Magetan Menuju Barometer Literasi Nasional: Dari 1000 Buku hingga Wisata Literasi


 Mentri Pendidikan Menandatangani Pakta Nulis Buku

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sebenarnya telah dicanangkan sejak tahun 2015 melalui Permendikbud Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Bahkan pada 2016, Ditjen Dikdasmen membentuk Satuan Tugas GLS yang beranggotakan birokrat, akademisi, pegiat literasi, hingga LSM. Namun, semangat menggerakkan budaya membaca dan menulis di sekolah pada awalnya hanya sebatas himbauan.

Padahal, tantangan literasi di Indonesia cukup berat. Berdasarkan survei internasional, kemampuan membaca Indonesia hanya menempati peringkat ke-74 dari 80 negara dengan skor rata-rata 371, bahkan berada di bawah Panama (377). Kondisi ini menunjukkan betapa seriusnya pekerjaan rumah bangsa ini dalam membangun budaya literasi.

Terobosan Magetan: 1000 Buku Putra Daerah

Kabupaten Magetan mencoba keluar dari stagnasi dengan sebuah terobosan berani: program 1000 buku karya putra Magetan. Untuk mengawal program ini, dibentuklah Tim Hujan Buku, yang bertugas mendampingi sekaligus memotivasi agar Gerakan Literasi Sekolah bisa benar-benar membumi di masyarakat.

Puncak momentum terjadi pada 2 Mei 2018, saat peringatan Hari Pendidikan Nasional. Saat itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.AP., hadir di Magetan untuk menandatangani prasasti GLS dengan konsep:

  • Satu murid satu buku

  • Satu guru satu buku

  • Satu kepala sekolah satu buku

  • Satu sekolah satu buku

Hingga kini, meskipun target 1000 buku belum tercapai (baru sekitar 450 lebih karya putra Magetan), geliat literasi di daerah ini terus bergerak cepat. Guru, siswa, dan masyarakat bersemangat mengejar target tersebut.

Fondasi Kuat Gerakan Literasi Magetan

Selain karya buku, Magetan juga memiliki sederet program pendukung literasi yang berkesinambungan, antara lain:

  • Pencanangan Kabupaten Literasi 2019

  • Perpustakaan daerah yang ramah pengunjung dan ramah lingkungan

  • Perpustakaan desa dan pojok literasi di sekolah hingga tingkat RT

  • Bedah buku rutin dan sarasehan literasi

  • Wisata literasi sebagai inovasi berbasis masyarakat

  • Bulan Ndadari, apresiasi rutin setiap bulan atas karya literasi

  • Writing Camp berkelanjutan untuk penulis pemula dan profesional

  • Sekolah Rujukan GLS sebagai model inspiratif

  • Rumah Pusat Literasi yang digadang setara dengan Ubud Writers Festival

  • Program Perpusda yang selalu menggandeng lintas sektor dalam penguatan literasi

Magetan, Pusat Wisata Literasi Masa Depan

Dengan berbagai langkah strategis ini, Magetan berpeluang besar menjadi barometer literasi tingkat nasional. Kabupaten ini berusaha mengisi ruang kosong yang belum banyak disentuh daerah lain: membangun literasi tidak hanya di sekolah, tetapi juga di masyarakat luas hingga tingkat desa dan RT.

Impian Magetan menjadi pusat wisata literasi Indonesia semakin nyata. Dari ribuan mimpi dan karya, semoga langkah kecil yang terus konsisten ini menjadikan Magetan sebagai daerah yang mampu menyalip di tikungan dan menjadi terdepan dalam arus literasi nasional.


Komentar