Social Icons

http://www.youtube.com/user/MrEdysiswanto?

Jumat, Oktober 30, 2009

Sekolah Terjangkau

Menteri pendidikan kita lebih rasional, namun tidak begitu populer. Dari pada pendidikan gratis yang pada akhirnya mengecewakan masyarakat banyak. Lebih baik pendidikan terjangkau dari pada jargon pendidikan gratis.

Jum'at, 30 Oktober 2009
Opini
[ Jum'at, 30 Oktober 2009 ]
Pendidikan yang Terjangkau
Oleh: Ki Supriyoko

MOHAMMAD Nuh, pria kelahiran Surabaya, 17 Juni 1959, putra pendiri Pondok Pesantren Gununganyar, Surabaya, yang dikenal sebagai seorang intelek sekaligus agamawan itu, akhirnya dipilih oleh Presiden SBY untuk mengemban tugas sebagai menteri pendidikan nasional. Dia pun sudah menancapkan program yang tidak populer tetapi rialistis, yaitu pendidikan yang terjangkau.

Selepas dilantik menjadi menteri pendidikan, Pak Nuh menyatakan, di dalam kepemimpinannya, beliau menginginkan akses pendidikan bisa dinikmati masyarakat luas sehingga biaya pendidikan akan dibuat sedemikian rupa supaya terjangkau oleh masyarakat. Beliau akan berusaha meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, tetapi usaha tersebut akan dibarengi dengan menekan biaya sehingga bisa terjangkau oleh masyarakat luas dari golongan miskin sekalipun.

Latar belakang intelektualitas rasanya mewarnai niat untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Sementara itu, latar belakang agamawan rasanya mewarnai niat untuk membuka akses pendidikan bagi siapa saja, terutama masyarakat miskin alias dhuafa.

Terkecoh Pendidikan Gratis

Kalau dibandingkan dengan kebijakan pendidikan gratis yang terkesan lebih didominasi kepentingan politis, kebijakan pendidikan terjangkau rasanya lebih tidak populer meski lebih realistis.

Ketika Departemen Pendidikan gencar mempromosikan pendidikan gratis, masyarakat pun menyambut dengan sangat antusias. Banyak keluarga miskin berbunga-bunga membayangkan anaknya bisa menikmati pelayanan pendidikan sampai pendidikan tinggi tanpa dipungut biaya.

Tetapi, akhirnya mereka harus kembali menelan ludah dan merasa terkecoh karena untuk dapat menikmati ''pendidikan gratis" tetap harus mengeluarkan biaya.

Belakangan masyarakat mengerti bahwa kebijakan pendidikan gratis yang tidak ''gratis tis" itu hanya berlaku untuk SD dan SMP negeri. Artinya, siswa SD dan SMP swasta harus tetap membayar seperti sediakala. Siswa SMA dan SMK, baik swasta maupun negeri, juga harus tetap dikenai biaya.

Siswa SD dan SMP negeri pun terkadang masih harus mengeluarkan dana karena yang digratiskan pemerintah hanyalah biaya operasional seperti gaji guru, bahan pendidikan habis pakai, dan sebagainya. Tetapi, sekolah tetap diizinkan menarik biaya investasi seperti membangun gedung dan pengembangan SDM. Di samping itu, orang tua masih harus menanggung biaya personal anaknya seperti pembelian buku, alat tulis, dsb. Alhasil, untuk menikmati pendidikan gratis pun, orang tua masih harus mengeluarkan banyak dana. Ini aneh, tapi nyata!

Harus kita akui bahwa kebijakan pendidikan gratis yang tidak ''gratis tis" tersebut memang telah membantu masyarakat miskin. Tetapi, pemberian label pendidikan gratis kiranya memang tidak tepat, sangat berlebihan, dan terkesan sekadar untuk kepentingan politis.

Kalau kebijakan pendidikan gratis itu dikaitkan dengan pencapaian mutu, rasanya juga perlu ada kajian. Kebijakan pendidikan gratis telah membatasi sarana, fasilitas, dan aktivitas pendidikan. Banyak sekolah yang terpaksa menghentikan kegiatan belajar tambahan yang biayanya ditarik dari orang tua siswa. Meski orang tua tetap bersedia membayar, sekolah takut kalau dikenai sanksi dari Dinas Pendidikan. Alhasil, aktivitas yang positif itu pun terpaksa dimatikan dan prestasi belajar siswa pun menjadi semakin sulit diakselerasi.

Saya memiliki pengalaman konkret yang menarik. Sekarang saya memberikan beasiswa kepada 52 siswa SMP, SMA, dan SMK. Mereka berasal dari keluarga miskin dan biaya hidup mereka kami tanggung. Mereka sama sekali tidak saya pekerjakan, tetapi melulu diminta belajar dan mengaji demi masa depan mereka. Apa yang terjadi? Ternyata sebagian besar anak yang pendidikannya gratis tersebut memiliki prestasi belajar lebih rendah daripada rekan-rekan sekelas yang membayar penuh.

Berbagai studi juga menyatakan demikian; siswa dan mahasiswa gratis terkadang tidak memiliki motivasi berprestasi yang memadai sehingga prestasi belajarnya pun cenderung rendah. Hal itu sangat berbahaya kalau nanti terjadi pada siswa Indonesia gara-gara kebijakan pendidikan gratis.

Pendidikan Terjangkau

Kelemahan konsep pendidikan gratis memang banyak. Konsep itu biasanya hanya diberlakukan di negara yang Gross National Product atau GNP-nya tinggi seperti Inggris dan Jerman. Namun, tak semua negara yang GNP-nya tinggi menggratiskan pendidikan, sebut saja misalnya Jepang dan Amerika Serikat. Secara teoretis, Indonesia yang GNP-nya rendah sangatlah sulit mengaplikasikan konsep pendidikan gratis.

Konsep pendidikan terjangkau kiranya lebih cocok diaplikasikan di negara kita. Dalam konsep ini, semua anggota masyarakat dapat menjangkau pelayanan pendidikan menurut kemampuan masing-masing. Keluarga kaya (the have) menjangkau dengan kekuatan besar atau iuran yang banyak; dan sebaliknya, keluarga miskin (the have not) menjangkau dengan kekuatan kecil atau iuran yang sedikit. Kalau perlu, yang tidak berkemampuan sama sekali (the ability not) menjangkau pendidikan tanpa membayar iuran.

Jadi, jelaslah bahwa di dalam konsep pendidikan terjangkau ada subsidi silang, yang kaya membantu yang miskin tanpa masyarakat miskin tersinggung perasaannya.

Mari kita dukung implementasi konsep pendidikan terjangkau tersebut demi merata dan meningkatnya mutu pendidikan nasional kita.

*) Prof Dr H Ki Supriyoko SDU, MPd adalah direktur Pascasarjana Universitas Tamansiswa Jogjakarta, wakil presiden Pan-Pacific Association of Private Education (PAPE), serta pengasuh Pesantren ''Ar-Raudhah" Jogjakarta


Kamis, Oktober 29, 2009

Mbah Sumilah Nyai Kyai Yasur Meninggal Dunia

Inilah Jenazah Ibu Yasur yang akan diberangkatkan dan
di angkat oleh putra-putranya.



Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un telah meninggal duni Nyai Yasur. Semoga diampuni segala dosa dan ditempatkan di sisiNya.

Rabu, Oktober 28, 2009

Calon Jamaah Haji Madiun Berangkat

Hari ini sekitar jam 7 pagi berangkat dari Masjid Agung sebelah barat alun-alun Madiun. Semoga semuanya diberi kemudahan dan kelancaran dalam melaksanakan haji di Tanah Suci.

Masyarakat Nyumbang ke Sekolah

Pendidikan gratis membuat sekolah repot untuk mengembangkan sekolah. Sekolah tanpa dana untuk maju masih sulit diujudkan. Mengapa dana harus dari masyarakat? karena dari pemerintah daerah memang tidak ada partisipasi dana untuk menutup kekurangan biaya opersional sekolah.

Mudah-mudahan dengan sumbangan dari masyarakat yang peduli pendidikan, dapat meningkatkan kualitas pendidikan secara menyeluruh (Holistik)

MKKS Kumpul Guru Inti

Gerakan untuk memajukan pendidikan terus berjalan. Hari ini pembentukan pengurus baru MGMP bidang studi. Setelah terbentuk Struktur Organisasi MGMP Bidang Studi akan membentuk pula kepengurusan MGMP tingkat Kab. MAgetan.

Dengan terbentuknya kepengurusan yang baru, semoga akan membuat program yang dapat menngkatkan kualitas pendidikan di Magetan. Sementara ini pendidikan kita tidak mengalami perkembangan yang menggembirakan. Kata ketua dewan pendidikan ketika menghadiri Kekal di Rumah bpk. Lantur mengatakan bahwa Pendidikan di Magetan stagnan. Tdak ada perubahan berarti tidak bergerak alias mati.

Dengan semangat baru MGMP yang baru nanti dapat menjadi agen perubahan (We are agent of change). Kita harus berubah....berubah.....dan berubah.

Senin, Oktober 26, 2009

Valentino Rossy Juara

Waoo juara engkau sang juara sejati...


juara 1

PENDIDIKAN BERKUALITAS

Sudah saatnya kita warga yang berkecimpung dalam dunia pendidikan untuk memikirkan bagaimana memajukan pendidikan yang sebenarnya. Dengan dimulai dengan kejujuran maka pendidikan akan mulai bangkit untuk maju.

PBKL

MEMACU PRESTASI SEKOLAH

http://1.bp.blogspot.com/_X_h3criy2R4/St3D8iobmqI/AAAAAAAABxQ/IpsmkHKn59E/s400/Mr.Edy+Siswanto.JPGMELALUI PENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAl
(PBKL)
Oleh : Drs. Edy Siswanto, M.Pd.
Kepala SMPN 1 Takeran Magetan


A. PENDAHULUAN

Sudah banyak yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dari fasilitas, program serta dana sudah banyak diluncurkan. Ada Wajar 9 tahun (Wajib Belajar), ada BOS (Bantaun Operasional Sekolah), BKM (Bantuan Siswa Miskin), anggaran pendidikan naik jadi 20 %, ada pendidikan gratis, dan yang lagi ngetren adalah sertifikasi guru dan dosen yang kesemuanya itu bermuara pada peningkatan kualitas pendidikan di negeri tercinta ini.

Selain itu, secara khusus masih ada lagi usaha untuk meningkatan kualitas pendidikan per satuan pendidikan yaitu Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal. PBKL ini diharapkan dapat mengangkat derajat setiap sekolah sehingga dapat bersaing dengan sekolah lain.

Setiap satuan pendidikan mestinya mempunyai program unggul sesuai dengan daerahnya masing-masing. Sedangkan pembiayaan didapat dari pemerintah daerah dan orang tua siswa. Sesuai dengan UUSPN Nomor 20 Tahun 2003: Pasal 50 (5) Pemerintah kabupaten/kota mengelola pendidikan dasar dan pendidikan menengah, serta satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal. Mestinya pendidikan berbasis keunggulan lokal ini pemerintah ikut berpartisipasi baik dari sgi pembiayaan maupun pasilitas sarana dan prasarananya.
Sedangkan menurut PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 14: (1) Kurikulum untuk SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat dan kurikulum untuk SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal; (2) Pendidikan berbasis keunggulan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat merupakan bagian dari pendidikan kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, pendidikan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, pendidikan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan kelompok mata pelajaran estetika, atau kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan; dan (3) Pendidikan berbasis keunggulan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan atau dari satuan pendidikan nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.

B. TUJUAN
Adapun tujuan PBKL secara umum adalah dapat meningkatkan kulaitas pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
Sedangkan secara khusus dapat meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan yang berbasis keunggulan lokal dalam bidang keagamaan, bidang akhlak mulai (budi pekerti), bidang kewarganegaraan, bidang kepribadian, bidang ilmu pengetahuan dan sains, bidang teknologi informasi, estetika, bidang jasmani dan olah raga, bidang kesehatan, dan keunggulan lokal dalam bidang lainnya.
Dengan demikan sekolah berwenang menentukan keunggulannya sesuai dengan kekuatan yang ada.


C. KONSEP PENGEMBANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN PBKL
Program pengembangan kegiatan PBKL harus mempertimbangkan kebutuan masyarakat sekitar. Dilaksanakan di sekolah dan atau kerjasama dengan mayasrakat sekitar, dengan prinsip “link and match” merupakan jalan keluar untuk mewujudkan keberhasilan PBKL. Khususnya dalam pengembangan Program dan Kegiatan olah raga dan seni serta ketrampilan daerah sangat dinantikan masyarakat untuk mempersiapkan peserta didik siap terjun di mayarakat dengan keahlian masing-masing.
Bagi sekolah yang mempunyai SDM unggul akan mudah untuk mengembangkannya. Namun bagi sekolah yang tidak mempunyai guru yang unggul di bidang tertentu akan menambah masalah karena harus mendatangkan tenaga profesional dari luar.
D.Kesimpulan

UAN JUJUR DULU BARU HAPUS SNMPTN

UAN JUJUR DULU, BARU HAPUS UJIAN MASUK PTN

Oleh : Drs. Edy Siswanto, M.Pd. Kepala SMPN 1 Takeran Magetan

Gagasan Menteri Pendidikan Bapak Muh. Nuh untuk menghapus Ujian Masuk PTN perlu dicermati lebih mendalam. Alasan beliau sangat masuk akal dan mestinya dunia pendikan mendukungnya. Beliau merancang untuk mengintegrasikan seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) dengan hasil ujian akhir secara nasional di tingkat SMA dan sederajat. Ke depan, lanjut dia, nilai unas diintegrasikan dengan jenjang sebelumnya. Sebab, nilai unas mulai SD hingga SMP sudah terintegrasi untuk tes masuk ke jenjang berikutnya.(.jawa Pos, 24 Oktober 2009).

Apakah gagasan itu sudah tepat?. Karena saat ini pelaksanaan Unas menyisakan banyak problema. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Akh Muzakki dengan judulnya “Saatnya Ujian Nasional Dievaluasi” artikel itu pada intinya Uan perlu dikaji dan tidak mejadi persyaratan lulusan seorang peserta didik (Jawa Pos, 23/10/2009), sedangkan Menteri pendidikan justru berancang-ancang akan menguatkan keberadaan UAN.

Lepas dari setuju tidak setuju pelaksanaan UNAS, rencana untuk menghapus Ujian masuk PTN diganti dengan nilai UAN perlu kita dukung. Dengan menghapus Ujian Masuk PTN, berarti beliau akan semakin serius untuk menhasilkan nilai Uan yang bersih serta jujur. Kalau Uan jujur berarti substansi meningkatkan kualitas pendidikan semakin cepat dirasakan. Namun apakah dapat dipercaya nilaI UAN saat ini. Baru saja dunia pendidikan telah telah dikotori oleh sebagian oknum yang menghalakan segala cara untuk mendongkrak nilai UAN, bahkan diwajibkan lulus 100%. Kita masih ingat di SMA 2 Ngawi dan SMA 1 Wungu Kabupaten Madiun, gara-gara tidak jujur maka diadakan ujian ulang semuanya. Bagaimana seandainya nilai UAN yang tidak jujur itu dibawa sampai perguruan tinggi? Maka menurut hemat penulis, jangan menghapus Ujian Masuk PTN sebelum UAN jujur.

Berdasarkan pengalaman, banyak guru di SMA atau SMK serta SMP/MTs favorit yang mengeluh gara-gara menemui peserta didik dengan nilai UAN tinggi, namun kemampuannya sangat rendah, sehingga peserta didik tersebut tidak tahan dan akhirnya keluar dengan sendiri juga ada yang dikeluarkan dari pihak sekolah.

Apakah Perguruan tinggi mau menjadi korban berikutnya?.

Penulis berharap kepada Bapak Menteri Pendidikan untuk menjujurkan UAN dulu baru menghapus Ujian Masuk PTN. Salah satu cara yang kuat untuk menjujurkan UAN adalah membuat soal UAN 20 Paket. Sebenarnya saat ini pemerintah sudah merintis untuk membuat Uan jujur. Dengan membuat soal Uan dua (2) paket yaitu Paket A dan Paket B serta tempat duduk silang, diharapkan hasil Uan semakin bersih. Tidak hanya berhenti sampai disitu, bahkan masih ditambah TPI (Tim Pemantau Independen) dan Kepolisian, namun hasilnya juga belum ada perubahan menuju kejujuran.

Seandainya soal Uan 20 paket, maka peserta didik tidak akan bisa bertanya dan akan menghasilkan nilai yang betul-betul murni serta dapat dipertanggungjawabkan keasliannya. Selain peserta didik giat belajar , orang tua, guru, kepala sekolah dan semua pihak yang peduli pendidikan akan berusaha untuk ikut mensukseskannya. Sedangkan dari segi pembiayaan akan semakin efisien, karena tidak perlu mendatangkan TPI bahkan campur tangan kepolisian dapat dikurangi.

Dari kenyataan itu dimohon Bapak Muhammad Nuh untuk tidak menghapus ujian masuk PTN sebelum UAN itu jujur. Mari kita wujudkan pendidikan yang bersih dan berkualitas dengan perubahan menuju pendidikan dengan “Mengedepankan Kejujuran dari pada Harga Diri.

Nama : Drs. Edy Siswanto, M.Pd. Kepala SMPN 1 Takeran dan Plt. SMPN 2 Kawedanan Magetan

Minggu, Oktober 25, 2009

Pen Tabllet SMPN 1 Takeran Magetan

Mr. Anto Praktek Ngajar Pake Alat Canggih dengan Kapur Elektric/Pen Tablet Technology.
Pen Table is
very intersting tool for studying in classroom.


Perkembangan dunia teknologi memang tidak bisa kita bayangkan kemajuannya. Hari ini SMPN 1 Takeran membuat gebrakan dengan mengambil alat tulis yang awet dan tidak berdebu.

Mata Malaikat

Kita tidak bisa berpikir kalau ada lukisan di langit dengan tema yang menyeramkan. Inilah hasil dari sebuah rekaman video yang sedang merekam kejadian gempa di Padang Sumatra. Lihat foto di bawah ini akan sangat jelas seperti ada dua mata dan hidung yang mengintai. Mungkin itulah kekuasaan Allah yang memang sudah mulai bosan melihat tingkah kita yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa. Sehingga memperlihatkan kekuasaannya dengan menggoncangkan bumi di Padang Sumatra Barat, sehingga menelan banyak kehidupan di sana.

Mari kita bertobat dan mendekatkan diri denganNya. Mudah-mudahan bumi kita ini dapat bersahabat dengan kita dan akhirnya saling memberikan keuntungan. Biasa manusia bertingkah sehingga sampai lupa bahwa lingkungan alam sekitar perlu kita perhatikan dan kita rawat.

Peduli adalah tingkatan tindakan yang sudah melalui penelitian dan akhirnya percaya baru muncul rasa peduli. Pedulikah anda.................kepada semua problematika........bagi yang peduli akan terhindar dari segala rintangan dan halangan..............................


Musim Haji Tiba

Penduduk Indonesia berbondong-bondong menunaikan rukun Islam ke lima yaitu pergi ke Makah untuk menunaikan haji. Bagi mereka yang mampu diharuskan berhaji.

Haji adalah perjalanan yang memakan waktu, biaya dan tenaga yang luar biasa. Diharapkan pergi haji ketika umur kita masih muda, sehingga kuat untuk melaksanakan sunah dan wajibnya dengan lancar dan tenang.

Kepasrahan dan kesabaran dituntut untuk memberikan dorongan dari dalam, sehingg semua urusan lam\ncar tidak ada alangan suatu apapun.

Musim Naik Haji Tiba


Banyak penduduk Indonesia yang akan berangkat menunaikan Ruku Isalm terakhir yaitu Haji. Haji merupakan kegiatan spiritual yang paling banyak mengeluarkan energi dan juga dana.

Banyak para jemaah haji yang memberikan mencertiterakan bahwa sbaiknya berangkat haji itu jangan menanti kalau sudah tua atau sudah pensiun. Kalau bisa berangkat haji ketika masih muda sehingga di sana tidak menemui permasalahan fisik.

Pemerintah Arab Saudi akan membatasi umur para calon jemaah haji. Umur maksimal kalau tidak salah 60 tahun. Aturan itu sebagai akibat banyaknya jamaah haji yang meninggal di sana. Walapun urusan yang satu ini urusan Tuhan YME namun pemerintah setempat akan tetap menerapkan batasan umur tersebut.

Ibadah haji merupakan perjalanan yang kita lakukan untuk napak tilas Nabi Ibrahim ketika mimpi untuk menyembelih anaknya yaitu Nabi Ismail. Karena perintah Allah ini Nabi Ibrahim AS banyak menemui tantangan untuk menggagalkan rencana itu. Rintangan itu datangnya dari jin. Jin tersebut mengganggunya, sehingga dilemparlah Jin itu dengan batu dan matilah Jin tesebut. Gangguan itu sampai tujuh kali. Sedangkan Jin yang mengganggu itu juga semakin kuat dan semakin tinggi ilmunya. Sampai tujuh kali melempar batu untuk membunuh setan, yang akhir nya menjadi salah satu rukun haji.

Hikmah yang kita dapat ambil dari peristiwa itu adalah setiap ada niat baik, atau perbuatan yang bagus akan selalu mendapatkan halangan dan rintangan. Semakin besar niatan baik akan semakin besar pulan gangguan tersebut.

Sedangkan Istri Nabi Ibrahin merupakan lambang bagaiman cintanya seorang ibu yang akan memberikan setetes air di padang pasir kepada buah hatinya. Sampai lari-lari dari tujuh kali.

Sedangkan mengelilingi Ka'bah, merupakan pusaran atau pusat dari segala kehidupan. Kejadian itu menunjukkan bahwa Tuhan itu Esa dan tiada duanya.

Syarat Haji

Islam

Baligh (dewasa)

Aqil ( berakal )

Merdeka (bukan budak)

Istitha’ah (mampu)

Rukun Haji

Ihram (niat)

Wukuf di Arafah

Thawaf Ifadhah

Sa’i

Cukur

Tertib

Wajib Haji

Ihram yakni niat berhaji dari Miqot

Mabit di Muzdalifah

Mabit di Mina

Melontar Jumroh Ula, Wustho dan Aqobah

Thawaf Wada’

sumber: http://haji.depag.go.id

Hujan

Hari sabtu merupakan tanda dimulainya musim penghujan. Sekitar jam 4 sore hujan lebat mengguyur kota Madiun

Sabtu, Oktober 24, 2009

Menyelenggarakan Sekolah Manusia

Top of Form

Bottom of Form


[Jawa Pos. Rabu, 21 Oktober 2009 ]

Surat untuk Menteri Pendidikan Indonesia

Oleh: Munif Chatib

KEBERHASILAN pendidikan Indonesia secara makro sangat ditentukan oleh jutaan institusi mikro yang bernama sekolah. Rangkaian jutaan sekolah itulah yang akan menentukan bangunan kualitas pendidikan di negara tercinta ini. Singkatnya, apabila mikro sekolah tersebut unggul, dapat dipastikan kualitas pendidikan, bahkan sumber daya manusia, akan terdongkrak menjadi unggul pula.

Menurut penulis, akan lebih baik apabila istilah ''sekolah unggul'' diubah menjadi ''sekolah manusia''. Maklumlah, kriteria unggul akan melahirkan banyak versi. Namun, istilah ''manusia'' tentu semua orang sepakat. Segala sisi hakikat manusia harus terwakili dalam proses pendidikan manusia itu sendiri.

Indikator sekolah manusia adalah:

Character Building

Manusia hakikatnya terdiri atas dua dimensi. Dimensi jasmani dan rohani. Dua dimensi itu selayaknya harus tersentuh proses pembelajaran dalam hidup manusia. Apabila porsi pendidikan terhadap dua dimensi tersebut tidak seimbang, terutama minim pada dimensi rohani, akan terjadi ''bencana akhlak''. Tidak ada lagi makhluk yang bernama kejujuran, kepedulian, tanggung jawab, saling menghargai, dan lain-lain.

Character building (CB) adalah bidang studi yang memenuhi kebutuhan rohani setiap manusia. Namun, sedikit sekali sekolah yang menerapkan CB sebagai bidang studi. Yang ada, materi akhlak menjadi satu dengan materi akidah dalam bidang studi agama.

Agent of Change

Sekolah mestinya menjadi agen perubahan. Roh ini sepertinya sudah luntur. Bahkan, sudah merasuk ke paradigma masyarakat bahwa sekolah unggul adalah sekolah yang isinya adalah siswa-siswa yang pandai dan baik-baik. Sekolah ''jeblok'' adalah sekolah yang isinya adalah siswa-siswa bodoh dan nakal-nakal atau anak buangan.

Sekolah yang favorit atau unggul cenderung tidak menerima siswa-siswa yang bermasalah. Mereka lebih suka berendam pada ''zona nyaman'' yaitu the best input. Pada saat penulis menerapkan sistem penerimaan siswa baru di sebuah sekolah tanpa tes masuk, namun tergantung pada jumlah kursi yang tersedia, kepala sekolahnya dengan tidak yakin bertanya, ''Bagaimana nanti kalau kita dapat murid bodoh-bodoh dan nakal-nakal.''

Penulis menjawab, ''Bukan mestinya sebuah sekolah dibangun untuk memintarkan anak yang bodoh dan membaikkan anak yang nakal? Harus jadi agent of change!" Dengan menerapkan Multiple Intelligence Research kepada setiap siswa pada setiap tahun, ternyata tidak ada siswa yang bodoh. Setiap siswa mempunyai kecenderungan kecerdasan dan gaya belajar yang beragam dan harus dihargai.

The Best Process

Konsekuensi agent of change adalah proses pembelajaran yang terjadi di sekolah itu harus terbaik. Pembelajaran yang masuk memori jangka panjang siswanya dan tidak akan lupa seumur hidup. Namun, kenyataannya, yang banyak adalah begitu guru menyelesaikan jam pelajaran, maka hilang juga ilmu yang diajarkan.

Proses pembelajaran harus mengandung kekuatan emosi positif. Mulai proses awal pembelajaran sampai akhir benar-benar menyentuh perasaan siswa.

The Best Teacher

Konsekuensi the best process adalah the best teacher. Kali ini kualitas guru yang dipertanyakan. Beberapa survei menunjukkan kualitas guru di Indonesia masih belum dikatakan baik.

Guru yang baik berperan sebagai fasilitator. Konsep ini sudah lama didengungkan dan dipraktikkan, namun hanya ''awalnya'' yang ''hangat''. Setelah itu, kembali kepada paradigma lama, yaitu 80 persen waktu pembelajaran didominasi guru. Seharusnya, persentase proses siswa belajar harus lebih besar daripada persentase proses guru mengajar.

Guru yang baik berperan sebagai katalisator, yaitu terus berusaha memantik kemampuan siswa, termasuk bakatnya. Terutama kepada para siswa yang ''lamban'' dalam menerima dan memahami informasi. Bukan malah memihak kepada siswa yang ''pandai'' saja.

Guru yang baik selalu berusaha menyesuaikan gaya mengajarnya dengan gaya belajar siswanya. Apabila proses teaching sytle dan learning style sesuai, akan muncul kondisi sebenarnya tidak ada pelajaran yang sulit dan semua siswa mampu menerima informasi dari guru.

Applied Learning

Konten pembelajaran mulai jenjang sekolah dasar sampai seterusnya seharusnya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Materi pembelajaran jangan sampai dijadikan ''terpisah'', tidak berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Minimal, peserta didik memahami manfaat materi pembelajaran.

Yang banyak terjadi, banyak siswa tidak mamahami untuk apa sebuah materi diajarkan oleh guru. Dalam sebuah seminar guru yang dihadiri hampir 700 guru TK sampai SMA, penulis bertanya tentang materi ''pohon faktor'', hampir semua guru dapat menjawab semua soal, namun ketika ditanya untuk apa ''pohon faktor'' itu, sebagian besar mereka tidak tahu.

Manajemen Sekolah

Dalam sebuah pelatihan manajemen sekolah yang khusus diikuti ratusan penyelenggara atau pemilik sekolah swasta seluruh Indonesia pada 2007, dapat disimpulkan betapa kurangnya pemahaman mereka terhadap manajemen sekolah yang baik. Padahal, manajemen sekolah adalah manajemen pemberdayaan sumber manusia tingkat tinggi, sangat kompleks, dan dibutuhkan orang-orang yang profesional untuk mengelolanya.

Penulis sering menganalogikan manajemen sekolah itu seperti seekor burung merpati putih yang mempunyai dua sayap dan terbang ke sebuah tujuan sangkar kehidupan yang mulia. Sayap pertama adalah context system, yaitu penyelenggara pendidikan, dan sayap kedua adalah content system, yaitu kepala sekolah dan guru.

Mana mungkin merpati itu akan terbang sampai tujuan apabila salah satu sayapnya patah dan tidak dapat bekerja sama. Namun, alangkah cantiknya kalau kepakan sayapnya harmonis. Insya Allah sekolah tersebut akan menjadi the best school dan membawa semua siswanya ke sebuah tujuan yang menjadikan lulusannya manusia yang mempunyai benefiditas dalam hidupnya. (*)

*). Munif Chatib, konsultan pendidikan, penulis buku Sekolahnya Manusia