Minggu, April 12, 2009
Kualitas Pendidikan
PINI DIANTA
Jawaban Edisi Bulan Desember 2008
Nama : Drs. Edy Siswanto, M.Pd. Kepala SMPN 1 Takeran Magetan (www.wajahpendidikankita.blogspot.com)
Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, pemerintah betul-betul menaikkan anggaran pendidikan 20% untuk tahun 2009, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang tertuang pada perubahan UUD.
Sasaran utama kenaikan anggaran itu adalah: untuk mempercepat peningkatan kualitas pendidikan, dengan memperhatikan kesejahteraan guru, dan berbagai kebutuhan sekolah baik sarana prasarana fisik maupun sarana pembelajaran. Sudah tidak asing lagi disetiap sekolah sudah ada komputer lengkap dengan internetnya. Lebih baik lagi kalau sudah hotspot, sehingga peserta didik asyik berinternet ria sambil mengerjakan tugas dimana-mana.
Untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan yang sesuai dengan kultur sekolah masing-masing yang tahu kebutuhan sekolah adalah sekolah itu sendiri, sehingga dana yang dikucurkan langsung kepada sekolah akan langsung menuju sasaran dan diawasi oleh warga sekolah serta masyarakat sekitar. Tranparansi dalam keuangan harus segera dimulai dan bahkan sudah terlambat kalau baru memulai sekarang.
Untuk mengurangi kebocoran keuangan harus melibatkan semua elemen yang ada. Kemauan dari dalam sekolah sendiri untuk berbuat jujur harus segera diwujudkan. Selaku komite sekolah harus berani ikut ambil bagian terlibat dalam penyusunan rencana anggaran belanja sekolah (RAPBS) serta mengawasi dalam perjalanannya. Selain komite, masyarakat dan pemerintah pusat serta daerah juga dinas pendidikan dibantu oleh LSM dan orang tua/wali murid bertanggungjawab untuk mengawasi perjalanan sekolah baik dari segi pengguanaan keuangan maupun kualitas sekolah.
Sementara ini, dengan naiknya anggaran pendidikan 20% banyak PNS lain yang iri terhadap guru. Hal itu bisa dimengerti untuk sementara waktu, karena mereka belum tahu bagaimana substansi menjadi guru. Profesi guru sebenarnya merupakan tugas yang paling berat dalam mempersiapkan generasi penerus yang bisa menjadi pemimpin di negerinya sendiri. Kalau hanya memberikan meteri alias menyampaikan ilmu selasai, itu bukan guru namun tukang penyampai ilmu. Kalau guru pola berpikirnya sudah memandaikan anak dibidang IQ, SQ dan EQ juga FQ akan berat, bahkan gaji tiga kali lipatpun masih kurang.
Penulis akan sangat setuju jika sertifikasi bisa menjadi seleksi untuk guru baik swasta maupun negeri dalam menghargai seorang umar bakrie. Hal demikian perlunya sosialisasi bahwa tugas guru adalah berat tidak hanya memberikan angka 10 untuk matematika namun bagimana perilaku sikap mentalnya, bahasanya, kontrol emosi dan spiritualnya juga ketrampilan dan teknologinya dsb.dsb. Memang susah memanusiakan mansia itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar