Nilai Tinggi, Moral Rendah: Potret Buram Dunia Pendidikan”


Saat Ujian tidur, tapi kok nilai 85 ?
Hayo siapa yang membuat?
Siapa yang bertanggung jawab ?
Siapa yang berdosa ?

Rintihan Seorang Guru: Anak Tidak Mengerjakan Ujian, Tapi Disuruh Memberi Nilai 85

Pagi itu, di lapangan sekolah, seorang guru bercerita dengan mata yang tampak lelah. Ia baru saja menjadi pengawas ujian. Di antara deretan murid yang berjuang menyelesaikan soal, ada satu anak yang justru tertidur masih memakai sandal, tidak menulis satu pun jawaban. Namun anehnya, guru itu mendapat perintah: “Nilainya harus 85.”

Seketika hatinya menjerit.
"Apakah nilai sekarang hanya angka tanpa makna? Apakah kejujuran sudah kalah oleh pencitraan?"

Guru itu sadar, pendidikan bukan sekadar memberi nilai tinggi, tetapi menanamkan nilai kejujuran, tanggung jawab, dan usaha.
Namun, realita sering berbicara lain. Tuntutan administrasi, keinginan instansi untuk terlihat “berhasil,” membuat makna pendidikan perlahan pudar.

Ia menunduk, memandang tanah lapangan yang kering, seolah mendengar bisikan nuraninya:
"Jika anak malas diberi nilai tinggi, lalu apa arti kerja keras bagi yang sungguh-sungguh belajar?"

Rintihan seorang guru bukan karena lelah mengajar, tapi karena hatinya tersayat oleh ketidakadilan dalam dunia pendidikan yang ia cintai.

 

Komentar