Social Icons

http://www.youtube.com/user/MrEdysiswanto?

Senin, April 06, 2009

Monitor Belajar SMP 1 Takeran

Suasana Belajar Kelompok Di Rumah Ririn Desa Kerik Bersama Bp. Karno
SMP 1 Takeran


Belajar Kelompok Di Rumah Bu Yuli Likasan Takeran Bersama Tutor Bu Budi




Belajar terkadang masih perlu diawasi dan dimonitor. Untuk membangkitkan semangat anak dalam belajar di rumah sering bapak ibu guru berkeliaran melihat langsung perjuangan anak dalam mempersiapkan diri menghadapi UAN.


Sejak penulis mengabdi di SMPN 2 Parang, pada malam hari menjelang UAN berkeliaran untuk memberi motivasi anak belajar di rumah. Mereka membentuk kelompok sendiri-sendiri dan juga ada yang sendirian, karena terlalu jauh jarak mereka. Terkadang mereka belajar kelompok sore hari bisa di sekolah dan di rumah. Sedangkan guru mapelnya membimbing sesuai dengan permintaan anak didiknya.


Kejadian yang banyak ditemui di rumah adalahkurang pedulinya orang tua terhadap belajar anak mereka. Banyak orang tua melihat Televisi saat mereka sedang belajar, bahkan sering nonton bersama walaupun besuknya menghadapi UAN.

Baru saja saya sidak ke desa Sawo kec. Takeran dan sekitarnya, ternyata ada yang masih belajar, ada yang sudah keluar dan ada juga yang melihat televisi bersama keluarganya.

Kejadian ini perlu sekali mendapat perhatian bagi dunia pendidikan untuk membudayakan jam belajar bagi anak bangsa. Alangkah indahnya ketika mulai jam 7 sampai jam 9 di seluruh Indonesia itu merupakan jam wajib belajar dan semua kegiatan dikondisikan membantu kenyamanan belajar. Untuk membantu kelancaran jam belajar bisa: mematikan TV, memberi makanan kecil untuk belajar, membuat suasana tenang,menunggui anaknya ketika belajar dll.


Hampir 8 sampai sembilan tahun saya selalu monitor di malam hari ketika menjelang UAN. Sejak dari SMPN 2 Parang kemudian SMPN 2 bendo dan di SMP 1 Takeran serta SMP 2 Kawedanan. Banyak cerita yang menarik dari berbagai latar belakang orang tua mereka.


Dari sebian besar orang tua masihkurang peduli terhadap belajar anak di rumah. Mereka seolah-olah menyerahkan sepenuhnya masalah pendidikan ke guru. Sehigga di rumah tak begitu mendukung terwujudnya suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan.


Mudah-mudahan orang tua murid mulai berubah utnuk peduli dan bertanggung jawab terhadap pendidikan anak kita semua. Juga diharapkan aparat desa dan pemerintah juga masyarakat sekita peduli terhadap pendidikan generasi mendatang.

2 komentar:

Dyah mengatakan...

Kemarin teman guru BK home fisik ke rumah siswa tidak masuk 3 hari karena Alfa, dan ternyata siswa tersebut sakit tidak ada yang titipi surat, besuknya Bu guru tersebut cerita sepatu patah jadi 2 ya gara-gara rumah di Gunung dan musim penghujan licin dan becek.
Gambaran diatas adalah karakteristik siswa di sekolahku.
Untuk menjangkau seperti idenya pak Edy kunjungan ke rumah siswa perlu tenaga yang ekstra, tapi saya saya salut, perlu ditiru, asalkan kompak dan pelaksanaan ujian jujur

Study For a Better Life mengatakan...

Ma kasih bu memang jadi guru itu sulit dan butuh ektra tenaga, namun kalo dijalani senang dan ikhlas tak ada yang sulit dan berat.

semua terasa enak dan menyenangkan.
saya salut dengan guru panjenengan dan mohon diteruskan.
sukses pendidikan.