Jumat, November 14, 2008
MENGGAIRAHKAN SISWA GEMAR MEMBACA
Kita patut prihatin dengan perkembangan anak jaman sekarang yang suka berbuat melanggar aturan sebagai akibat dari kran demokrasi yang dibuka lebar-lebar, sehingga berdampak pada maraknya tawuran antar sekolah yang berbuntut panjang dan tak kunjung selesai .
Dari kondisi di atas mengisyaratkan betapa gagalnya kita mendidik anak didik. Penulis tidak akan menyalahkan dan melempar kambing hitam kepada siapapun, tetapi kita sebagai pendidik (formal) berperan penting di dalamnya. Kecenderungan siswa yang hanya berbuat baik kalau ditunggui mandor atau guru, merupakan permulaan kehancuran generasi sekarang.
Apa yang menjadi penyebab semua ini? dan bagaimana cara mengatasinya? mari kita ikut nimbrung disini.
Terjadinya semua perbuatan yang negatif,dikarenakan adanya kesempatan. Untuk mengurangi kesempatan, penulis mencoba waktu luang tersebut digunakan untuk membaca. Penulis menginginkan sekali generasi kita mempunyai kegemaran untuk membaca. Sehingga setiap pindah sekolah selalu menggerakkan dan memotivasi untuk gemar membaca, seperti di SMP 2 Parang, SMP 2 Bendo dan SMP 1 Takeran.
Penulis mengaharapkan semua siswa di pagi hari sebelum masuk kelas diwajibkan membaca dan mewajibkan membawa buku pada waktu istirahat syukur kalau di buka dan dibaca. Senada dengan isi ceramah “Tombo Ati “ di Masjid Baitul Hakim Madiun yang intinya ”Orang Indonesia dilanda krisis yang berkepanjangan sekarang ini karena Orang Islam jarang sekali memegang Al Quran. Coba tiap hari dipegang saja nanti krisisnya akan reda, apalagi mau membuka akan sembuh dan lebih mujarab lagi kalau mau membaca akan sembuh penyakit kisisnya.
Sebagaimana dimaklumi guru sangat berperan penting dalam menentukan kwalitas pelajaran dan pengajaran di sekolah. memang pada awalnya sulit sekali untuk membiasakan Gemar Membaca di Sekolah , namun kalau kita berniat baik pasti ada jalannya. Guru yang kreatif selalu berusaha mengimplementasikan multi strategi dalam pembelajarannya, agar menarik sehingga mendapatkan hasil yang memuaskan. pembelajaran yang menarik selalu melibatkan siswa secara aktif baik secara fisik maupun emosional.
Cara memotivasi siswa untuk gemar membaca
Pertama. Sekolah merupakan tempat yang ke dua atau ke tiga setelah keluarga untuk bermain. Yang namanya tempat bermain seharusnya mencari tempat yang nyaman dan menyenangkan. Kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk mengkondisikan sekolah “Bagaikan ikan di dalam air bukannya seperti burung di dalam sangkar” Jadi motivasi yang pertama adalah menciptakan lingkungan sekolah yang menyenangkan sehingga anak betah dan kerasa di sekolah. Pengadaan tempat duduk, taman, air mancur ,pohon yang rindang dan sebagainya merupakan modal utama, sehingga bisa menjadikan ”Sekolahku ya Rumahku,Rumahku ya Sorgaku”
Ke dua, memotivasi anak di kelas-kelas dengan memperjelas tujuan gemar membaca dan berbagi pengalaman serta harapan. Katanya orang Indonesia paling malas sekali untuk membaca, kalau ada orang upyuk (ngobrol) di pesawat terbang katanya itu pasti orang Indonesia. Berbeda sekali kalau anda melihat turis naik kereta, bus dan pesawat terbang kebanyakan mereka membaca tanpa menghiraukan lingkungannya. Mengapa budaya membaca ini bisa diambil oleh negara barat (Eropa)? Pada hal di dalam Agama Islam sudah jelas bahwa Ayat yang pertama kali turun di Gua Hira’yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. berbunyi” Iqro’” yang berarti bacalah sampai tiga (3) kali sehingga mestinya budaya membaca ini seharusnya milik orang Islam. Memang tujuan dari gemar membaca ini belum bisa kita rasakan secara langsung, namun pada saatnya nanti kita akan mernikmati hasilnya. Pada saat ini kecenderungan orang membaca koran semakin meningkat, dengan ditandai semakin banyaknya jumlah koran yang terjual. ada kejadian yang aneh seperti abang becak yang satu ini. Pertama yang dia lakukan setiap hari adalah mencari uang untuk beli koran, setelah puas membaca baru cari uang setoran dan tarikan untuk keidupan keluarga dirumah.
Pada awalnya di sekolah-sekolah hampir myoritas anak kurang senang pada membaca. Setelah ada sosialisasi dan gerakan membaca walaupun memerlukan waktu yang agak lama, namun lambat laun anak juga menyenangi hoby membaca. Hampir satu cawu bahkan satu tahun baru berhasil. Dengan setiap hari diwajibkan membaca akhirnya bisa dan terbiasa untuk membaca.
Kita tengok di negara tetangga Singapura dan Thailand di tempat-tempat umum mayoritas anak disana asyik membaca sambil menunggu sesuatu. Di Singapura khususnya pada waktu jam kerja tidak ada siswa yang berada di jalan-jalan, Plaza dll, tidak seperti di negara kita sering melihat anak didik kita nongkrong di tempat-tempat umum pada waktu jam pelajaran.
kepedulian dari semua guru untuk menggerakkan anak didiknya untuk gemar membaca adalah tanggung jawab semuanya. Kalau sekolah sudah terkondisikan dengan lingkungan gemar membaca maka anak yang baru masukpun akan mengikuti dan beradaptasi dengan kakak-kakak kelasnya, walaupun sesekali masih harus dimotivasi secara klasikal. Untuk melestarikan budaya ini tindakan tegas dan kontrol harus diterapkan untuk menghindari dan menjaga berkurangnya motivasi membaca anak.
Ke tiga. Perpustakaan yang memadai sangat mendukung adanya program ini. Dari perpustakaan ini bisa menyediakan bacaan yang ringan dan menarik untuk dibaca sesuai dengan umur anak SMP. Dengan kejelian pustakawan untuk memilih buku yang sedang ngetren pada saatnya akan sangat menarik bagi anak untuk dibaca. Seperti Buku Kisah Sincan, Buku kisah-kisah pesilat, tentang agama dan yang akhir-akhir ini ngetren buku Laskar Pelangi yang menghebohkan dunia pembaca. Selain buku yang menarik ruang perpustakaan harus ada ruang baca yang cukup luas dan nyaman. Yang tak kalah pentingnya juga pustakawan yang ramah dan sopan akan sangat membantu siswa untuk senang mengunjungi perpustakaannya. Setiap anak yang datang disapa dengan bahasa yang cukup komunikatif seperti “ apa yang bisa saya bantu “ dsb akan menggairahkan anak datang di perpustakaan. Kita patut meniru apa yang dilakukan oleh YKAI (Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia) sejak tahun 1992 dengan metode menjemput bolanya, menyediakan 5 mobil perpustakaan keliling untuk anak jalanan yang sangat membutuhkan informasi dan pengetahuan, sehingga mereka tidak akan ketinggalan dengan anak yang lain.
Ke empat. Lingkungan yang mendukung, seperti tulisan-tulisan atau motto yang mendorong motivasi anak untuk betah di lingkungannya. Kata-kata mutiara yang bertebaran baik di dalam ruang kelas maupun di luar menambah semaraknya suasana sekolah. Seperti motto : My hobby is reading, Exsperience is the best teacher, Every beginning seems very hard to pass through, Loyalty is very tauching etc. yang bertebaran dimana-mana akan menambah keindahan juga dapat memancing anak untuk mengetahuinya makna yang sebenarnya. Tanda-tanda lalu lintas yang ada di dinding nampaknya sangat sepele namun mempunyai aplied / useful art (seni terapatau guna) yang sangat penting bagi anak. Dengan tiap hari mereka melihat berarti mereka juga membaca dan mengetahui makna yang terkandung di dalamnya. Sense of belonging dan knowing siswa perlu ditingkatkan dengan crosscheck sesaat untuk menjaga keseriusan dan kepedulian siswa..
Ke Lima. Pemberian reward (hadiah) sangat dinanti anak walaupun hanya dengan ucapan belaka. Secara psikologis sangat membantu siswa untuk meningkatkan confident (percaya diri) dalam melakukan kegiatan yang lebih inovatif dan pruduktif, apalagi pemeberian itu berupa buku (alat tulis). Pihak perpustakaan dengan proaktif memberi hadiah kepada anak dan guru yang paling banyak mengunjungi maupun meminjam di perpustakaan baik setiap cawu atau setiap tahun,dapat meningkatkan mereka untuk lebih bergairah lagi berkunjung ke perpustakaan.
Ke Enam. Hadiah yang diberikan perlu juga diimbangi dengan pemberian punishment (hukuman). Untuk melangsungkan kegemaran membaca di sekolah harus diterapkan hukuman bagi mereka yang melanggar. Implementasi Hukuman dari yang ringan sampai beratpun bila perlu harus diterapkan. Kalau ada pelanggaran kemudian kita beri kelonggaran kepada mereka, hal ini akan menjadi indikasi kehancuran program yang telah matang kita rencanakan dan akan terjadi pelanggaran berikutnya yang semakin beruntun dan berkembang.
Ke Tujuh. Mengajak teman guru untuk gemar membaca dengan berlanggaran koran di sekolah, karena kalau langganan di rumah belum mampu. Berita yang disuguhkan oleh media cetak maupun elektro sekarang mulai menggairahkan para pembaca dan pemirsa untuk asyik dinikmati. Dengan era sekarang ini terjadilah persaingan ketat untuk berlomba-lomba berbeda pendapat, sehingga kadang-kadang sampai membosankan. Elit politik yang saling melempar kambing hitam merupakan berita yang dapat meningkatkan motivasi membaca masyarakat, berbeda sekali pada jaman orde baru yang selalu menampilkan menu monoton dan menina bobokkan orang, sehingga mengakibatkan orang Indonesia malas membaca.
Untuk mengajak siswa gemar membaca, harus dimulai terlebih dahulu dari guru. Akan menjadi sia-sia kalau kita menyuruh gemar membaca dirinya sendiri belum melaksanakan.
Ke Delapan. Kerja sama yang baik dengan berbagai stakeholder. Mengajak membaca di sekolah kadang-kadang sangat sulit namun kalau kita mulai dari lingkungan rumah terlebih dahulu alangkah mudah dan cspatnya program ini. Minimnya bacaan di rumah bahkan tidak ada sama sekali merupakan kelemahan anak yang dibawa ke sekolah sehingga disekolahpun malas untuk membaca. Usahakan dirumah membelikan buku cerita bergambar, majalah alat tulis dsb. merupakan awal dari terciptakan situasi yang mendukung untuk hobby gemar membaca. Ajaklah mereka bermain sambil belajar bukannya belajar sambil bermain. Kita budayakan dalam memberi hadiah ulang tahun kepada anak berupa buku yang menarik sesuai dengan kebutuhannya. Kalau perlu perpustakaan tidak hanya didapatkan di sekolah namun dirumah dan dimasyarakatpun tersedia dengan mudah.
Ke Sembilan. Sebuah ”Indonesian dream” kalau negara kita memberi keringanan (subsidi) untuk menurunkan harga kertas, sehingga koran, majalah dan buku-buku bisa dengan mudah terjangkau oleh masyarakat golongan menengah ke bawah. Sesuatu yang sangat dilematis bagaimana pemerintah bisa berhasil mencanangkan Gemar Membaca kalau buku, koran dan majalah masih belum bisa didapat dengan mudah bahkan kalau bisa gratis. Berbeda sekali dengan negara yang maju begitu mudahnya mendapatkan buku bacaan atau brosur dengan gratis ditempat-tempat umum. Sebuah harapan kapan kita semua sebagai guru bisa berlangganan koran dan buletin yang menarik untuk dibaca demi anak bangsa dimasa mendatang. Di era globalisasi yang syarat dengan perubahan ini, guru sangat membutuhkan informasi yang banyak serta baru untuk anak didiknya. Inilah pentingnya guru perlu banyak ilmu serta mestinya harus haus akan berita yang baru, sehingga dalam mentransfer ilmunya bisa menarik dan cepat untuk mengikuti perkembangan dan perubahan jaman.
Semua ini merupakan usaha untuk meningkatkan agar siswa gemar membaca, namun ada faktor internal dari siswa sendiri yang juga merupakan penentu sebuah tujuan. Kita berusaha namun Tuhan yang menentukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar