah bapak, teman, kakak, saudara, keluarga, ustad, artis, pelayan, perencana, bos, directur, manager, evaluator, motivator, promotor, inspirator, evaluator dan masih banyak lagi yang lainnya bagi peserta didik.
Minggu, Juli 26, 2009
Sabtu, Juli 25, 2009
Jumat, Juli 24, 2009
Tasyakuran di Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan
Dalam tasyakuran ini Bapak Syueb Kepala SMA 3 Magetan memberikan tausyiah untuk meningkatkan pendidikan di Kab. Magetan. Beliau mengatakan jadilah orang yang memberi ilmu atau guru. Karena guru akan mudah masuk surga.
Kalau tidak dapat menjadi guru minimal jadilah orang yang menyenangkan.
Lomba Ternak Buras Tingkat Nasional di Desa Kiringan Kec. Takeran Magetan
Mengucapkan selamat datang kepada para yuri tingkat nasional
(para peserta didik SD sedang mengangkat telur hasil peternak Buras)
Desa Kiringan Kec. Takeran menjadi peserta lomba ternak ayam bukan ras tingkat Nasional.
Mudah-mudahan bisa menggondol juara no 1 kata bapak Bupati Magetan dalam pidato menyambut 3 orang penilai dari tingkat pusat.
Selasa, Juli 21, 2009
GUS MUS
Setiap orang yang mengenal Gus Mus, baik secara langsung maupun hanya melalui karya-karyanya, akan sepakat dengan pendapat di atas. Bahkan, seperti yang diutarakan Emha Ainun Nadjib, gelar itu terlalu kecil untuk memberi harga bagi jasa-jasa Gus Mus yang sedemikian besar, tidak hanya bagi umat Islam tapi juga bagi bangsa Indonesia.
Di tengah pusaran zaman yang mengantar para pemimpin berlomba-lomba berebut kekuasaan politik, Gus Mus masih tetap sabar dan setia berdiri di pinggir mengurus soal-soal kebudayaan. Sebagai kiai, penyair, seniman, dan budayawan, sampai sekarang Gus Mus masih tekun menulis esai, mencipta puisi dan cerpen, melukis, berceramah, dan mengasuh pondok pesantren. Sebagaimana dulu saat Orde Baru berjaya, dia berjuang bahu-membahu bersama para penegak demokrasi dan HAM membela nasib rakyat kecil yang selalu menjadi korban pembangunan.
Buku Gus Mus, Satu Rumah Seribu Pintu ini, dengan segala keterbatasannya, berusaha merekam jejak-jejak langkah itu. Sebagaimana tajuknya, buku ini adalah kumpulan tulisan dari 29 orang yang dianggap paling dekat dengan Gus Mus, secara biologis, pertemanan, maupun pemikiran. Masing-masing mengungkapkan kesan dan penilaian terhadap sosok pribadi dan karya-karya sang tokoh. Beberapa menuliskan kritik sastra terhadap puisi dan cerpennya. Yang lain berkisah tentang pengalaman-pengalaman intim bersamanya. Ada juga yang menelaah pemikiran-pemikirannya seputar soal keagamaan dan kebangsaan.
Perihal kepenyairan, dengan membaca beberapa puisi Gus Mus, Jamal D. Rahman menemukan pada diri Gus Mus sosok ulama dan penyair bersatu secara paripurna. Puisi-puisinya merefleksikan pertemuan kesadaran religius dan bangunan intuitif pada satu titik: dia bersifat sangat personal sekaligus sosial. Pada puisinya yang paling sunyi sekalipun, seperti Sajak Putih Buat Kekasih dan Seporsi Cinta, kita akan tetap merasakan dimensi sosial yang hendak diperjuangkan. Dengan kata lain, Gus Mus telah menghadirkan angin segar dalam blantika sastra Indonesia. Puisi-puisinya adalah suara kritis dari pedalaman pesantren, terdengar nyaring, keras, religius, namun juga jenaka (hlm. 30).
Sedangkan Maman S. Mahayana mencermati beberapa cerpen Gus Mus sebagai representasi dari realitas masyarakat (Islam-pesantren) yang hidup dengan segala sistem kepercayaannya. Menurut Maman, kehadiran cerpen-cerpen Gus Mus tidak sekadar memperkaya tema cerpen Indonesia, tetapi juga menawarkan pandangan baru tentang terjadinya pergeseran peran kiai. Hal ini bisa kita baca pada cerpen Lukisan Kaligrafi, Ngelmu Sigar Rasa, dan Gus Jakfar. Di dalamnya terdapat sebuah pertanyaan besar: di manakah peranan para kiai hendak ditempatkan ketika zaman telah berubah dan kehidupan politik ikut mempengaruhi perilaku masyarakat? (hlm. 41).
Tentang ke-ulama-an Gus Mus, mungkin tak ada satu orang pun yang hendak mempertanyakan. Dalam pandangan Acep Zamzam Noor, tak banyak tokoh NU yang unik dan lengkap seperti Gus Mus. Konfigurasi iman, akal, dan rasa menyatu dalam dirinya. Bahkan, Acep berani berkhayal seandainya tokoh-tokoh NU semuanya santai seperti Gus Mus, mungkin Indonesia akan aman. Mungkin jamiyah NU akan tenang dan damai. Mungkin politisi NU tidak akan kampungan dan kekanak-kanakan. Tapi sayangnya, masih menurut Acep, posisi seperti yang dipilih Gus Mus bukanlah posisi yang seksi di mata anak-anak muda NU. Mereka lebih tertarik terjun ke dunia politik praktis (hlm. 127).
Lebih jauh lagi, Goenawan Mohamad menilai Gus Mus sangat dekat dengan apa yang disebutnya sebagai ''etika kedlaifan''. Ini tercermin dari perkataan Gus Mus dalam sebuah wawancara: ''Saya khawatir terhadap orang yang merasa sudah sempurna, lalu menganggap yang lain jahanam semua. Ini malah berbahaya. Orang yang memutlakkan diri sendiri itu sudah syirik, minimal syirik samar, karena yang mutlak benar itu hanya Allah.''
Bagi Goenawan, Gus Mus berbicara tentang hubungan antara manusia dan kebenaran, tidak sebagai sesuatu yang mutlak. Dia selalu mengingatkan bahwa Kebenaran hanya datang dalam wahyu, sesuatu yang dahsyat, sesuatu yang menyebabkan pingsan, dan ketika bangun, si pingsan berubah, bersetia kepada apa yang ditinggalkan kebenaran itu. Tapi jejak adalah jejak: sesuatu yang dikonstruksikan oleh yang datang kemudian. Orang sering lupa bahwa ada jarak antara ''jejak kebenaran'' dan ''kebenaran'' itu sendiri (hlm. 182).
Di sinilah kita menjadi sadar, di balik kebesarannya, Gus Mus hanyalah manusia biasa. Buku ini menyuguhkan pengalaman-pengalaman unik yang hanya mungkin dikisahkan oleh orang-orang yang benar-benar dekat dengannya. Seperti puisi Taufiq Ismail yang bercerita tentang pengalamannya bersama Gus Mus menghadiri Festival Puisi Mirbid di Iraq pada 1989. Di dalam puisi ini kita bertemu dengan kehangatan persahabatan antara Gus Mus, Taufiq, Sutardji Calzoum Bachri, Abdul Hadi WM., Leon Agusta, dan Hamid Jabbar, lengkap dengan berbagai kisah lucu dan kekonyolan masing-masing.
Ada juga kisah Zawawi Imron, yang pada pertengahan 2008 diajak Gus Mus berkeliling Timur Tengah tanpa membayar ongkos sepeser pun. Saat makan bersama di sebuah hotel di Madinah, Gus Mus yang datang belakangan mengambilkan air minum untuk Zawawi yang sudah duduk makan lebih awal tapi lupa air minum. Zawawi benar-benar terkesan karena dirinya sebagai murid diperlakukan dengan demikian terhormat oleh sang guru.
Yang paling menarik adalah apa yang diceritakan Ienas Tsuroiyya, putri sulung Gus Mus yang juga istri Ulil Absar Abdalla. Dalam kisah Ienas kita diperkenalkan akan sosok Gus Mus sebagai seorang ayah yang bisa menjadi sahabat bagi seluruh anggota keluarganya. Dalam hal perjodohan putra-putrinya, misalnya, Gus Mus sangat demokratis. Dia mempersilakan putrinya memilih dan memutuskan sendiri calon suaminya, suatu hal yang langka di dunia pesantren.
Akhirnya, buku ini memang tidak mungkin menghadirkan gambaran yang utuh tentang sosok Gus Mus. Bahkan, 99 persen hanya menggambarkan sisi baik Gus Mus, atau dengan kata lain hanya memuji. Meskipun demikian, di balik minimnya kritik, kita tetap mendapatkan banyak hal yang memang layak untuk kita pelajari dan teladani di tengah keterpurukan bangsa tercinta ini. Di tengah kecamuk politik yang semakin hari semakin memanas, bangsa ini membutuhkan oase untuk menyegarkan diri: pujangga yang konsisten menjaga jarak dengan politik demi memelihara keutuhan bangsa. Adakah yang lebih indah daripada sosok kiai yang mengisi ceramah keagamaannya dengan membaca cerpen dan puisi? Sedangkan di tempat lain kita masih sering bertemu orang-orang yang memekikkan ''Allahu Akbar'' dengan penuh kebencian. (*)
Banwas Turun Ke Sekolah
Mudah-mudahan dengan gratis ini dapat meningkatkan mutu pendidikan.
Minggu, Juli 19, 2009
Malam Pendadaran Dewan Pembina Pramuka SMPN 1 Takeran Magetan
Pembentukan Karakter Calon Dewan Pembina Pramukan SMP 1 Takeran
tahan uji.
Jumat, Juli 17, 2009
PUSDIKLAT BOLLA VOLLEY SNEDKA MAGETAN
Mudah-mudahan dengan pusdiklat bOlla volley (Volley ball) ini SNEDKA bisa bersanding dengan SMP 1 Kawedanan. Bahkan suatu saat nanti SMP 2 Tidak harus nomor dua. Kapan impian itu terwujud? merupakan waktu yang tidak terukur. Namun dengan semngat membara ukuran waktu semakin dekat.
Sukses Snedka......
Kamis, Juli 16, 2009
Mos Makan Korban
Lepas dari kemungkinan ondisi anak yang kurang baik, mungkin juga kelelahan dalam menjalani MOS, problema MOS menjadi penting untuk di simak.
Mos bertujuan untuk mengenalkan dan membentuk karakter peserta didik baru untuk tidak canggung masuk ke sekolah baru. Masa ini mereka biasanya diberikan pembekalan untuk siap menjadi warga sekolah baru.
Mereka diharapkan mengenal budaya - budaya sekolah sehingga langsung mengikuti kultur sekolah yang mungkin berbeda sekali dengan sekolah yang mereka tinggalkan.
Minggu, Juli 12, 2009
MOS SMPN 1Takeran dan SMPN 2 Kawedanan Magetan
Sabtu, Juli 11, 2009
Olah Raga Berjilbab
Kita patut acungi jempol dengan ketaatan dan keteguhan mereka untuk tidak meninggalkan kewajiban beragama. Ini menjadi pelajaran bagi anak didik kita untuk meniru ketokohan dan ketekunan mereka.
Daftar Ulang Peserta Didik Baru
Dengan materikulasi diharapkan peserta didik bisa mempersiapkan UAN dengan penuh keyakinan dan kejujuran.
Kamis, Juli 09, 2009
Selamat SBY Budiono.
Dulu banyak warga memilih seseorang atas dasar teman, kerabat, partai, organisasi dsb. Mudah-mudahan demokrasi Indonesia ke depan mendekati demokrasinya Amerika ketika milih presiden OBAMA.
Selasa, Juli 07, 2009
Antara Seni dan Olah Raga
Hari ini Ronaldo mulai berkiprah di Madrid dengan nilai kontrak 94 juta euro. Luar biasa dan ruaar biasa. Namun kalau dibanding dengan sebuah lukisan masih mahal sebuah lukisan.
Lukisan hanya di lihat beberapa orang dan tidak bisa dinikmati setiap hari di media masa atau elektrik. Sehingga seni lukis lebih mahal dari pada olah raga.
Saat ini Pelajaran Men-Contreng
Mudah-mudahan hari ini pencontrengan berjalan aman dan lancar sehingga akan terpilih presiden dan wakil presiden yang didambakan masyarakat Indonesia.
Senin, Juli 06, 2009
Pengorbanan Dari Sebuah Kejujuran
SMP 1 Takeran akan berusaha terus menegakkan dan mengedepankan kejujuran. Karena kiblat kami dalam mengembangkan sekolah didasari 5 program unggulan yaitu : 1. Bernuansa pondok pesantren, 2. pengembangan akademis, 3. Olah raga dan seni, 4. Tekglob (teknologiGlobal) dan 5. Kisar (Kelompok Ilmiah dan Sastra Remaja)
Dengan mengedepankan kejujuran diharapkan Kabupaten Magetan pendidikannya bisa maju nerkualitas.
Sabtu, Juli 04, 2009
Pendaftaran Siswa Baru atau Peserta Didik Baru
Dengan banyaknya peserta didik yang belum berhasil lulus ujian, SMP 1 Takeran mengalami kekurangan murid baru. Untuk tahun kemarin turun drastis dari 200 lebih pendaftar menjadi 150 murid baru.
Mudah-mudahan tahun ini tidak terlalu banyak berkurang. Maklum masyarakat sekarang masih mengukur sekolah dari jumlah kelulusan. Sekolah yang meloloskan muridnya 100% dianggap berkualitas.
SMPN 1 Takeran akan tetap menjadi icon mengedepankan kejujuran bukannya mengedepankan harga diri.
Kenyataan yang ada dari hasil output sekolah peserta didik dari SMPN 1 Takeran bisa mengungguli peserta didik dari sekolah lain, bahkan dari penuturan peserta didik dari SMA kawedanan dapat mnggondol juara pertama paralel untuk kelulusan tahun ini.
Mereka yang masuk sekolah dengan danem 25, dapat mengalahkan danem 27. (kata Tyas SMA Kawedanan) dan yang di SMA 1 Madiun juga mendapat rangking 3.
Jumat, Juli 03, 2009
Guru Profesional Berkarya dan Terus Berkarya
Ada 4 unsur sosok kompetensi utuh profesional guru:
1. Kompetensi paedagogik.
2. Kometensi Kepribadian
3. Kompetensi sosial
4. Kompetansi profesional.
Sedangkan dalam menjalankan tugas profesional, kompetensi guru harus memiliki kemampuan :
2. Menguasai bidang ilmu baik secara keilmuan maupun pemilihan dan pengemasannya ke
dalam materi pembelajaran.
3. Menyusun rencana pembelajaran beserta perangkat pembelajaran, evaluasi proses dan hasil
pembelajaran.
4. Mengimplementasikan rancangan program pembelajaran serta melakukan penyesuaian-
penyesuaian demi tercapainya tujuan pembelajaran.
5. menguasai bidang-bidang lain yang diperlukan untuk meningkatkan pembelajaran dan
memuthakhirkan pengetahuan dan ketrampilan pendidik .
6. Memiliki sikap, nilai, dan kebiasaan berpikir produktif eperti berpikir kritis, kreatif, mandiri
serta perilaku yang menunjang tampilan kinerja pendidik.
Semoga guru tetap sukses dan selalu berkarya dan berkarya.
Kode Bidang Studi
KODE BIDANG STUDI/MATA PELAJARAN(DIGIT 7, 8, DAN 9) TAHUN 2009
A. Guru Mata Pelajaran Non Kejuruan Di SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK*, dan SLB
Pengelompokan mata pelajaran berdasarkan permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, dan No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru.
No | Satuan Pendidikan | Mata Pelajaran/Guru Kelas | Kode |
1 | PAUD/TK/RA | Guru Kelas | 020 |
2 | SD/MI/SDLB | Guru Kelas | 027 |
3 | SD/MI/SDLB; SMP/MTs/SMPLB; SMA/MA/SMALB/SMK/MAK* | Pendidikan Agama Islam | 127 |
4 | SD/MI/SDLB; SMP/MTs/SMPLB; SMA/MA/SMALB/SMK/MAK* | Pendidikan Agama Katholik | 130 |
5 | SD/MI/SDLB; SMP/MTs/SMPLB; SMA/MA/SMALB/SMK/MAK* | Pendidikan Agama Kristen | 134 |
6 | SD/MI/SDLB; SMP/MTs/SMPLB; SMA/MA/SMALB/SMK/MAK* | Pendidikan Agama Hindu | 137 |
7 | SD/MI/SDLB; SMP/MTs/SMPLB; SMA/MA/SMALB/SMK/MAK* | Pendidikan Agama Budha | 140 |
8 | SD/MI/SDLB; SMP/MTs/SMPLB; SMA/MA/SMALB/SMK/MAK* | Pendidikan Agama Konghucu | 143 |
9 | SD/MI/SDLB; SMP/MTs/SMPLB; SMA/MA/SMALB/SMK/MAK* | Seni Budaya | 217 |
10 | SD/MI/SDLB; SMP/MTs/SMPLB; SMA/MA/SMALB/SMK/MAK* | Pendidikan Jasmani dan Kesehatan | 220 |
11 | SD/MI/SDLB; SMP/MTs/SMPLB; SMA/MA/SMALB/SMK/MAK* | Bahasa Inggris | 157 |
12 | SMP/MTs/SMPLB; SMA/MA/SMALB/SMK/MAK* | Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) | 154 |
13 | SMP/MTs/SMPLB; SMA/MA/SMALB/SMK/MAK* | Matematika | 180 |
14 | SMP/MTs/SMPLB; SMA/MA/SMALB/SMK/MAK* | Bahasa Indonesia | 156 |
15 | SMP/MTs; SMA/MA | Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) | 224 |
16 | SMP/MTs; SMA/MA | Keterampilan | 227 |
17 | SMP/MTs/SMPLB; SMALB | Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) | 097 |
18 | SMP/MTs/SMPLB; SMALB | Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) | 100 |
19 | SMA/MA/SMK/MAK* | Biologi | 190 |
20 | SMA/MA/SMK/MAK* | Fisika | 184 |
21 | SMA/MA/SMK/MAK* | Kimia | 187 |
22 | SMA/MA/SMK/MAK* | Ekonomi | 210 |
23 | SMA/MA/SMK/MAK* | Sosiologi | 214 |
24 | SMA/MA/SMK/MAK* | Antropologi | 215 |
25 | SMA/MA/SMK/MAK* | Geografi | 207 |
26 | SMA/MA/SMK/MAK* | Sejarah | 204 |
27 | SMA/MA/SMK/MAK* | Bahasa Arab | 167 |
28 | SMA/MA/SMK/MAK* | Bahasa Jerman | 160 |
29 | SMA/MA/SMK/MAK* | Bahasa Perancis | 164 |
30 | SMA/MA/SMK/MAK* | Bahasa Jepang | 170 |
31 | SMA/MA/SMK/MAK* | Bahasa Mandarin | 174 |
32 | SMK/MAK* | Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) | 330 |
33 | SMK/MAK* | Kewirausahaan | 331 |
34 | SMP/MTs/SMPLB; SMA/MA/SMALB/SMK/MAK* | Bimbingan dan Konseling (Konselor) | 810 |
*Hanya untuk kelompok mata pelajaran normatif dan adaptif