UAN JUJUR DULU, BARU HAPUS UJIAN MASUK PTN
Oleh : Drs. Edy Siswanto, M.Pd. Kepala SMPN 1 Takeran Magetan
Gagasan Menteri Pendidikan Bapak Muh. Nuh untuk menghapus Ujian Masuk PTN perlu dicermati lebih mendalam. Alasan beliau sangat masuk akal dan mestinya dunia pendikan mendukungnya. Beliau merancang untuk mengintegrasikan seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) dengan hasil ujian akhir secara nasional di tingkat SMA dan sederajat. Ke depan, lanjut dia, nilai unas diintegrasikan dengan jenjang sebelumnya. Sebab, nilai unas mulai SD hingga SMP sudah terintegrasi untuk tes masuk ke jenjang berikutnya.(.jawa Pos, 24 Oktober 2009).
Apakah gagasan itu sudah tepat?. Karena saat ini pelaksanaan Unas menyisakan banyak problema. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Akh Muzakki dengan judulnya “Saatnya Ujian Nasional Dievaluasi” artikel itu pada intinya Uan perlu dikaji dan tidak mejadi persyaratan lulusan seorang peserta didik (Jawa Pos, 23/10/2009), sedangkan Menteri pendidikan justru berancang-ancang akan menguatkan keberadaan UAN.
Lepas dari setuju tidak setuju pelaksanaan UNAS, rencana untuk menghapus Ujian masuk PTN diganti dengan nilai UAN perlu kita dukung. Dengan menghapus Ujian Masuk PTN, berarti beliau akan semakin serius untuk menhasilkan nilai Uan yang bersih serta jujur. Kalau Uan jujur berarti substansi meningkatkan kualitas pendidikan semakin cepat dirasakan. Namun apakah dapat dipercaya nilaI UAN saat ini. Baru saja dunia pendidikan telah telah dikotori oleh sebagian oknum yang menghalakan segala cara untuk mendongkrak nilai UAN, bahkan diwajibkan lulus 100%. Kita masih ingat di SMA 2 Ngawi dan SMA 1 Wungu Kabupaten Madiun, gara-gara tidak jujur maka diadakan ujian ulang semuanya. Bagaimana seandainya nilai UAN yang tidak jujur itu dibawa sampai perguruan tinggi? Maka menurut hemat penulis, jangan menghapus Ujian Masuk PTN sebelum UAN jujur.
Berdasarkan pengalaman, banyak guru di SMA atau SMK serta SMP/MTs favorit yang mengeluh gara-gara menemui peserta didik dengan nilai UAN tinggi, namun kemampuannya sangat rendah, sehingga peserta didik tersebut tidak tahan dan akhirnya keluar dengan sendiri juga ada yang dikeluarkan dari pihak sekolah.
Apakah Perguruan tinggi mau menjadi korban berikutnya?.
Penulis berharap kepada Bapak Menteri Pendidikan untuk menjujurkan UAN dulu baru menghapus Ujian Masuk PTN. Salah satu cara yang kuat untuk menjujurkan UAN adalah membuat soal UAN 20 Paket. Sebenarnya saat ini pemerintah sudah merintis untuk membuat Uan jujur. Dengan membuat soal Uan dua (2) paket yaitu Paket A dan Paket B serta tempat duduk silang, diharapkan hasil Uan semakin bersih. Tidak hanya berhenti sampai disitu, bahkan masih ditambah TPI (Tim Pemantau Independen) dan Kepolisian, namun hasilnya juga belum ada perubahan menuju kejujuran.
Seandainya soal Uan 20 paket, maka peserta didik tidak akan bisa bertanya dan akan menghasilkan nilai yang betul-betul murni serta dapat dipertanggungjawabkan keasliannya. Selain peserta didik giat belajar , orang tua, guru, kepala sekolah dan semua pihak yang peduli pendidikan akan berusaha untuk ikut mensukseskannya. Sedangkan dari segi pembiayaan akan semakin efisien, karena tidak perlu mendatangkan TPI bahkan campur tangan kepolisian dapat dikurangi.
Dari kenyataan itu dimohon Bapak Muhammad Nuh untuk tidak menghapus ujian masuk PTN sebelum UAN itu jujur. Mari kita wujudkan pendidikan yang bersih dan berkualitas dengan perubahan menuju pendidikan dengan “Mengedepankan Kejujuran dari pada Harga Diri.
Nama : Drs. Edy Siswanto, M.Pd. Kepala SMPN 1 Takeran dan Plt. SMPN 2 Kawedanan Magetan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar