Seandainya aku menjadi presiden, maka pendidikan di negeri ini akan benar-benar berorientasi pada potensi anak, bukan sekadar angka di rapor. Semua bidang studi akan memiliki porsi waktu dasar yang sama, agar setiap anak memperoleh fondasi ilmu yang seimbang.
Namun, yang membedakan adalah ruang tambahan bagi kecerdasan majemuk setiap siswa. Anak yang menyukai matematika akan mendapatkan jam pelajaran tambahan—bukan hanya 4 jam seminggu, tetapi bisa 6 hingga 8 jam agar bakatnya tumbuh optimal.
Bagi yang mencintai olahraga, setiap hari akan tersedia jam olahraga, karena tubuh yang sehat adalah rumah bagi jiwa yang kuat.
Bagi yang bercita-cita menjadi ustaz atau kiai, setiap hari akan ada jam khusus untuk memperdalam ilmu agama, agar mereka benar-benar menguasai bidangnya dengan hati dan akhlak yang mulia.
Bobot pembelajaran pun akan berubah: 75% praktik dan 25% teori. Karena sejatinya, pendidikan bukan hanya soal hafalan dan ujian, melainkan tentang bagaimana manusia belajar hidup dengan baik — menjadi pribadi yang berguna di dunia dan berbahagia di akhirat.
Itulah mimpiku tentang pendidikan masa depan: pendidikan yang memanusiakan manusia, menumbuhkan potensi, dan mengantarkan setiap anak menuju cahaya kehidupannya sendiri.
Komentar