Guru terlalu Lembut dan santun



Guru Terlalu 
Manis dan Santun

Dalam menghadapi anak didiknya, guru sering kali mengedepankan bahasa cinta, kelembutan, dan kesantunan. Bahasa yang penuh kasih itu seharusnya menumbuhkan karakter dan empati dalam diri anak-anak. Namun, sayangnya, di zaman sekarang, bahasa lembut guru sering disalahartikan.
Anak didik mulai memandang guru sebagai sosok yang lemah, mudah diabaikan, bahkan diremehkan.

Begitu pula sebagian orang tua, yang memandang guru terlalu manusiawi — hingga harga diri seorang guru sering kali diinjak-injak. Tak jarang, lembaga sosial atau pihak tertentu justru memanfaatkan keadaan ini, mencari keuntungan di balik konflik antara guru dan wali murid.

Inilah wajah getir dunia pendidikan kita hari ini.
Guru bukan lagi sosok yang dihormati sebagaimana dahulu, melainkan sering dikriminalisasi ketika mencoba menegakkan disiplin dan nilai. Akibatnya, banyak guru menjadi tak berdaya, kehilangan wibawa, dan takut bertindak.

Padahal, sejatinya, kelembutan guru bukan tanda kelemahan, melainkan bentuk kasih yang mendidik  kasih yang kini sedang diuji oleh zaman.


 

Komentar