Guru Itu Juweh (Cerewet)

 

Guru Itu Juweh (Cerewet)

Orang bilang juweh adalah orang yang selalu banyak bicara, setiap melihat sesuatu selalu dikomentari. Ibarat pepatah Jawa, “lambe sak tumang dadi sak merang”—karena terlalu banyak ngomong, bibir yang semula tebal bisa menjadi tipis. Itulah gambaran orang cerewet atau juweh.

Lalu bagaimana dengan guru yang juweh?
Sesungguhnya, guru memang perlu juweh. Bukan cerewet untuk mengulang-ulang materi tanpa tujuan, melainkan cerewet dalam memberi peringatan, perhatian, dan nasihat kepada anak didik yang melakukan kesalahan atau melanggar aturan. Jika guru membiarkan anak didiknya salah tanpa teguran, maka anak tidak akan belajar disiplin. Sebaliknya, bila guru juweh memberi peringatan, perhatian, bahkan sanksi bila diperlukan, maka anak akan terbiasa mengikuti aturan yang berlaku di sekolah maupun masyarakat.

Kegelisahan para guru saat ini adalah bagaimana memastikan anak didik tidak hanya pintar, tetapi juga memiliki akhlak mulia. Semua pihak—orang tua, guru, masyarakat, dunia kerja, bahkan pemerintah—menginginkan generasi muda yang berkarakter dan berakhlak mulia. Sebab, bangsa Indonesia hanya bisa maju bila generasinya kuat secara moral. Tanpa karakter, generasi muda akan mudah dipengaruhi bahkan dijajah bangsa lain.

Karena itu, guru harus juweh. Guru harus cerewet dalam membentuk karakter, selalu memberi nasihat, mengingatkan, dan menanamkan nilai-nilai kebaikan agar anak didik kelak menjadi pemimpin bangsa yang berakhlak mulia.


Komentar