9 Macam, Guru
Ada tingkatan yang perlu kita pahami dalam menggeluti guru menuju profesionalis sejati, antara lain:
- Guru yang baik adalah guru yang berangkat pagi pulang siang. Tingkatan guru ini dari segi waktu sudah memenuhi standar kehadiran, karena mereka rajin masuk sesuai dengan standar pegawai negeri sipil.
- Tingkatan kedua adalah guru tingkatan pertama ditambah dengan peduli lingkungan. Karena peduli lingkungan baik fisik dan nonfisik, sehingga mereka nyaman dan kerasan di sekolah.
- Guru tingkatan ketiga adalah guru tingkatan ke dua ditambah dengan rajin pula masuk kelas. Guru tingkat ketiga ini dari segi fisik sudah sangat memenuhi. Dengan bekal rajin dan dapat berinteraksi dengan lingkungan sekolah, serta rutin masuk kelas, maka guru tingkat ini dari segi kasat mata merupakan idola tepat waktu dengan sebutan guru tertib.
- Guru tingkat keempat, ternyata tidak hanya rajin masuk kelas dan mengajar selesai pembelajaran, namun perlu kemampuan untuk berakting untuk memuaskan siswanya. Tuntutan guru ke empat ini harus mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pembelajaran dengan menyenangkan, sehingga materi mudah dicerna oleh anak didik.
- Guru tingkat ke lima selain mempunyai kemampuan 1 sampai 4 harus mempunyai kemampuan sejauh mana kepedulian guru untuk memperhatikan perbedaan yang ada pada individu peserta didik, sehingga membuahkan bentuk pelayanan yang berbeda pula pada setiap individu peserta didik. Disinilah sentuhan emosional guru muncul. Pada tingkatan inilah jiwa profesi guru nampak jelas.
- Tingkat ke enam setelah mengetahui pribadi masing-masing anak, guru bisa menanamkan ke lubuk hati yang dalam untuk selalu berjiwa besar, optimis meraih sukses masa depan?. Dengan bisikan jiwa serta nurani atau intuisi yang kuat dari dalam anak akan menimbulkan motivasi dan kebulatan tekad untuk mencapai cita-citanya sampai tuntas. Tingkatan ke enam ini guru sudah menyentuh kemapuan emosional dan spiritual anak. Pada tingkat ke enam ini profesi guru sudah mulai menyentuh dunia maya yang tidak bisa kita tentukan dengan akal dan teori. Beratnya guru kalau sudah bergesekan dengan nilai moral, iman dan ketakwaan seseorang yang berporos pada intuisi dan kata hati.
- Tingkatan ke tujuh ini akan berdampak pada kemampuan anak untuk memberiakn apresiasi pada tantangan adalah ujian hidup. Sehingga kalau sampai terjadi guru memberikan hukuman, anak malah akan bersyukur dan berterima kasih atas peringatan atau hukumannya. Contoh apabila guru melakukan kekerasan dengan memukul misalnya, anak tidak merasa dendam bahkan malah berterima kasih. Seolah-olah peraturan itu ada dimana-mana walaupun tidak kemana-mana.
- Tingkatan ke delapan, guru semakin jauh jangkauan edukasinya sehingga sampai mengenal karakter lingkungan keluarganya. Kalau seorang guru sudah bisa bekerjasama dengan orang tua dalam mendidik anak, tidak ada kesempatan bagi anak untuk tidak berhasil dalam pembelajarnannya maupun masa depannya.
- Guru tingkat ke sembilan guru melibatkan masyarakat sekitar dan lintas sektoral dan stake holder untuk berkolaborasi dalam menetukan nasib anak generasi bangsa. Tingkat ke sembilan ini tugas guru terlalu berat. Dengan sisa waktu dari sekolah masih harus mengontrol dan mencuri tahu bagaimana perilaku anak didiknya.
Dengan tingkatan tersebut, sebenarnya profesi guru dikategorikan sangat berat. Kalau mau mencari pekerjaan, profesi guru tidak ada habisnya. Bisa sampai 24 jam. Contoh kalau ada anak didik yang nakal, bisa membebani pikiran sampai rumah dan bahkan bisa makan hati. Maka kalau ada profesi lain iri dengan guru si umar bakri perlu dipertanyakan dimana letak kecemburuannya dan kemudahan dari pekerjaan guru.
Berbeda dengan dokter spesialis yaang memasang iklan dengan keahliannya bisa menyembuhkan penyakit kanker tanpa oprasi dsb.
Ada Yang Masih, Ragu, Malu, Yakin, Semangat, Menyandang Predikat Guru