Rasulullah SAW: Sang Pendamai yang Meletakkan Hajarul Aswad



Sebelum diangkat menjadi Nabi, Rasulullah ﷺ sudah dikenal sebagai Al-Amîn, yaitu orang yang sangat jujur dan dapat dipercaya. Salah satu peristiwa besar yang menunjukkan kebijaksanaan beliau adalah ketika terjadi perselisihan tentang siapa yang berhak meletakkan Hajarul Aswad di Ka'bah.

Kala itu, Ka'bah rusak akibat banjir, sehingga bangsa Quraisy sepakat untuk memperbaikinya. Namun, ketika pembangunan hampir selesai, muncul perdebatan hebat. Setiap kabilah merasa paling layak untuk mendapatkan kehormatan meletakkan batu hitam itu. Perselisihan tersebut nyaris menimbulkan pertumpahan darah di Tanah Suci.

Akhirnya, mereka sepakat untuk menyerahkan keputusan kepada orang pertama yang masuk ke Masjidil Haram pada pagi hari itu. Takdir Allah memperlihatkan kebesaran-Nya, karena orang yang pertama datang adalah Muhammad bin Abdullah ﷺ.

Melihat beliau datang, seluruh kabilah berkata,

“Inilah Al-Amîn! Kami ridha dengan keputusannya.”

Dengan kebijaksanaan yang luar biasa, Rasulullah ﷺ meminta selembar kain, lalu meletakkan Hajarul Aswad di tengahnya. Beliau kemudian meminta setiap pemimpin kabilah memegang ujung kain itu bersama-sama dan mengangkatnya hingga ke dekat tempat batu itu akan diletakkan. Setelah sampai, Rasulullah ﷺ sendiri yang mengambil batu tersebut dan menempatkannya di tempat asalnya.

Perselisihan pun reda, dan semua pihak merasa dihormati.

🕋 Hikmah dari peristiwa ini:

  • Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa konflik dapat diselesaikan dengan keadilan dan kebijaksanaan.

  • Beliau menunjukkan teladan bahwa kehormatan tidak diraih dengan kekerasan, tetapi dengan kejujuran dan akhlak mulia.

  • Sejak sebelum kenabian, beliau telah menjadi teladan perdamaian dan kebersamaan.


Komentar