Mimpi Jakarta Kota Global yang Literrat


Dari Sekolah ke Dunia: Membangun Kota Global lewat Literasi"

Dulunya Jakarta sebagai ibu kota negara bukan hanya menjadi pusat pemerintahan, ekonomi, dan budaya tetapi juga memiliki potensi besar untuk menjadi kota global sejati. 

Saat ini Jakarta menjadi kota global. Kota global adalah tempat pertemuan beragam budaya, kepentingan, dan ide dari seluruh penjuru dunia. Di sanalah terjadi kolaborasi lintas bangsa dalam bidang teknologi, seni, politik, pendidikan, hingga ekologi. Namun, satu hal yang menjadi fondasi utama dari semua itu adalah literasi.

Kota Global Butuh Warga Melek Literasi

Sebuah kota tidak bisa disebut global jika warganya tidak memiliki kemampuan literasi tinggi. Literasi bukan sekadar kemampuan membaca, tetapi juga memahami informasi, berpikir kritis, menulis ide, dan mengekspresikan gagasan dalam berbagai bentuk. Dari sinilah, Jakarta harus mempersiapkan diri—dimulai dari generasi mudanya.

Sekolah-sekolah di Jakarta, mulai dari SD, MI, SMP, MTs, SMA, MA, hingga SMK, harus menjadi pabrik ide dan karya. Setiap siswa harus dilatih untuk menulis dan menghasilkan buku. Mimpi besar yang perlu diwujudkan adalah satu anak, satu buku. Dengan begitu, sekolah bukan hanya tempat belajar, tetapi juga tempat mencetak penulis masa depan anak bangsa. 

Budaya Membawa Buku dan  Membaca: Jantung Kota Global

Salah satu indikator kota global adalah budaya membaca yang kuat. Di mana-mana tersedia buku baik cetak maupun digital. Masyarakat bisa membaca di taman, di halte, di transportasi umum, bahkan di warung kopi. Buku hadir di mana saja dan kapan saja, menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari warga kota.

Jakarta perlu menghadirkan sistem yang mendukung ketersediaan bacaan berkualitas. Tak cukup hanya menyediakan buku luar negeri, kota ini harus memproduksi bacaan dari dan untuk warga sendiri, terutama dari anak-anak muda yang memiliki visi global tetapi berakar pada budaya lokal.

Literasi untuk Masa Depan Jakarta

Membangun Jakarta sebagai kota global dari sisi literasi bukan sekadar proyek instan. Ini adalah proses panjang dan berkelanjutan yang harus dimulai dari pendidikan dasar. Literasi harus menjadi budaya, bukan sekadar program sesaat.

Bayangkan jika setiap anak Jakarta, sejak SD hingga SMA, menulis satu buku sesuai dengan minat dan bakatnya. Maka dalam satu dekade, kita akan memiliki jutaan buku karya anak bangsa yang bukan hanya bisa dibaca di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia.

Inilah wajah kota global sejati tempat di mana setiap warganya membaca, menulis, dan berpikir global, namun tetap berpijak pada nilai-nilai lokal.

Pantun literasi kota global

  • Bunga mawar harum berseri,
  • Tumbuh kembang di tanah subur.
  • Kota global bukan sekadar janji,
  • Kalau literasi tumbuh nan makmur.
  • Berlayar perahu ke negeri seberang,
  • Singgah sebentar di Kota Jakarta.
  • Buku dibaca siang sampai petang,
  • Tanda literasi tumbuh di kota global.

Komentar