Wajah Pendidikan Indonesia

Senin, Agustus 18, 2025

BAJOR (Buku Anak Jakarta On The Road)".

"Safari Literasi Untuk Anak  Bangsa 

🎯 Visi

Mewujudkan Jakarta sebagai Kota Literasi Dunia melalui pembudayaan bedah buku karya anak.

📝 Misi

1. Memberikan ruang apresiasi bagi karya tulis anak Jakarta.

2. Menumbuhkan budaya membaca & berdiskusi melalui kegiatan bedah buku berjenjang

3. Melibatkan seluruh ekosistem pendidikan: anak, kepala sekolah, guru, dinas, hingga gubernur dan masyarakat serta instansi pemerintah 

📌 Format Bedah Buku

1. Setiap Hari  "Bedah Buku Sahabat"

Antar anak saling membedah buku teman secara singkat (1–3 menit).

Membiasakan budaya membaca & mengapresiasi sejak dini.

2. Setiap Minggu  "Pekan Literasi  Jakarta"

Siswa terpilih membedah buku karya sendiri 3 menit,

Kepala sekolah menambahkan penguatan 2 menit.

Dilaksanakan daring dan dipresentasikan setiap apel/ upacara atau Jumat literasi.

3. Setiap Bulan  "Bulan Bedah Buku "

Bidang literasi sekolah memfasilitasi.

Bisa berkolaborasi dengan perpustakaan sekolah dan Kepala Bidang Pendidikan 

4. Setiap Semester – "Festival Buku Jakarta"

Kepala Dinas Pendidikan melaunching dan membedah buku karya anak-anak terbaik semester itu.

Bisa dirangkai dengan pameran buku dan lomba resensi.

5. Setiap Tahun – "Launching Buku Jakarta"

Puncak acara dilaksanakan oleh Gubernur DKI Jakarta.

Launching kompilasi karya terbaik sepanjang tahun.

Menjadi event tahunan resmi literasi Jakarta. 

Slogan:  BAJOR 

Safari Literasi Anak Bangsa 

Ayo Menulis Lagi Rek ! Surabaya go to Jakarta


📘 Program Bimtek Ayo Menulis Lagi Rek

Tema   : Wisata Literasi & Produksi Buku
Durasi : 2 Malam 3 Hari
Lokasi : Jakarta
Peserta: Guru, pegiat literasi, siswa/mahasiswa, komunitas literasi
Tujuan:

  1. Meningkatkan keterampilan menulis buku.

  2. Membekali peserta dengan pengalaman langsung literasi di Jakarta.

  3. Memahami proses penerbitan, termasuk pengurusan ISBN.

  4. Mendorong lahirnya karya buku dari masing-masing peserta.

🎯 Output Program

  1. Setiap peserta menghasilkan minimal 1 draft buku.

  2. Peserta memahami proses mendapatkan ISBN.

  3. Peserta memiliki jejaring literasi tingkat nasional.

  4. Peserta mendapatkan sertifikat resmi Bimtek Ayo Menulis Lagi.


📅 Itinerary & Jadwal Bimtek "Ayo Menulis Lagi"

Durasi: 2 Malam 3 Hari – Jakarta

📍 Hari Pertama – Kedatangan & Panen Buku Jakarta

Waktu Kegiatan
08.00 – 09.00 Opening Ceremony: Sambutan panitia, pengarah program, perkenalan peserta
09.00 – 12.00 Kunjungan Literasi ke Panen Buku Jakarta: sharing, diskusi, workshop
12.30 – 13.30 Makan bersama (Ishoma)
13.30 – 15.30 Melanjutkan wisata literasi dan sharing pengalaman menulis buku
15.30 – 15.00 Istirahat Sholat Sneck
15.00 – 17.00 Refleksi harian & sharing session, penugasan menulis draft ide buku
17.30 Ishoma

📍 Hari Kedua – Perpusnas & Bimbingan Teknis Menulis

Waktu Kegiatan
08.00 – 08.30 Sarapan pagi
08.30 – 12.00 Wisata Literasi Sharing Literasi di Arpusnas (Narasumber: Bapak Joko Santoso)
12.00 – 13.00 Ishoma
13.00 – 15.00 Materi Penerbitan & ISBN: narasumber pemangku jabatan, simulasi ISBN
15.30 – 17.00 Literasi Tour di Perpustakaan Nasional RI (koleksi langka, digital)
18.00 – 19.30 Makan malam bersama
19.30 – 21.00 Workshop Produksi Buku: penulisan draft & mentoring kelompok
21.30 Istirahat

📍 Hari Ketiga – Finalisasi & Penutupan

Waktu Kegiatan
07.00 – 08.00 Sarapan pagi
08.30 – 10.30 Finalisasi Draft Buku peserta + pendampingan teknis
10.30 – 12.00 Presentasi singkat ide buku dari peserta
12.00 – 13.00 Ishoma
13.00 – 14.00 Closing Ceremony: pesan & kesan peserta, penyerahan sertifikat
14.00 – 15.00 Persiapan pulang
15.00 – selesai Kembali ke Jawa Timur

Sabtu, Agustus 16, 2025

Program Sekolah Wisata Literasi

.

📘 RENCANA SEKOLAH WISATA LITERASI

🏫 Visi

Terwujudnya sekolah taman wisata literasi 

🎯 Misi

  1. Menumbuhkan budaya membawa buku, membaca dan menulis sejak dini.
  2. Menyediakan lingkungan fisik yang mendukung ekosistem literasi: dari kelas, halaman, hingga pojok-pojok terbuka sekolah.
  3. Mendorong kreativitas anak dalam membaca dan menulis melalui media beragam (tulisan di web, video, gambar, dll.).
  4. Menjadikan buku sebagai hadiah terindah dalam kehidupan sekolah.
  5. Mewujudkan komunitas literat yang aktif, kreatif, dan produktif.

📚 Program Utama

A. Membentuk Satgas Literasi Sekolah.
    Tugasnya: Merencanakan, Mengendalikan dan menngkontrol serta memberikan reward bagi                 pemenang
    Satuan tugas literasi terdiri dari tim Sekbid  Literasi dari OSIS. 
    Duta Baca, Duta Literasi, Duta Wisata.
    Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan

B.  Program Unngulan

1. Program Membaca: “Setiap Anak Satu Buku, Banyak Cerita”

  • Setiap warga sekolah (murid, guru, staf) wajib membaca minimal satu buku per bulan.
  • Hasil bacaan dituangkan dalam bentuk:
    • Tulisan resensi atau sinopsis
    • Video ulasan
    • Gambar ilustrasi
    • Cerita ulang dalam bentuk animasi
  • Output dipajang di:
    • Mading kelas
    • Majalah sekolah
    • Website sekolah
    • Akun media sosial sekolah

2. Program Menulis: “Satu Anak Satu Tulisan Setahun”

  • Setiap siswa wajib menghasilkan minimal satu karya tulis per tahun.
  • Karya tersebut dapat berupa:
    • Cerpen
    • Puisi
    • Artikel
    • Esai
    • Karya ilmiah remaja
  • Karya terbaik dibukukan dan dijadikan bagian dari antologi tahunan sekolah.
  • Siswa kelas akhir wajib membuat:
    • 1 Buku mini / portofolio tulisan
    • 1 Artikel unggulan untuk majalah sekolah

3. Program Guru Menulis: “1 Guru satu buku. 1 sekolah 13 Buku” sesuai dengan jumlah mapel atau jurusan

  • Setiap guru menulis minimal:
    • 1 tulisan per bulan 
    • 1 buku per tahun (bisa kompilasi bersama)
  • Hasil karya menjadi koleksi perpustakaan sekolah dan referensi pembelajaran.
  • Didorong untuk menjadi kontributor tetap majalah sekolah.

4. Program Buku di Mana Saja

  • Buku disediakan di:
    • Kelas
    • Pojok baca
    • Taman sekolah
    • Gazebo literasi
    • Halaman depan
    • Pantai/area luar (jika tersedia)
  • Siswa dianjurkan membawa buku ke mana pun mereka pergi.
  • Slogan: “Anak membawa buku ke mana-mana.”

5. Fasilitas & Sarana Literasi

  • Disediakan:
    • Tempat duduk nyaman
    • Gazebo literasi
    • Lukisan & mural bernuansa literasi
    • Papan kutipan dan brosur inspiratif
    • Rak buku mini di setiap sudut sekolah
  • Lingkungan sekolah dipenuhi unsur visual literatif (kata-kata motivasi, puisi dinding, dsb).

🎉 Program Apresiasi & Reward Literasi

A. Bendera Literasi / Payung Literasi

  • Setiap bulan, kelas paling aktif dan kreatif akan diberi:
    • Bendera Literasi / Payung Literasi
    • Dipasang di depan kelasnya sebagai bentuk kebanggaan.

B. Hadiah Buku

  • Dalam setiap kegiatan:
    • Ulang tahun siswa/guru
    • Peringatan hari besar
    • Kegiatan lomba
  • Hadiah utama diberikan berupa buku pilihan untuk menambah koleksi kelas & pribadi.

🧭 Penutup & Harapan

Sekolah bukan sekadar tempat belajar, tetapi destinasi wisata literasi. Tempat di mana buku menjadi teman, tulisan menjadi warisan, dan membaca menjadi gaya hidup. Mari wujudkan sekolah sebagai rumah budaya literasi, tempat anak-anak tumbuh dalam kegemaran membaca dan kecintaan pada menulis.


Guru Itu Dalang


 


Guru Itu Dalang: Menggiring Peran, Menyalakan Cahaya

Dalam dunia pewayangan, dalang adalah sosok sentral. Ia bukan sekadar pemain wayang, tetapi penggerak cerita, penghidup karakter, sekaligus pengendali suasana. Seorang dalang dituntut serba bisa: menyuarakan berbagai tokoh dengan karakter berbeda, mengatur irama gamelan, berinteraksi dengan sinden dan pelawak, hingga menjaga hubungan dengan penonton. Semua itu dilakukan demi menghadirkan sebuah lakon yang hidup dan bermakna.

Lalu, apa hubungannya dengan seorang guru?

Guru, Dalang Kehidupan di Kelas

Guru, sejatinya, tak ubahnya dalang di ruang kelas. Sama seperti dalang yang harus menguasai jalan cerita pewayangan, guru pun harus menguasai materi pelajaran. Namun bukan itu saja: guru dituntut bisa memainkan berbagai “peran” sesuai dengan kebutuhan anak didiknya.

Ada kalanya guru menjadi motivator, ada saatnya menjadi sahabat, kadang juga menjadi “orang tua kedua” di sekolah. Ia harus pandai membaca situasi, kapan harus tegas, kapan harus lembut, kapan harus mengajak bercanda, dan kapan harus serius.

Interaksi yang Menghidupkan

Seni pedalangan modern tidak lagi sekadar satu arah. Ada komunikasi dua arah: antara dalang dengan penonton, dalang dengan sinden, bahkan dengan pelawak. Demikian pula pembelajaran masa kini. Guru bukan lagi satu-satunya sumber ilmu, melainkan fasilitator yang membuka ruang dialog, diskusi, dan interaksi.

Dengan interaksi yang hangat, guru bisa mengenali karakter setiap muridnya. Ada anak yang pendiam, ada yang aktif, ada yang cepat paham, ada pula yang butuh bimbingan lebih. Kedekatan inilah yang melahirkan energi positif dan menumbuhkan motivasi belajar.

Variasi Metode, Variasi Lakon

Dalang tidak mungkin memainkan seluruh cerita dengan gaya yang sama. Begitu pula guru, ia tidak bisa hanya mengandalkan ceramah. Anak didik membutuhkan variasi metode: diskusi, tanya jawab, bermain peran, proyek, bahkan teknologi digital. Setiap variasi akan membuat suasana kelas lebih hidup dan memudahkan anak memahami materi sesuai gaya belajarnya.

Hasil Akhir: Cahaya di Masa Depan

Tujuan seorang dalang adalah menghidupkan cerita agar penonton mendapat makna. Tujuan seorang guru lebih besar lagi: mengarahkan, menghantarkan, dan menyalakan cahaya dalam diri anak didiknya agar mereka siap menapaki masa depan.

Setiap keberhasilan siswa adalah bukti nyata peran seorang guru. Potensi dasar yang diolah dengan sabar, dikembangkan dengan penuh kasih, akan melahirkan manusia yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter. Itulah aset berharga yang akan menjadi pijakan hidup siswa, baik secara individu maupun sosial, kelak di kemudian hari.

Dalang dan guru memang berbeda panggung. Dalang beraksi di balik kelir, sementara guru beraksi di depan kelas. Namun keduanya memiliki misi yang sama: menghidupkan cerita, memberi makna, dan mengarahkan jalan.

Maka pantaslah jika kita berkata: guru itu dalang, pengendali cerita kehidupan yang akan dikenang sepanjang masa.

Rabu, Agustus 13, 2025

Bendera Literasi Penggerak Sekolah

 .

Program Bendera Literasi

(Bendera Federasi untuk Penggerak Literasi Sekolah)

Tujuan

Meningkatkan semangat literasi siswa melalui persaingan sehat antar kelas, dengan memberikan apresiasi dan penghargaan kepada kelas yang paling aktif dalam kegiatan literasi.

Konsep Program

  • Bendera Literasi adalah simbol apresiasi yang diberikan kepada kelas dengan pencapaian literasi tertinggi dalam periode tertentu (misalnya per bulan).
  • Kelas yang meraih bendera ini berhak membawanya dan memajangnya di depan kelas selama satu bulan sebagai bentuk kebanggaan.
  • Selain bendera, kelas pemenang juga mendapatkan hadiah buku dan uang pembinaan sebesar (Rp200.000. situasional)

Kriteria Penilaian

Nilai literasi dihitung berdasarkan akumulasi poin dari berbagai kegiatan literasi di sekolah, antara lain:

  1. Kunjungan ke Perpustakaan

    • Kelas dengan jumlah kunjungan tertinggi mendapatkan poin tambahan.
    • Kelas dengan durasi membaca terlama juga semakin banyak poinnya
  2. Peminjaman Buku Terbanyak

    • Poin dihitung berdasarkan total buku yang dipinjam anggota kelas.
  3. Pembuatan Sinopsis

    • Siswa membuat ringkasan atau sinopsis dari buku yang dibaca.
  4. Resensi atau Tulisan Kreatif

    • Menulis cerpen, puisi, atau artikel terinspirasi dari buku yang dibaca.
  5. Adaptasi Karya

    • Mengubah isi buku menjadi bentuk film pendek, gambar, komik, atau animasi.
  6. Presentasi Karya

    • Menyampaikan cerita atau resensi buku di depan kelas atau pada saat upacara.
  7. Inovasi Literasi Lainnya

    • Misalnya membuat podcast literasi, drama, atau pameran buku kelas; bedah buku, pantun, puisi berbasis yang dibaca

Proses Penilaian

  • Semua kegiatan dicatat dan dilaporkan oleh Tim Literasi Sekolah.
  • Poin setiap kelas direkap setiap akhir bulan.
  • Kelas dengan poin tertinggi diumumkan saat upacara bendera dan menerima Bendera Literasi, hibah buku dan Uang Pembinaan 

Manfaat Program

  • Meningkatkan minat baca dan kreativitas siswa.
  • Menumbuhkan kerja sama, kolaborasi dan kebanggaan kelas terhadap prestasi literasi.
  • Memotivasi siswa untuk berkarya dan berbagi inspirasi dari buku.
  • Membentuk budaya kompetisi sehat di bidang literasi.


Senin, Agustus 11, 2025

Kisah Para Ilmuwan yang Menemukan Islam

:


Ilmu yang Menuntun ke Cahaya: Kisah Para Ilmuwan Memeluk Islam

Tidak semua orang memeluk Islam karena garis keturunan atau tradisi. Ada yang menempuh perjalanan panjang, melewati hutan pengetahuan dan samudra pencarian, hingga akhirnya menemukan cahaya kebenaran yang selama ini mereka cari. Menariknya, di antara mereka ada tokoh-tokoh hebat dan ilmuwan dunia yang awalnya hanya ingin memahami ilmu, tetapi justru menemukan Al-Qur’an sebagai jawaban.

Ilmu yang sejati tidak akan bertentangan dengan kebenaran. Banyak peneliti, fisikawan, dokter, dan pemikir yang awalnya mempelajari hukum alam, sejarah, atau kemanusiaan dengan lensa objektif. Namun, semakin dalam mereka meneliti, semakin mereka melihat bahwa ayat-ayat Al-Qur’an telah lebih dahulu berbicara tentang prinsip-prinsip itu—dengan ketepatan yang tidak mungkin lahir dari pengetahuan manusia abad ke-7.

Seorang dokter mungkin terkesima saat membaca penjelasan tentang proses penciptaan manusia dalam rahim yang tertulis dalam Al-Qur’an. Seorang astronom bisa terdiam saat menemukan bahwa kitab suci ini telah mengisyaratkan tentang ekspansi alam semesta. Seorang sejarawan mungkin tergetar ketika melihat bagaimana Al-Qur’an membicarakan bangsa-bangsa masa lalu dengan detail yang kemudian terkonfirmasi oleh penemuan arkeologi.

Inilah yang membuat mereka akhirnya meyakini: wahyu ini bukanlah karya manusia, melainkan firman Tuhan. Ilmu yang mereka tekuni selama puluhan tahun menjadi jembatan menuju iman.

Kisah-kisah ini mengajarkan kita satu hal penting bahwa kebenaran tidak takut pada penelitian. Justru, semakin dalam kita mencari, semakin dekat kita dengan Sang Pencipta. Sebab ilmu yang benar akan selalu berakhir pada satu kesimpulan: Tuhan itu nyata, dan Dia telah menurunkan petunjuk bagi manusia.

Rabu, Agustus 06, 2025

Masih Adakah Guru yang Takut Murid?

 


Ternyata Masih Banyak Guru yang Takut Murid?

🖊️ Oleh: Edy Siswanto
Pegiat Literasi

Masih adakah guru yang takut dengan anak didiknya? Jawabannya: masih ada. Mungkin ini terdengar ironis di tengah tuntutan zaman yang serba maju, namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa fenomena guru takut murid masih menjadi realita.

Coba perhatikan sejenak: ketika bel masuk sekolah sudah berbunyi namun masih banyak siswa berkeliaran di luar kelas, dan guru membiarkannya begitu sajab itu sudah pertanda awal. Atau saat suasana kelas ramai bukan karena diskusi atau aktivitas belajar, melainkan karena siswa berbicara seenaknya, dan guru membiarkan tanpa tindakan itu juga termasuk kategori guru takut murid.

Lebih jauh lagi, ketika siswa melanggar tata tertib sekolah dan guru enggan memberi teguran karena khawatir menyinggung atau tidak ingin berurusan lebih jauh, maka guru itu sedang menghindari tanggung jawab. Bahkan, lebih parah, ketika seorang guru menjadi pengawas ujian namun membiarkan peserta didik mencontek tanpa peringatan, berarti ia telah menanggalkan integritas dan martabat pendidik.

Pernahkah kita mendengar cerita siswa yang saat melihat jadwal ujian bukan melihat mata pelajaran apa yang akan diujikan, tetapi melihat siapa guru yang menjadi pengawasnya? Lalu ketika mereka melihat guru yang mereka anggap "lembek" "tidak mau mengingatkan" , mereka bersorak, “Yes..! Yes..!” Inilah ironi pendidikan kita. Tanda bahwa sebagian siswa telah membaca celah kelemahan gurunya sendiri.

Ketika Guru Memilih Zona Nyaman

Banyak guru saat ini enggan bertindak tegas. Mereka lebih memilih zona nyaman, menghindari konflik, dan tidak ingin menanggung risiko sosial. Mereka tidak mau bermasalah dengan orang tua murid, dinas, atau lingkungan. Akibatnya, mereka menjaga jarak, tidak berani masuk lebih dalam ke kehidupan anak didik mereka.

Guru yang demikian hanya menjadi pemberi materi, bukan pembawa makna. Dunia mereka sempit, hanya sebatas papan tulis dan buku pelajaran, bukan sebagai penerang dalam kegelapan hidup siswa. Padahal, seorang guru sejati adalah mereka yang menjadi sumber kehidupan bagi murid-muridnya. Mereka yang hadir tidak hanya dengan ilmu, tetapi juga dengan teladan, keberanian, dan ketulusan.

Guru Hebat Bukan Sekadar Pengajar

Guru hebat bukan sekadar pengajar di ruang kelas. Mereka adalah pelita, lentera, yang membawa cahaya bagi murid-muridnya di setiap langkah kehidupan. Di manapun dan kapanpun, guru sejati selalu memberi inspirasi dan pembelajaran. Karena sejatinya, belajar itu tanpa batas.

Setiap pengalaman hidup bisa menjadi pelajaran. Setiap kesalahan adalah kesempatan untuk tumbuh memperbaikinya. Dan guru hadir di tengah semua itu menjadi jembatan antara kebodohan dan kebijaksanaan, antara kegelapan dan cahaya.

Jadi, ketika ada guru yang takut kepada murid, sesungguhnya itu adalah cerminan bahwa guru tersebut sedang kekurangan ilmu dan keberanian. Guru seperti ini lebih banyak menciptakan jarak daripada kedekatan, dan tentu saja berdampak pada keberhasilan muridnya.

Bagaimana murid bisa berhasil, jika gurunya sendiri tidak percaya diri?

Mari Berbenah

Untuk para guru di seluruh negeri: mari berbenah. Jangan takut kepada murid. Jadilah sosok yang berani, tegas, dan penuh kasih. Hadirlah sebagai pribadi utuh yang tidak hanya memberi pelajaran, tetapi juga menjadi pembelajaran itu sendiri.

Ingat, menjadi guru bukan hanya tentang mengajar, tetapi juga tentang menginspirasi dan memanusiakan manusia.


Selasa, Agustus 05, 2025

Brilian Kang Dedi Anak Nakal Masuk Barak Militer



Ide Brilian: Anak Didik yang Nakal Masuk Barak Militer

Di tengah maraknya dekadensi moral yang melanda generasi muda saat ini, dunia pendidikan seolah kehilangan arah. Hilangnya Ujian Nasional sebagai salah satu indikator pencapaian akademik, membuat sebagian peserta didik merasa tak lagi memiliki target yang harus dicapai. Tak sedikit dari mereka yang justru menghabiskan waktunya di luar sekolah untuk hal-hal negatif seperti tawuran, nongkrong di bengkel motor, mengonsumsi minuman keras, merokok, hingga bolos dari kelas.

Fenomena ini bukan sekadar kasus perorangan, melainkan sudah menjadi masalah sistemik. Anak-anak yang seharusnya mendapatkan pembinaan karakter di sekolah, justru tumbuh tanpa kendali arah yang jelas. Maka dibutuhkan terobosan luar biasa dalam dunia pendidikan yang tidak hanya fokus pada akademik, tetapi juga menyentuh pembentukan karakter secara menyeluruh.

Solusi Berani dari Kang Dedi Mulyadi

Salah satu ide cemerlang datang dari Kang Dedi Mulyadi, tokoh yang dikenal sebagai sosok peduli terhadap pendidikan dan moral generasi muda. Ia menggagas program “anak-anak nakal masuk barak militer”, bukan sebagai bentuk hukuman, tetapi sebagai bentuk pendidikan karakter yang tegas dan terarah. Langkah ini membuktikan bahwa pendekatan militer mampu menjadi metode alternatif yang efektif dalam membentuk kepribadian dan kedisiplinan anak.

Pengalaman Lapangan: Diklat OSIS di Barak Militer

Kami sendiri memiliki pengalaman selama hampir 30 tahun di dunia pendidikan, khususnya dalam pembinaan organisasi siswa seperti OSIS. Dalam berbagai kegiatan pelatihan dasar kepemimpinan, kami telah memasukkan siswa dalam diklat di lingkungan militer, baik di barak AURI Iswahyudi Magetan maupun dalam program diklat Secata TNI Kabupaten Magetan.

Hasilnya luar biasa. Anak-anak yang sebelumnya kurang disiplin dan kurang percaya diri, justru tampil memimpin, menjadi inspirator bagi teman-temannya. Mereka belajar tentang ketegasan, tanggung jawab, daya juang, solidaritas, dan kepemimpinan dalam suasana yang membangun, bukan menekan. Mereka juga diajak untuk mengenali potensi diri dan diarahkan untuk berkembang sesuai minat dan karakter masing-masing.

Mengapa Barak Militer?

Militer, terutama TNI, sampai saat ini masih menjadi institusi yang secara konsisten menjaga dan menerapkan pendidikan karakter. Sistem pembinaan mereka menanamkan nilai-nilai luhur seperti disiplin, cinta tanah air, keteguhan hati, dan semangat pantang menyerah. Pendidikan di barak militer tidaklah keras dalam arti menyakiti, melainkan keras dalam ketegasan yang tetap memanusiakan manusia.

Jangan salah kaprah. Barak militer bukan tempat untuk menghukum anak, tetapi tempat untuk mendidik dengan disiplin, memberi arah hidup, serta menanamkan tanggung jawab sebagai individu dan bagian dari masyarakat.

ATM: Amati, Tiru, Modifikasi

Langkah Kang Dedi Mulyadi patut diapresiasi. Beliau telah menunjukkan solusi nyata dan berdampak terhadap masyarakat. Kini, anak-anak di Jawa Barat yang sebelumnya liar dan tak terkendali, mulai terarah dan kembali ke jalur yang benar. Tidak ada lagi pemandangan anak berseragam sekolah nongkrong di kafe, berkeliaran di taman kota pada jam pelajaran, atau ikut geng motor yang meresahkan.

Mari kita amati, tiru, dan modifikasi (ATM) langkah ini untuk daerah lain. Pendidikan karakter yang tegas harus menjadi prioritas utama. Jika sekolah tak mampu berdiri sendiri, maka kolaborasi dengan institusi militer bisa menjadi pilihan yang solutif.

Anak-anak bukan untuk dihukum, tapi untuk dibentuk dan dibina. Melalui pendidikan karakter berbasis disiplin militer, kita berharap lahir generasi yang kuat, tangguh, dan mampu membawa bangsa ini ke masa depan yang lebih baik.

Selamat dan sukses untuk Kang Dedi Mulyadi serta semua pihak yang peduli terhadap masa depan generasi muda Indonesia. Mari kita buktikan bahwa anak didik yang nakal pun bisa menjadi pemimpin hebat, jika dibina dengan pendekatan yang tepat.


Guru itu Konselor

 Hargai anak bagaikan calon dokter presiden, tentara, polisi, pengusaha pejabat, sehingga para guru berubah dalam pelayanannya 

Suasana Kelas Seperti Restorasi Hotel 
Anak Merasa Dihargai 
Memudahkan Guru Untuk Curhat 

Suasana Kekeluargaan Terjalin 

Peran Guru dalam Pendidikan Karakter Anak Didik

Guru adalah ujung tombak pendidikan, dituntut untuk terus berkembang terutama dalam pembelajaran berbasis karakter. Untuk itu, guru harus memahami perbedaan karakter setiap anak didiknya agar pembelajaran menjadi efektif dan bermakna.

Perbedaan sifat, cara belajar, dan kecenderungan anak sering menimbulkan tantangan di kelas. Namun, semakin dekat seorang guru dengan siswanya, maka semakin mudah mengenali karakter unik mereka. Guru tidak cukup hanya mengajar, tapi harus menjadi sahabat bagi muridnya. Dengan hubungan yang harmonis, motivasi belajar anak pun meningkat.

Rasulullah ﷺ adalah teladan utama dalam mendidik, sebagaimana Allah berfirman:

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu."
(QS. Al-Ahzab: 21)

Guru perlu melayani murid sesuai kepribadiannya. Ada yang belajar dengan menghafal, ada yang suka struktur dan aturan, ada pula yang memahami secara global. Inilah pentingnya pendekatan karakter dalam pembelajaran.

Rasulullah ﷺ bersabda:

"Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu."
(HR. Umar bin Khattab, diriwayatkan secara mauquf)

Untuk itu, sekolah sebaiknya rutin mengevaluasi kinerja guru dan mengadakan pelatihan tentang pendidikan karakter. Jika guru memahami dan menerapkannya dengan baik, maka akan lahir generasi yang unggul secara intelektual, emosional, spiritual, dan sosial, serta berakhlak mulia.


Minggu, Agustus 03, 2025

Ciri-ciri daerah/Kota Literasi


 


Daerah Literat: Ketika Setiap Sudut Menyediakan Bacaan

Bayangkan sebuah daerah atau kota di mana setiap langkah kaki menyapa kita dengan buku. Sebuah daerah yang Literat, bukan hanya dalam slogan, tetapi dalam nafas kesehariannya. Di sinilah kita bicara tentang kota atau daerah yang benar-benar menjadikan budaya membaca, menulis, dan berbagi ilmu sebagai bagian dari denyut nadi kehidupan masyarakatnya.

Buku di Mana-Mana

Di daerah literasi, buku tidak hanya ditemukan di perpustakaan. Ia hadir di setiap sudut:

  • Warung, kedai, angkringan, hingga pelayanan umum dan hotel, semuanya menyediakan bacaan menarik bagi siapa saja yang singgah.
  • Di rumah-rumah warga, tersedia lemari atau rak buku yang siap menyambut tamu dengan bahan bacaan sembari menunggu atau bersantai. Setiap Keluarga Memiliki Pajak Literasi (Rak Buku Keluarga)
  • Tamu yang datang dapat membaca sambil menunggu tuan rumah. Buku dianggap sebagai sahabat dalam keluarga.
  • Di sekolah, sudut kantin, ruang kepala sekolah, ruang guru, taman, hingga gazebo dihiasi deretan buku yang rapi, menjadikan setiap ruang sebagai ruang literasi.
Rak Buku dalam Gazebo SNESTI 
(SMPN 1 Maospati)

Banjir Buku di Tengah Keramaian

Di tempat-tempat keramaian, buku hadir membanjiri ruang-ruang. Bukan sebagai ornamen, melainkan sebagai sumber pengetahuan yang bisa diakses semua kalangan. Inilah kota atau daerah yang hidup bersama literasi budaya membaca menjadi kebutuhan publik yang setara dengan kopi pagi dan udara segar.

Graha Literasi dan Jejak Putra Daerah

Magetan, misalnya, menjadi pionir dengan membangun Graha Pusat Literasi. Di sinilah berkumpul para pegiat literasi dari berbagai penjuru lokal, nasional, bahkan internasional. Buku-buku karya putra-putri daerah berjajar rapi, membanggakan identitas lokal yang dikemas dengan rasa global.

Wisata Literasi: Sekolah sebagai Oase Pengetahuan

Setiap jenjang pendidikan, bahkan hingga tingkat dusun, bisa menjadi sekolah wisata literasi. Dengan menjadikan perpustakaan sebagai pusat kegiatan, karya-karya anak daerah dikumpulkan, dipamerkan, dan disebarluaskan ke mana pun pembaca berada.

Menulis untuk Abadi, Regulasi untuk Melindungi

Sebuah daerah literasi memberikan ruang luas untuk rakyatnya menulis, hingga lahirlah buku-buku yang mengabadikan pemikiran, pengalaman, dan kearifan lokal. Untuk mendukungnya, diperlukan peraturan daerah atau kepala daerah yang melindungi dan menumbuhkan gerakan literasi sosial secara sistematis dan berkelanjutan.

Literasi dari Kampung ke Dunia

Inilah potret daerah literasi:
Di mana setiap kampung memiliki pojok bacaan.
Di mana buku bukan hanya hadir di rak, tapi hadir dalam kehidupan.
Di mana budaya membaca, menulis, dan berbagi menjadi ciri khas daerah.
Karena dari daerah literasi inilah, lahir manusia-manusia unggul yang mampu bersaing di dunia.