"Ketika Guru Menjadi Penuntun, Sekolah Menjadi Tertib dan Bermakna"


Guru, Rambu-Rambu Kehidupan di Sekolah

Anak-anak zaman sekarang sering kali bertindak tanpa pengendalian dari orang-orang di sekitarnya. Begitu pula di lingkungan sekolah, tidak sedikit siswa yang kurang menaati peraturan. Kurangnya perhatian dari guru, orang tua, dan lingkungan membuat anak-anak cenderung mengabaikan nasihat dan perintah orang dewasa.
Fenomena ini menjadi tanda bahwa dunia pendidikan perlu segera berbenah terutama dalam mengefektifkan peran dan kinerja guru di sekolah.

Guru Sebagai Rambu-Rambu Sekolah

Guru merupakan sosok yang sangat dihormati oleh peserta didiknya. Kehadiran seorang guru di sekolah ibarat rambu-rambu lalu lintas di jalan raya — penuntun arah dan penjaga ketertiban. Ke mana pun guru melangkah, di sanalah area yang “steril” dari pelanggaran.
Namun, apakah semua guru sudah berperan demikian?
Seandainya setiap guru mampu menjadi “rambu-rambu kehidupan” bagi anak didiknya, maka kedisiplinan dan karakter siswa akan tumbuh lebih cepat dan kuat.

Ciri Guru yang Menjadi Teladan

Guru akan menjadi perhatian utama dan panutan bagi anak didiknya ketika ia:

  1. Selalu memberikan perhatian kepada siswa.

  2. Menegur dengan bijak saat siswa melanggar peraturan sekolah.

  3. Menjadi contoh dalam sikap dan perilaku.

  4. Aktif bersama siswa dalam kegiatan positif yang disepakati bersama.

  5. Memberikan sanksi yang mendidik bagi pelanggar aturan.

  6. Memberikan penghargaan bagi siswa yang berprestasi.

  7. Menunjukkan kepedulian dan empati.

  8. Menjalin hubungan persahabatan dengan siswa.

  9. Selalu dekat dan mudah diajak berdialog.

  10. Peka terhadap kondisi dan perasaan siswa.

  11. Senantiasa memberi pencerahan dan motivasi.

Jika guru telah menampilkan karakter-karakter tersebut, maka siswa akan mengikuti arah dan irama yang diinginkan oleh guru maupun sekolah.

Keteladanan yang Menginspirasi

Ketika guru berjalan di lingkungan sekolah, siswa akan segera mengoreksi diri:

“Apakah saya sudah rapi dan pantas untuk menyapa atau bersalaman dengan bapak/ibu guru?”

Siswa yang berani menyapa dan mengucap salam kepada gurunya biasanya telah siap, rapi, dan lengkap seragam serta perlengkapannya.

Membangun Budaya Literasi

Di manapun saya mengajar dan bahkan jadi kepala sekolahpun mulai dari SMPN 2 Parang, SMPN 2 Bendo, SMPN 1 Takeran, SMPN 1 Nguntoronadi, SMPN 2 Kawedanan, hingga SMPN 1 Karangrejo  saya selalu menanamkan kebiasaan membawa buku ke sekolah. Tujuannya sederhana: membiasakan anak mencintai membaca.
Bahkan ketika mengajar di UNIPMA, saya mewajibkan mahasiswa menumbuhkan dua hobi baru: membaca dan mendengarkan pengajian.

Kini, pemerintah telah meluncurkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Melalui kebiasaan membawa buku ke mana pun, diharapkan tumbuh kegemaran membaca yang akhirnya melahirkan kemampuan menulis dengan lancar.


Komentar