Buku Boleh Terbit di Dunia, Tapi Niatnya untuk Akhirat
Sarasehan Ceris 3 Di Wonosalam Jombang
Di tengah semangat literasi yang terus tumbuh, semakin banyak orang yang ingin menulis dan menerbitkan buku. Ada yang menulis karena hobi, ada karena ingin dikenal, ada juga karena ingin menghasilkan uang. Semua sah-sah saja. Tapi sebagai seorang Muslim, kita perlu bertanya pada diri sendiri: "Untuk apa sebenarnya aku menulis?"
Menulis Itu Ibadah, Jika Diniatkan Karena Allah
Menulis bukan sekadar menyusun kata. Ia bisa menjadi ibadah jika dilakukan dengan niat yang benar: untuk menyebarkan ilmu, mengajak pada kebaikan, atau menanam amal jariyah. Allah SWT berfirman:
“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.”
(QS. Al-Kahfi: 110)
Menulis buku yang bermanfaat termasuk amal shalih. Tapi jangan sampai niatnya bercampur dengan riya', ingin dipuji, atau hanya ingin dikenal banyak orang.
Buku Boleh Terbit di Dunia…
Tidak salah jika buku kita hadir di toko-toko buku, diperbincangkan banyak orang, bahkan viral. Itu bisa menjadi anugerah dari Allah. Namun, semua itu hanyalah "kulit luar". Apa yang benar-benar Allah nilai adalah apa yang tersembunyi di dalam dada: niat.
Buku boleh saja dicetak di dunia, diterbitkan oleh penerbit besar, bahkan masuk rak perpustakaan. Tapi pertanyaannya, apakah buku itu juga akan "terbit" di akhirat sebagai amal kebaikan?
Tapi Niatnya untuk Akhirat
Bayangkan jika satu paragraf dalam buku kita menyentuh hati seseorang, membuatnya menangis, berubah, dan kembali kepada Allah. Lalu ia mengajak keluarganya. Lalu keluarganya mengajak yang lain. Semua itu, insya Allah, menjadi pahala yang terus mengalir, bahkan saat kita sudah tiada. Inilah keindahan dari amal jariyah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya."
(HR. Muslim)
Menulis adalah Ladang Dakwah
Sebagian orang berdakwah lewat lisan. Tapi banyak yang bisa berdakwah lewat tulisan. Kata-kata yang jujur, penuh hikmah, dan menyentuh jiwa bisa lebih tajam dari pidato yang lantang.
Jika niat kita benar, setiap huruf yang kita tulis bisa menjadi saksi di akhirat nanti bahwa kita telah berusaha menebar manfaat.
"Barang siapa menunjukkan kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang melakukannya."
(HR. Muslim)
Mari Luruskan Niat
Menulis buku adalah karunia. Tapi jangan sampai karunia ini berubah menjadi ujian yang membuat kita lalai dan lupa kepada Allah. Luruskan niat, perbaiki tujuan, dan jadikan setiap tulisan sebagai bentuk ibadah dan pengabdian.
AMB Ayo Menulis Buku
Buku boleh Terbit di Dunia, tapi Pastikan Niatnya Akhirat.
1 Komentar:
Bener juga mas, niat yang tulus memang diperlukan dalam menulis. Kalau tanpa niat yang tulus menulis terasa berat.
Oleh
choiron, Pada
17 Juni 2025 pukul 19.45
Posting Komentar
<< Beranda