Apakah Manusia Ada Karena Berpikir? Pandangan Plato dan Descartes
Pertanyaan tentang “apa makna keberadaan manusia” telah menjadi bahan renungan para filsuf sejak ribuan tahun lalu. Dua tokoh besar yang punya pandangan menarik tentang hal ini adalah Plato dan René Descartes. Meski sama-sama membahas tentang “ada” dan “pikiran,” keduanya melihat dari sudut yang sangat berbeda.
Plato: Manusia Ada Karena Jiwa dan Dunia Ide
Bagi Plato, manusia bukan sekadar tubuh yang hidup di dunia nyata. Tubuh hanyalah bayangan sementara dari sesuatu yang lebih sejati, yaitu dunia ide — dunia yang sempurna, kekal, dan tidak berubah.
Menurutnya, yang membuat manusia ada adalah jiwa (psyche), bukan tubuh fisik. Jiwa manusia berasal dari dunia ide dan hanya “menetap sementara” di tubuh.
Artinya, manusia tetap ada bahkan ketika tidak berpikir, sebab yang membuatnya eksis adalah jiwa yang abadi, bukan aktivitas berpikirnya.
Descartes: Manusia Ada Karena Berpikir
Berabad-abad setelah Plato, muncul René Descartes, filsuf asal Prancis yang terkenal dengan kalimatnya:
“Cogito, ergo sum” — Aku berpikir, maka aku ada.
Bagi Descartes, berpikir adalah bukti keberadaan yang paling pasti. Semua hal bisa diragukan — pancaindra, dunia luar, bahkan tubuh sendiri — tapi ketika seseorang berpikir dan menyadari dirinya sedang berpikir, ia tidak bisa menyangkal keberadaannya.
Jadi, berpikir adalah tanda eksistensi.
Kesimpulan
- Plato: manusia ada karena memiliki jiwa yang berasal dari dunia ide.
- Descartes: manusia ada karena berpikir, sebab berpikir membuktikan kesadaran diri.
Keduanya sama-sama mencari makna tentang “aku yang ada,” tetapi Plato menekankan dimensi spiritual dan abadi, sedangkan Descartes menekankan dimensi kesadaran dan rasionalitas.
Komentar