SATU GURU SATU BUKU (SAGUSABU)
PROGRAM
SATU GURU SATU BUKU
(SAGUSABU)
“Satu Guru, Satu Karya Nyata”
I. Latar Belakang
Sebagai tindak lanjut dari program Wajib Belajar Guru Sehari, MGMP mendorong peningkatan literasi dan budaya menulis di kalangan guru. Program “Satu Guru Satu Buku” (SAGUSABU) bertujuan menghasilkan karya nyata dalam bentuk buku, sebagai bagian dari kontribusi guru dalam pengayaan literasi siswa dan masyarakat luas.
II. Tujuan Program
-
Mendorong guru untuk menulis dan menghasilkan karya buku.
-
Meningkatkan kualitas literasi dan pembelajaran melalui karya orisinal guru.
-
Mewujudkan budaya menulis sebagai bagian dari profesionalisme guru.
-
Menyediakan bahan ajar atau bacaan pengayaan yang relevan dan inspiratif.
III. Tema Buku
-
Novel Pendidikan
-
Kumpulan Cerpen Bermuatan Nilai
-
Buku Pengayaan (materi pelajaran, modul, atau topik tematik)
IV. Peserta
Semua anggota MGMP yang terdaftar aktif.
V. Waktu Pelaksanaan
-
Durasi: 1 semester (6 bulan), maksimal 1 tahun.
-
Jadwal Umum:
-
Bulan 1: Sosialisasi & Workshop Menulis
-
Bulan 2-3: Penulisan Draf Pertama
-
Bulan 4: Reviu dan Bimbingan
-
Bulan 5: Finalisasi dan Layout
-
Bulan 6: Publikasi dan Launching Buku
-
VI. Metode Pelaksanaan
-
Hybrid Learning:
-
Daring (Online): WA Classroom, bimbingan via Zoom/WA group.
-
Luring (Offline): Workshop tatap muka, pendampingan intensif, diskusi kelompok di sekolah/pertemuan MGMP.
-
VII. Rencana Kegiatan
-
Sosialisasi Program SAGUSABU
-
Pelatihan Menulis Buku (novel, cerpen, pengayaan)
-
Pendampingan dan Bimbingan Teknis Penulisan sampai selesai
-
Peer Review dan Editing
-
Layout dan Desain Buku
-
Penerbitan ISBN ( Indo Camp)
-
Peluncuran Karya Guru dan Bedah Buku
Pamer Buku di Festival Jakarta Panen Buku (September)
VIII. Output
-
Satu guru menghasilkan minimal satu buku dengan tema sesuai minat dan latar belakangnya.
-
Buku memiliki ISBN dan siap didistribusikan (cetak dan/atau digital).
-
Buku dijadikan sebagai bagian dari portofolio guru dan sumber belajar siswa.
IX. Penutup
Program “Satu Guru Satu Buku” bukan hanya tentang menghasilkan karya tulis, tetapi juga membangun peradaban literasi yang dimulai dari ruang kelas. Guru menulis bukan karena tuntutan, tetapi karena kesadaran akan peran strategisnya dalam mendidik generasi melalui tulisan.
0 Komentar:
Posting Komentar
<< Beranda