Ide Brilian: Anak Didik yang Nakal Masuk Barak Militer
Di tengah maraknya dekadensi moral yang melanda generasi muda saat ini, dunia pendidikan seolah kehilangan arah. Hilangnya Ujian Nasional sebagai salah satu indikator pencapaian akademik, membuat sebagian peserta didik merasa tak lagi memiliki target yang harus dicapai. Tak sedikit dari mereka yang justru menghabiskan waktunya di luar sekolah untuk hal-hal negatif seperti tawuran, nongkrong di bengkel motor, mengonsumsi minuman keras, merokok, hingga bolos dari kelas.
Fenomena ini bukan sekadar kasus perorangan, melainkan sudah menjadi masalah sistemik. Anak-anak yang seharusnya mendapatkan pembinaan karakter di sekolah, justru tumbuh tanpa kendali arah yang jelas. Maka dibutuhkan terobosan luar biasa dalam dunia pendidikan yang tidak hanya fokus pada akademik, tetapi juga menyentuh pembentukan karakter secara menyeluruh.
Solusi Berani dari Kang Dedi Mulyadi
Salah satu ide cemerlang datang dari Kang Dedi Mulyadi, tokoh yang dikenal sebagai sosok peduli terhadap pendidikan dan moral generasi muda. Ia menggagas program “anak-anak nakal masuk barak militer”, bukan sebagai bentuk hukuman, tetapi sebagai bentuk pendidikan karakter yang tegas dan terarah. Langkah ini membuktikan bahwa pendekatan militer mampu menjadi metode alternatif yang efektif dalam membentuk kepribadian dan kedisiplinan anak.
Pengalaman Lapangan: Diklat OSIS di Barak Militer
Kami sendiri memiliki pengalaman selama hampir 30 tahun di dunia pendidikan, khususnya dalam pembinaan organisasi siswa seperti OSIS. Dalam berbagai kegiatan pelatihan dasar kepemimpinan, kami telah memasukkan siswa dalam diklat di lingkungan militer, baik di barak AURI Iswahyudi Magetan maupun dalam program diklat Secata TNI Kabupaten Magetan.
Hasilnya luar biasa. Anak-anak yang sebelumnya kurang disiplin dan kurang percaya diri, justru tampil memimpin, menjadi inspirator bagi teman-temannya. Mereka belajar tentang ketegasan, tanggung jawab, daya juang, solidaritas, dan kepemimpinan dalam suasana yang membangun, bukan menekan. Mereka juga diajak untuk mengenali potensi diri dan diarahkan untuk berkembang sesuai minat dan karakter masing-masing.
Mengapa Barak Militer?
Militer, terutama TNI, sampai saat ini masih menjadi institusi yang secara konsisten menjaga dan menerapkan pendidikan karakter. Sistem pembinaan mereka menanamkan nilai-nilai luhur seperti disiplin, cinta tanah air, keteguhan hati, dan semangat pantang menyerah. Pendidikan di barak militer tidaklah keras dalam arti menyakiti, melainkan keras dalam ketegasan yang tetap memanusiakan manusia.
Jangan salah kaprah. Barak militer bukan tempat untuk menghukum anak, tetapi tempat untuk mendidik dengan disiplin, memberi arah hidup, serta menanamkan tanggung jawab sebagai individu dan bagian dari masyarakat.
ATM: Amati, Tiru, Modifikasi
Langkah Kang Dedi Mulyadi patut diapresiasi. Beliau telah menunjukkan solusi nyata dan berdampak terhadap masyarakat. Kini, anak-anak di Jawa Barat yang sebelumnya liar dan tak terkendali, mulai terarah dan kembali ke jalur yang benar. Tidak ada lagi pemandangan anak berseragam sekolah nongkrong di kafe, berkeliaran di taman kota pada jam pelajaran, atau ikut geng motor yang meresahkan.
Mari kita amati, tiru, dan modifikasi (ATM) langkah ini untuk daerah lain. Pendidikan karakter yang tegas harus menjadi prioritas utama. Jika sekolah tak mampu berdiri sendiri, maka kolaborasi dengan institusi militer bisa menjadi pilihan yang solutif.
Anak-anak bukan untuk dihukum, tapi untuk dibentuk dan dibina. Melalui pendidikan karakter berbasis disiplin militer, kita berharap lahir generasi yang kuat, tangguh, dan mampu membawa bangsa ini ke masa depan yang lebih baik.
Selamat dan sukses untuk Kang Dedi Mulyadi serta semua pihak yang peduli terhadap masa depan generasi muda Indonesia. Mari kita buktikan bahwa anak didik yang nakal pun bisa menjadi pemimpin hebat, jika dibina dengan pendekatan yang tepat.