Oleh Drs. Edy Siswanto, M.Pd. Kepala SMPN 1 Takeran Magetan.
17 Mei adalah sebagai hari (baca) buku nasional. Dengan membaca diharapkan adanya setitik pencerahan pengetahuan di dalam benak mereka. Mantan presiden kita, BJ. Habibie, pernah berkata, ”Untuk menjadi pintar, jangan terlalu banyak tidur. Tapi, perbanyaklah membaca.'' Sebab, dalam sejarahnya belum pernah ada orang pintar karena banyak tidur. Jadi, tidak heran jika setiap hari Habibie hanya tidur kurang lebih 4 jam. Sedangkan Seorang sastrawan terkemuka Pramodya Ananta Tour pernah ''menangis'' karena banyak bukunya yang hilang karena represivitas kekuasaan. Kata dia, ''Lebih baik kehilangan rumah daripada kehilangan buku. Karena, dengan buku itu, saya bisa mendapatkan rumah baru” (Jawa Pos 16 Mei 2009)
Berdasarkan hasil riset World Bank dan IEA (International Asociation for the Evaluation of Education Achievement), peringkat kebiasaan membaca anak-anak Indonesia paling buncit jika dibandingkan dengan negara Asia lainnya.
Rendahnya minat baca pada anak didik dan masyarakat kita harus kita kikis habis mulai dari sekarang. Kita tidak usah mencari kesalahan siapa yang menaburkan persoalan ini sehingga bangsa kita lemah dalam membaca. Gemar membaca seharusnya dimulai dari rumah, sekolah baru masyarakat. Negara juga harus memfasilitasi agar minat membaca anak-anak Indonesia meningkat.
Kita tahu bahwa sebagain besar orang tua kita masih buta membaca. Sedangkan di masyarakat belum ada dukungan untuk membudidayakan gemar membaca. Maka dari itu sekolahlah yang sementara ini paling efektif untuk memasyarakatkan gemar membaca.
Saat ini sangat sedikit sekolah yang mempunyai budaya gemar membaca. Dimana ada sekolah yang mempunyai program khusus membudidayakan gemar membaca, disitulah ada guru atau kepala sekolah yang hobinya juga membaca dan menulis. Bagaimana bisa membuat program budidaya membaca kalau guru dan kepala sekolahnya belum punya minat untuk membaca. Demi bangsa yang tercinta ini, mari kita budidayakan peserta didik kita di seluruh negeri ini untuk gemar membaca.
Budaya gemar membaca harus dimulai dari SD, bahkan dari TK pun sudah harus dikenalkan banyak gambar-gambar yang menarik untuk mainan dan hiburan anak. Pendidikan ditingkat sekolah dasar, merupakan peletak dasar segala kemampuan yang nantinya akan berkembang sampai di jejang sekolah berikutnya. Mustinya para guru-guru di SD adalah para profesor dan doktor atau yang kreatif dan inovatif dalam pembelajaran serta dapat membuat lingkungan dan peserta didik gila dengan hobby membaca.
Berdasarkan pengalaman penulis sejak menjadi guru di SMP 2 Parang – Magetan dan di SMP 2 Bendo juga sekarang di SMP 1 Takeran dan SMP 2 Kawedanan telah mengkondisikan lingkungan dan para peserta didiknya untuk gemar membaca. Dengan sosialisasi yang sungguh-sungguh serta penyediaan buku yang menarik, peserta didik akan tertarik memulai budaya gemar membaca. Ada pengalaman menarik ketika penulis masih di SMP 2 Parang Magetan sekitar tahun 1998-an, dengan adanya program gemar membaca, sekolah menyediakan buku-buku yang menarik, tipis yang ada gambarnya, seperti komik sinchan (saat itu film sinchan di televisi lagi ngetren). Dalam seminggu buku tersebut rusak dan selalu dipinjam anak secara bergantian. Buku rusak dibaca lebih baik dari pada rusak dimakan anai-anai (rayap).
Selain buku – buku yang menarik, sekolah juga harus membuat tempat duduk yang nyaman. Bisa di depan kelas, di bawah pohon yang rindang, dan di halaman. Sebaiknya jumlah tempat duduk sebanding dengan jumlah peserta didik.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam gemar membaca, harus ada tagihan atau kontrol. Tagihan trersebut bisa berupa kumpulan cerpen (cerita pendek), puisi, dan pantun yang dipergunakan untuk mengisi mading sekolah. Sebaiknya di setiap kelas ada mading untuk menampung hasil karya peserta didik. Selain mading, sekolah sebaiknya juga mengeluarkan majalah untuk ajang kompetisi dalam berkarya. Bagi mereka yang karyanya dimuat di majalah sekolah, berikan reward sehingga kreativitas berkarya mereka semakin berkembang.
Guru jangan hanya bisa merintah peserta didiknya untuk gemar membaca, namun semua warga sekolah harus ikut memulai budaya gemar membaca bersama-sama. Seperti di SMPN 1 Takeran ada program wajib membaca sehingga peserta didik diwajibkan membawa buku ketika masuk halaman sekolah. Ibaratnya naik sepeda motor pengendara harus membawa SIM. Begitu pula buku merupakan SIM nya peserta didik di SMPN 1 Takeran. Sedangkan kalau tidak membawa SIM di kawasan sekolah, dikenai tilang atau denda Rp. 500. Penggunaan uang denda untuk kegiatan masing-masing kelas.
Perkembangan teknologi informasi dapat juga digunakan untuk melihat hasil perkembangan dari gemar membaca. Gemar membaca akan membuat mereka pawai dalam membuat karya-karya seperti puisi, pantun, cerpen, artikel dan mungkin buku jikalau mereka sudah menjadi mahasiswa. Dunia internet di SMP 1 Takeran sangat menunjang peserta didik untuk memuntahkan segala uneg-uneg atau idenya ke dalam blog mereka masing-masing. Mereka menggunakan blog atau FB (facebook) dan FS (Friendster) untuk berkarya sekaligus fortofolio mereka masing-masing. Untuk akhir semester ini semua peserta didik di SMPN 1 Takeran diharapkan sudah memiliki blog semua.
Tidak hanya itu pembelajaran di SMP 1 Takeran sudah merambah lewat internet. Seandainya peserta didik di SMPN 1 Takeran masing-masing memiliki laptop, pembelajarannya bisa tanpa tatap muka. Mereka bisa belajar dibawah pohon, di masjid bisa di perpustakaan dan dimanapun tempatnya bisa mengerjakan tugas dari gurunya melalui blog di internet. Mau bukti klik aja di Google SMP 1 Takeran atau Magetan, dan bisa juga mengunjungi dengan klik di www.wajahpendidikankita.blogspot.com. di template atas klik “student’s blog”, dunia seni” maka akan terbuka blog anak-anak SMPN 1 Takeran.
Saat ini guru tidak hanya mengandalkan main perintah tanpa terlibat di dalamnya. Untuk membuat peserta didik gemar membaca, guru harus bersama-sama melakukan gemar membaca juga. Kalau mau maju teknologi informasi atau budaya berinternet ria, maka guru juga harus mulai belajar bersama, dan alangkah bagusnya kalau gurunya lebih dahulu mengusainya. Jangan malu belajar bersama dengan peserta didik. Zaman sekarang banyak peserta didik kita lebih maju dan tahu tentang berbagai ilmu. Maka jika sebagai guru masih merasa paling top maka akan malu sendiri dihadapan peserta didiknya.
Mari para insan pendidikan memulai lebih dahulu gemar membaca, untuk memberi contoh atau testimoni bagi peserta didiknya. Alangkah lebih indahnya mulai saat ini, detik ini kita bersama peserta didik untuk mulai gemar membaca, membaca dan membaca.
Bacalah! Tuhanmu Yang Maha Pemurah! Yang mengajar dengan kalam,
Mengajar manusia apa ang tiada tahu.
-O.S. 96 Al ‘Alaq (Segumpal Darah Ayat 3-5)
2 komentar:
Pelanggan warnet saya hampir 90% pelajar, yang saya amati mereka bukan saja malas membaca, tetapi juga malas menulis. Kalau ada tugas dari sekolah mereka cukup copy - paste dari web yang ada di internet. Memprihatinkan...
wo ya mbah yang lebih parah lagi ndak cari di internet sendiri tapi tinggal copi paste dari temannya itu yang susuah.
Posting Komentar