Social Icons

http://www.youtube.com/user/MrEdysiswanto?

Jumat, Maret 20, 2009

Remidi Tak Perlu Diprogramkan

Edy Siswanto Kepala SMP 1 Takeran & Plt. SMP 2 Kawedanan

Sedang Mengikuti Workshop


Remidi bertujuan untuk memperbaiki ketuntasan belajar. Hampir semua guru melakukan remidi setelah menagih hasil materi yang elah mereka berikan.

Mengapa remidi tak perlu diprogramkan?? karena harapan semua guru tidak akan menginginkan semua muridnya mendapatkan nilai dibawah staandar. Ibaratnya kalau berdoa selalu menginginkan yang baik-baik. tak ada doa yang ingin gagal seperti kita memprogramkan remidi.

Jika ada program remidi dalam program sekolah berarti ada program pembodohan terhadap anak didik. Para guru akan kurang serius dalam proses pembelajarannya, toh nanti ada program perbaikan atau remidi juga uang lembur.

Jika dalam pejalanan kita melakukan remidi tentu akan membutuhkan dana dan dari mana dana itu?

Dana tentu harus dipersiapkan dalam RAPBS. Namun namanya bukan program remidi, tetapi program penuntasan standar lulusan atau program tuntas belajar (masteri learning) juga bisa kita masukkan dalam dana taktis.


2 komentar:

Dyah mengatakan...

Ini sharing maaf sebelunya aku tertarik dengan ide-ide panjenengan. Ini kalau menurutku, mendesain sesuatu termasuk perbaikan/pengayaan dalam pembelajaran merupakan setengah keberhasilan.

Program remidi/pengayaan hendaknya diprogramkan. Mengapa ? karena (1) anak adalah individu yang berbeda kemampuan satu dengan yang lainnya (2) standar ketuntasan minimum atau apa namanya di kelas atau di sekolah tertentu sudah ditentukan terlebih dahulu. (3) SKM hukum wajib diberitahukan pada anak, dan ortu sehingga apabila anak yang dibawah SKM ya remidi dan anak yang diatas dikayakan. Bahkan kalau mempunyai kelebihan yang menonjol dapat ekselarasi (percepatan) Permendiknas no 41 th 2007 standar penilaian

Yang menjadi permasalahan adalah kapan waktunya ? Kalau dianalisis 10 mata pelajaran kalau semua mengadakan remidi/pengayaan beban anak akan tambah maka perlu perencanaan. Perencanaan melibatkan semua guru untuk menganalis kompetensi yang sulit dan yang tidak. Dan ditentukan kapan waktu remidi/pengayaan, yang jelas waktunya diluar jam kurikuler. Menyangkut dana dibicarakan bersama doprogramkan melalui RAPBS, misalnya 1 jam pelajaran diberi honor kurang lebih Rp. 15.000,-(Dana BOS)
Matur nuwun

Study For a Better Life mengatakan...

Trim banget bu atas sharingnya.
Namun sekali lagi ..alangkah baiknya jika desaign kita ini tidak menyertakan rencana yang jelek atau meremehkan anak didik, walaupun resiko negatif tetap kita perhatikan.
Mengapa kita membayangkan yang jelek bukannya membayangkan yang baik-baik aja.
Kita wajib berpositif thingking.
Jika Remidi diprogramkan akan
1. membuat guru kurang bersemangat dalam proses pembelajarannya. bukannya kita tidak percaya pada guru namun dalam prosesnya kalau gagal toh ada remidi.
2. anakpun menanti remidi ajalah... mengapa harus belajar keras.